Masjid Jami Pekojan, Satu Abad Menjaga Tradisi Bubur India di Jawa Tengah
Bubur India menjadi kuliner wajib yang harus dicicipi saat Ramadhan di Masjid Pekojan, Kota Semarang. (JawaPos Radar Semarang)
17:32
15 Maret 2024

Masjid Jami Pekojan, Satu Abad Menjaga Tradisi Bubur India di Jawa Tengah

Masjid Jami Pekojan, Kota Semarang, menjadi salah satu ikon destinasi religi dan salah satu jujukan wisata Jawa Tengah. Setiap Ramadhan, masjid ini selalu ramai. Satu abad lebih, masjid itu tetap bisa melestarikan untuk menyajikan bubur India. Bubur khas dengan rasa dan aroma rempah.

Setiap Ramadhan, ratusan warga selalu berdatangan di Masjid Pekojan. Mereka mengikuti pengajian sampai mendekati waktu azan. Setelah itu, mereka akan duduk di bagian sisi kanan masjid.

Mereka menunggu makanan khas bubur India. Bubur ditaruh di mangkuk dan berjajar rapi dengan dilengkapi satu gelas minuman. Penikmat bubur India Ahmad Rofiq mengaku, kerap melahap bubur India di Masjid Pekojan. Sebab senang dengan aroma rempah-rempah dari bubur India.

”Gurih rasanya, dan terasa banget rempah-rempahnya,” aku Ahmad Rofiq.

Masjid Pekojan memang unik dan memancarkan pesona khusus dengan sejumlah cerita yang tersembunyi. Salah satu keunikan terletak pada sebuah prasasti berhuruf Tionghoa yang menghiasi bagian depan masjid.

Masjid Pekojan sudah berusia lebih dari 1, 5 abad. Berdiri sejak 1878 dan dibangun Syekh Latief. Pada masa itu, pembangunan masjid dibatasi pada area makam sebagai hasil kebijakan segregasi ras yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda. Wisata Jawa Tengah itu selalu ramai dan menjadi ikon wisata religi.

Meski usianya sangat tua, Masjid Pekojan tetap mempertahankan keaslian bangunan utama. Lantai marmer, empat pilar kayu, pintu, dan mimbar masih original sejak awal pembangunan. Bagian dalam masjid ini menyuguhkan atmosfer yang khas Timur Tengah, menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya sepanjang sejarah Semarang.

Di makam di Masjid Jami Pekojan juga selalu ramai didatangi peziarah. Salah satunya makam Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus. Makam tersebut diyakini sebagai makam salah seorang tokoh perempuan yang masih keturunan nabi. Dulu sering diminta pertolongan diminta mendoakan dan memiliki karomah menyembuhkan berbagai macam penyakit. Saat ini, bahkan menjadi salah satu ikon wisata Jawa Tengah. Wisata religi yang banyak dikunjungi peziarah.

Juru masak Bubur India Sirin begitu cekatan saat meracik bubur India. Meski usianya sudah 71 tahun dia cekatan memasak dengan kuali besar di atas tungku. Sekitar 20 kilogram beras dimasak dengan api besar dari kayu bakar. Proses memasak bubur India sebanyak itu memakan waktu tiga jam. 

Ngoblaknya (mengaduk) satu jam tidak boleh berhenti. Ini untuk sekitar 215 porsi bubur India,” kata Sirin.

Bubur India cukup unik dan berbeda dari bubur biasa. Teksturnya lebih encer, baunya gurih semerbak lantaran mengandung rempah-rempah. Ada kayu manis, jahe, laos, serai, dan ditambah potongan sayuran seperti seledri dan wortel.

”Menu ini merupakan warisan tradisi moyang yang berasal dari Suku Koja di Wilayah Gujarat, India. Bubur ini disajikan dengan buah-buahan, kurma, serta kudapan lain. Pendamping bubur biasanya sayur lodeh, gulai, kari, atau opor ayam,” tambah Sirin. (mia/fth)

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #masjid #jami #pekojan #satu #abad #menjaga #tradisi #bubur #india #jawa #tengah

KOMENTAR