Pengusaha Masih Males Ambil Utang ke Bank, Dana Kredit Nganggur Capai Rp2.500 Triliun
Ilustrasi. Dari data BI ada sekitar Rp2.509,4 triliun dana kredit yang menganggur. Foto ist.
17:45
17 Desember 2025

Pengusaha Masih Males Ambil Utang ke Bank, Dana Kredit Nganggur Capai Rp2.500 Triliun

Baca 10 detik
  • Kalangan pengusaha nampaknya masih enggan menarik kredit untuk memperbesar bisnis mereka.
  • Fenomena ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang hanya merangkak naik tipis.
  • Dari data BI  ada sekitar Rp2.509,4 triliun dana kredit yang menganggur.

Sinyal perlambatan ekspansi dunia usaha semakin nyata. Meski perbankan mulai melonggarkan persyaratan pinjaman, para pengusaha nampaknya masih enggan menarik kredit untuk memperbesar bisnis mereka.

Fenomena ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang hanya merangkak naik tipis dan tumpukan dana jumbo yang belum dicairkan.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa kinerja kredit perbankan pada November 2025 tumbuh 7,74% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini hanya naik sedikit dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 7,36%.

"Permintaan kredit terindikasi belum kuat dipengaruhi oleh perilaku wait and see (menunggu dan mengamati) dari pelaku usaha," papar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/12/2025).

Bukti paling sahih dari sikap "malas" para pengusaha dalam mengambil kredit terlihat pada data fasilitas pinjaman yang belum dicairkan atau undisbursed loan. Hingga November 2025, nilainya masih sangat fantastis, yakni mencapai Rp2.509,4 triliun.

Angka ini setara dengan 23,18% dari total plafon kredit yang tersedia di perbankan. Artinya, bank sudah menyiapkan dana dan menyetujui pinjaman, namun nasabah korporasi memilih untuk membiarkan dana tersebut mengendap di bank alih-alih menariknya untuk modal kerja atau investasi.

Selain sikap berhati-hati, Perry mencatat korporasi saat ini lebih memilih menggunakan pembiayaan internal dan merasa penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan sangat lambat.

Berbeda dengan korporasi besar yang sengaja menahan diri, sektor UMKM justru menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Kredit UMKM pada November 2025 tercatat terkontraksi sebesar 0,64% (yoy).

Berbeda dengan sektor korporasi yang persyaratannya dilonggarkan, perbankan justru memperketat persyaratan (lending requirement) untuk UMKM dan kredit konsumsi. Langkah ini diambil perbankan guna mengantisipasi peningkatan risiko kredit di kedua segmen tersebut.

Melihat kondisi ini, Bank Indonesia merevisi ekspektasi pertumbuhan kredit 2025 ke batas bawah kisaran 8-11% (yoy). BI berharap optimisme pelaku usaha akan kembali pulih sehingga pertumbuhan kredit dapat meningkat lebih progresif pada tahun 2026.

Perry menegaskan, peran kredit perbankan sangat vital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Tanpa adanya tarikan kredit dari dunia usaha, roda ekonomi akan sulit berlari kencang meskipun likuiditas di perbankan saat ini tergolong melimpah.

Editor: Mohammad Fadil Djailani

Tag:  #pengusaha #masih #males #ambil #utang #bank #dana #kredit #nganggur #capai #rp2500 #triliun

KOMENTAR