7 Kebiasaan Keuangan Orang Jepang Membangun Kekayaan
Ilustrasi frugal living, gaya hidup hemat. (FREEPIK/BEARFOTOS)
14:08
9 Juni 2025

7 Kebiasaan Keuangan Orang Jepang Membangun Kekayaan

- Saat media sosial kita dipenuhi dengan pameran kekayaan yang mencolok. mulai mobil mewah, tas desainer, hingga liburan mahal. Jepang mengambil pendekatan yang sepenuhnya berbeda terhadap uang. Kekayaan sejati dibangun secara diam-diam di negara ini, tanpa kemewahan atau pameran.

Filosofi Jepang terhadap uang bukan tentang mengejar lebih banyak, melainkan tentang rasa cukup, niat, dan keseimbangan.

Ini bukan sekadar strategi keuangan, melainkan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dari hidup hemat pasca-perang hingga kesederhanaan yang dipengaruhi Zen, Jepang telah mengembangkan kebiasaan sehari-hari yang berfokus pada hidup jauh di bawah kemampuan, menghargai sumber daya, dan merencanakan jangka panjang.

Hasilnya? Sebuah pendekatan terhadap uang di mana kekayaan bukanlah apa yang Anda tunjukkan, melainkan apa yang Anda simpan.

Berikut ini adalah tujuh kebiasaan finansial Jepang yang kuat yang dapat mengubah masa depan keuangan Anda.

1. Kakeibo: Seni Mengatur Anggaran dengan Penuh Kesadaran

Kakeibo adalah metode penganggaran tradisional Jepang yang berarti "buku catatan keuangan rumah tangga."

Diciptakan pada tahun 1904 oleh Hani Motoko, jurnalis wanita pertama di Jepang, sistem sederhana ini menggunakan pena dan kertas alih-alih aplikasi atau spreadsheet.

Tindakan fisik menuliskan setiap pengeluaran menciptakan keterhubungan psikologis yang kuat antara Anda dan uang Anda.

Yang membuat Kakeibo unik adalah pembagian pengeluaran ke dalam empat kategori:

  • Kebutuhan (seperti sewa, belanja bahan pokok),
  • Keinginan (hiburan, makan di luar),
  • Budaya (buku, museum), dan
  • Pengeluaran tak terduga (perbaikan, tagihan medis).

Tujuannya bukan menghilangkan kesenangan, melainkan menciptakan kesadaran penuh atas ke mana setiap rupiah pergi.

Mereka yang menggunakan Kakeibo secara konsisten melaporkan mampu menabung 25 persen–35 persen dari pendapatan mereka hanya melalui peningkatan kesadaran terhadap pola pengeluaran.

2. Mottainai: Hilangkan Semua Bentuk Pemborosan

Mottainai adalah konsep Jepang yang menyiratkan penyesalan mendalam terhadap pemborosan. Baik waktu, uang, makanan, maupun energi.

Filosofi ini lebih dari sekadar menghindari belanja berlebihan; ini tentang benar-benar menghargai apa yang sudah dimiliki.

Dalam praktiknya, ini berarti:

  • Memperbaiki barang alih-alih langsung mengganti,
  • Menggunakan produk hingga habis sebelum membeli yang baru,
  • Menemukan cara kreatif untuk menggunakan kembali barang yang mungkin akan dibuang.

Manfaat finansialnya sangat besar dalam jangka panjang. Rumah tangga yang menerapkan mottainai biasanya menjaga peralatan dan furnitur selama puluhan tahun, bukan hanya beberapa tahun. Hasilnya: pengeluaran lebih rendah, kekayaan meningkat, dan bonus dampak lingkungan yang positif.

Ilustrasi investasi. Investasi bukan sekadar menabung, tapi cara cerdas mengelola keuangan untuk masa depan. Simak panduan memulai investasi untuk pemulaShutterstock/A9 STUDIO Ilustrasi investasi. Investasi bukan sekadar menabung, tapi cara cerdas mengelola keuangan untuk masa depan. Simak panduan memulai investasi untuk pemula

3. Strategi Investasi: Kualitas di Atas Kuantitas

Alih-alih mengejar diskon atau tren, orang Jepang cenderung menerapkan prinsip “beli lebih sedikit, tapi lebih baik.” Mereka lebih memilih barang berkualitas tinggi yang tahan lama, seperti pisau dapur, mantel musim dingin, atau furnitur.

