Sering Diucapkan pada Bulan Ramadhan : Mengenal arti Marhaban Ya Ramadhan
Ayu Azhari merilis lagu Marhaban Ya Ramadhan dengan melibatkan Isabel Azhari, Lennon Azhari, dan Maryam Azhari./YouTube The Azhari's
18:06
22 Februari 2024

Sering Diucapkan pada Bulan Ramadhan : Mengenal arti Marhaban Ya Ramadhan

- Umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, akan segera merayakan bulan suci Ramadhan.

Sebelum berpuasa, banyak orang yang saling memaafkan. Menjelang bulan Ramadhan, sering mendengar orang mengucapkan kalimat "Marhaban ya Ramadhan" atau memposting update di media sosial.

Bagi umat Islam Indonesia, kata ini sepertinya sudah menjadi tradisi menjelang bulan puasa. Bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam.

Ramadhan hanya tinggal hitungan beberapa hari, bukan waktu yang lama. Dengan demikian, bulan Syaban telah berakhir dan akan segera berakhir.

Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2024 yang dikutip dari aceh.kemenag.go.id, tanggal 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada 12 Maret 2024.

Baik persiapan fisik dengan mempercantik masjid atau mushola maupun kebutuhan saat puasa mendatang. Namun yang seharusnya lebih disiapkan adalah mental.

Dengan begitu banyak kemuliaannya, sudah sepantasnya kita menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh suka cita, sembari memanjatkan doa, melantunkan harapan, dan mengucapkan “selamat datang”.

Ya, mengucapkan “marhaban ya Ramadhan” (selamat datang bulan Ramadhan). Tentu, ucapan selamat datang akan kurang terserap hati jika tidak dibarengi doa.

Kata Marhaban Ya Ramadhan merupakan istilah yang telah menjadi trend oleh setiap muslim di Indonesia bahkan termasuk di negara lainnya untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Ucapan Marhaban Ya Ramadhan berasal dari bahasa Arab. Marhaban ya Ramadhan diartikan sebagai Selamat datang wahai bulan yang penuh berkah, ampunan, dan kasih sayang Allah.

"Marhaban ya Ramadhan, marhaban syahra as-Shiyam.” Selamat datang Ramadhan, selamat datang bulan puasa.

Demikianlah ungkapan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Sebab, hanya mereka yang berimanlah yang gembira dengan datangnya bulan ramadhan.

Sebab, di bulan inilah, Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh, yang dimulai dari terbit fajar, hingga terbenam matahari.

Dalam Al-Qur'an, kewajiban berpuasa, ditegaskan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah [2]: ayat 183. “Ya ayyuha al-ladzina amanu kutiba ‘alaikumu as-shiyam, kama kutiba ‘ala al-ladzina min qablikum la’allakum tattaqun.”. “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183). Istilah ini mengandung makna filosofis yang mendalam yaitu menunjukkan rasa gembira dan rasa syukur dengan datangnya sesuatu yang amat istimewa yang penuh barakah dan kemuliaan. Orang-orang arab ketika menyambut tamu kehormatannya, mereka selalu menyambutnya dengan menggunakan kata-kata Marhaban.

Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang datang itu harus dihormati dan dimuliakan. Dikutip dari sajada.id

Biasanya, menyambut kedatangan bulan suci tersebut membawa kesibukan mendadak bagi kaum muslimin, mulai dari sibuk mencari makanan berbuka hingga penampilan, karena memang bulan Ramadhan ini berbeda dengan bulan-bulan yang lain, salah satunya adalah perubahan pola makan, tata berbicara, tata busana dan pelaksanaan ibadah yang diharapkan jauh lebih meningkat dari biasanya. Dan masjid-masjid pun biasanya mulai ramai dikunjungi di awal bulan Ramadhan.

Keindahan dan kekhusyukan hari-harinya adalah sesuatu yang sulit didapatkan di hari biasa sehingga tak heran kalau di bulan suci ini begitu banyak hal biasa yang menjadi istimewa.

Ramadhan menyediakan paket yang kental dengan makanan jiwa, seperti puasa, tarawih, malam Lailatul Qadar hingga kembali ke fitrah dalam Idul Fitri.

Ibadah di bulan Ramadhan memiliki nilai spiritual yang menjanjikan pelakunya mendapatkan kebahagiaan batin.

Al-Qur'an menyatakan tujuan yang hendak diperjuangkan adalah untuk mencapai taqwa, yakni keseimbangan unik yang terjadi karena aksi-aksi moral yang integral, sebagai tampilan kepribadian manusia beriman yang benar-benar utuh, setelah unsur-unsur positif diserap masuk ke dalam diri pribadinya.

Dengan taqwa mampu melindungi diri dari akibat-akibat perbuatan sendiri yang buruk dan jahat.

Karena itu jika taqwa diartikan "takut kepada Allah", maka sesungguhnya "takut pada akibat-akibat perbuatan sendiri, baik akibat-akibat di dunia maupun di akhirat" nanti.

Seseorang yang berpuasa betul-betul berdasarkan motivasi keimanan nan dapat menjaga tindak tanduknya selama berpuasa maka ia akan mendapatkan pencerahan ruhani dan dikembalikan kepada fitrahnya sebagai manusia, makhluk yang mulai tanpa bercak noda dan dosa sebagaimana sabda Rasulullah:

شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وسَنَّنَ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ
Artinya: "Bulan ramadhan, bulan dimana Allah telah mewajibkan kamu sekalian berpuasa dan aku sunnahkan kamu untuk melaksanakan sholat malam. Barangsiapa puasa Ramadhan dan sholat malam dengan dasar iman dan ihtisab, dia telah keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dia dilahirkan oleh ibunya." Dikutip dari nu.or.id

Untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa (muttaqin) kepada Allah SWT. Dan ciri orang yang bertakwa itu adalah senantiasa mengerjakan segala yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. (Waf’alu al-khairat wa ajtanibu ‘ani as-sayyia`at). Puasa diwajibkan kepada setiap Muslim, terutama yang sudah dewasa (baligh). Kewajiban itu berlaku selama sebulan dalam setahun, yakni pada bulan Ramadhan. Perintah puasa ini pertama kali disyariatkan pada tahun ke-2 hijriyah, yaitu sesudah Rasulullah SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Puasa ini sesungguhnya bukan hanya dilakukan oleh umat Islam saja, tetapi juga sudah dilakukan oleh umat-umat lainnya. Hal ini tampak dari keterangan ayat Al-Qur'an surah Al-Baqarah [2] ayat 183 diatas.

Umat Islam mengenal dengan puasa Nabi Daud AS, yakni puasa selang-seling (sehari puasa sehari berbuka).

Puasanya Nabi Musa saat di menerima 10 perintah dari Allah. Umat Islam berpuasa dengan tujuan untuk menjadi orang yang bertakwa dengan cara mengendalikan diri dari makan dan minum serta yang membatalkannya.

Sedangkan umat lainnya, memiliki tujuan puasa yang berbeda pula. Antara lain, sebagai kesaktian, kekebalan, kebatinan, olah kanuragan, dan lain sebagainya. Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia.

Rasulullah SAW bersabda: Man shama ramadhana imanan wahtisaban, ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih. Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan keikhlasan (karena Allah), maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA).
Dikutip dari sajada.id

Keutamaan bulan Ramadhan

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur'an. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur'an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur'an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.” Dikutip dari unissula.ac.id

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.

An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdoa demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”Demikianlah, kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan hendaklah kegembiraan yang dilandasi semangat untuk menaikkan derajat di sisi Allah dengan sepenuh kesadaran dan niat yang benar.

Dengan berbagai macam kebaikan dan pahala yang dijanjikan, sudah sepantasnya umat Islam untuk menyambut gembira datangnya bulan yang penuh ampunan dan berkah dari Allah ini dengan penuh kegembiraan. Sebab, didalamnya terdapat jutaan pahala yang akan diberikan kepadanya. “Barangsiapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan dirinya dari sentuhan api neraka.”

Rasul SAW bersabda: Awalnya ramadhan itu rahmat (kasih sayang), pertengahannya maghfirah (ampunan), dan akhirnya pelepasan diri dari api neraka (itqun min an-nar).

Editor: Hanny Suwin

Tag:  #sering #diucapkan #pada #bulan #ramadhan #mengenal #arti #marhaban #ramadhan

KOMENTAR