Meskipun biaya awalnya lebih mahal, dalam jangka panjang ini justru menghemat uang dengan menghindari penggantian terus-menerus, sekaligus memberi performa dan ketahanan lebih baik.

Pertanyaan yang sering diajukan sebelum membeli:

  • Apakah barang ini benar-benar perlu?
  • Apakah ini memberi nilai jangka panjang?
  • Apakah ini layak mendapat tempat di rumah saya?

4. Hara Hachi Bu: Prinsip 80 Persen untuk Segalanya

Hara Hachi Bu adalah praktik Okinawa yang berarti makan hingga 80 persen kenyang. Tapi prinsip moderasi ini juga diterapkan pada keuangan. Artinya, jangan menghabiskan seluruh anggara, sisakan ruang untuk tabungan dan peluang tak terduga.

Diterapkan pada makanan saja, prinsip ini bisa mengurangi pengeluaran lebih dari 20 persen. Bahan makanan tahan lebih lama, makanan tidak terbuang, dan makan di luar lebih hemat.

Jika dikombinasikan dengan manfaat kesehatan dan pengeluaran medis yang lebih rendah, dampak jangka panjangnya sangat besar.

5. Pertumbuhan Modal yang Sabar dan Investasi Jangka Panjang

Meski Jepang tidak dikenal sebagai negara dengan investasi agresif, pemikiran jangka panjang sangat mengakar dalam budaya mereka. Investor Jepang lebih memilih investasi yang stabil dan menghasilkan dividen dibandingkan skema cepat kaya.

Mereka lebih suka berinvestasi sedikit demi sedikit secara konsisten, menghindari spekulasi berisiko tinggi.

Rumah tangga Jepang rata-rata menabung 15–20 persen dari penghasilan mereka—lebih tinggi dari banyak negara Barat. Pendekatan “pelan tapi pasti” ini membangun kekayaan besar seiring waktu tanpa stres atau kerugian besar dari strategi spekulatif.

6. Hansei: Refleksi Finansial Secara Teratur

Hansei adalah konsep refleksi diri untuk perbaikan berkelanjutan. Dalam keuangan pribadi, ini berarti meluangkan waktu setiap bulan atau kuartal untuk mengevaluasi kebiasaan keuangan, mengidentifikasi area yang bisa ditingkatkan, dan menetapkan tujuan spesifik.

Contohnya: meninjau buku Kakeibo Anda, lalu memilih satu kategori pengeluaran yang bisa dikurangi 5 persen, dan menetapkan strategi sederhana untuk mencapainya. Perubahan kecil tapi konsisten inilah yang menciptakan kekayaan jangka panjang.

7. Tabungan dan Dukungan Komunal

Di beberapa daerah Jepang, masyarakat ikut serta dalam tanomoshi, yakni kelompok arisan tabungan di mana setiap anggota menyetor jumlah tetap setiap bulan, dan satu orang menerima seluruh kumpulan dana secara bergilir.

Meskipun tidak umum lagi saat ini, konsepnya tetap relevan: dukungan kolektif dan konsistensi dapat meningkatkan kekayaan pribadi. 

Di Jepang, literasi keuangan sering diwariskan lewat pengamatan dan percakapan sehari-hari dalam keluarga.

Kesimpulan

Kebiasaan keuangan ala Jepang menawarkan alternatif menyegarkan dibanding strategi instan yang sering mengecewakan.

Prinsip-prinsip ini bukan tentang kekurangan, tetapi tentang kesengajaan. Membuat pilihan sadar tentang ke mana uang Anda pergi, menemukan nilai sejati dari apa yang dibeli, dan memiliki kebijaksanaan untuk memilih tidak membeli sama sekali.

Yang membuat pendekatan ini kuat adalah keberlanjutannya. Tidak seperti frugalisme ekstrem yang mudah membuat lelah, kebiasaan moderat dan bijak ini justru menjadi bagian alami dari gaya hidup.

Kekayaan yang mereka bangun bukan hanya angka di rekening, tapi kehidupan yang lebih tenang dan penuh makna. Mulailah dari satu kebiasaan hari ini, dan mulailah perjalanan menuju kebebasan finansial yang bertahan lama.

Tag:  #kebiasaan #keuangan #orang #jepang #membangun #kekayaan

KOMENTAR