Transkrip Pidato Perdana Prabowo sebagai Presiden RI, Singgung Cita-cita untuk Indonesia
Prabowo Subianto berpidato secara perdana setelah resmi dilantik menjadi Presiden ke-8 RI dalam Sidang Paripurna MPR yang digelar di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (20/10/2024). 
12:53
20 Oktober 2024

Transkrip Pidato Perdana Prabowo sebagai Presiden RI, Singgung Cita-cita untuk Indonesia

Prabowo Subianto telah resmi menjadi Presiden ke-8 RI setelah dilantik dalam Sidang Paripurna MPR yang digelar di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (20/10/2024).

Usai dilantik, Prabowo pun menyampaikan pidato perdananya sebagai Presiden RI di depan anggota DPR/MPR hingga para tamu negara yang hadir.

Dalam pidatonya, Prabowo menginginkan Indonesia mencapai swasembada pangan dan energi.

Selain itu, dia juga mengingatkan kepada masyarakat  bahwa banyak tantangan ke depan yang bakal dihadapi Indonesia.

Prabowo juga berterimakasih kepada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) ke-13, Ma'ruf Amin atas kinerjanya selama memimpin Indonesia.

Selengkapnya berikut transkrip pidato Prabowo setelah resmi menjadi Presiden ke-8 RI:

"Saudara-saudara sekalian, di hadapan majelis yang terhormat ini, di hadapan masyarakat Indonesia, dan yang terpenting di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

Saya, Prabowo Subianto dan Saudara Gibran Rakabuming Raka telah mengucapkan sumpah untuk mempertahankan Undang-Undang Dasar kita, untuk menjalankan semua undang-undang yang berlaku untuk berbakti kepada negara dan bangsa. Sumpah tersebut akan kami jalankan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab dan dengan semua kekuatan yang ada pada jiwa dan raga kami.


Kami akan menjalankan kepemimpinan pemerintah Republik Indonesia, kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia, dengan tulus dengan mengutamakan kepentingan seluruh rakyat Indonesia termasuk yang tidak memilih kami. Kami akan mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia, kepentingan rakyat Indonesia di atas segala kepentingan, di atas segala golongan, apalagi kepentingan pribadi kami.

Saudara-saudara sekalian, tantangan, rintangan, hambatan, dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di tengah dinamika dan pergulatan dunia adalah tidak ringan. Saudara-saudara sekalian, kita paham, kita mengerti, bahwa karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa kepada kita sungguh sangat besar dan sungguh sangat beragam.

Kita memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang sangat besar. Kita memiliki kekayaan alam yang sangat besar, kita mengerti bahwa sumber alam ini terdiri dari sumber-sumber alam yang sangat penting untuk kehidupan manusia di abad ke-21 dan seterusnya.

Namun, di tengah segala karunia itu, di tengah segala kelebihan yang kita miliki, yang memang membuat kita harus menghadapi masa depan dengan optimis, tetapi kita pun harus berani untuk melihat hambatan, tantangan, rintangan, ancaman, dan kesulitan yang ada di hadapan kita.

Saya selalu mengajak saudara-saudaraku sebagnsa dan setanah air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman.

Saudara-saudara sekalian, sesungguhnya sejarah kita adalah sejarah dengan penuh kepahlawanan, penuh pengorbanan, penuh keberanian, tidak hanya pemimpin-pemimpin tetapi keberanian rakyat kita menghadapi segala tantangan bahkan invasi-invasi dari bangsa lain.

Saudara-saudara sekalian, kita paham dan kita mengerti bahwa kemerdekaan kita bukanlah hadiah. Kemerdekaan kita didapat dengan pengorbanan yang besar. Saudara-saudara sekalian, kita harus paham dan ingat selalu pengorbanan paling besar adalah pengorbanan dari rakyat kita, dari rakyat kita paling miskin, wong cilik yang memberi makan kepada pejuang-pejuang.

Janganlah kita lupa, waktu kita perang kemerdekaan, kita tidak punya anggaran, kita tidak punya APBN, pasukan kita tidak digaji. Siapa yang beri makan kita? yang beri makan adalah para petani di desa-desa, yang beri makan adalah nelayan, yang beri makan adalah pekerja, terus-menerus mereka yang mendirikan Republik Indonesia.

Sekarang, saya mengajak saudara-saudara terutama unsur pimpinan dari semua kalangan. Dari kalangan cendekiawan, ulama, pengusaha, dari kalangan pemimpin politik, dari kalangan pemuda dan mahasiswa, mari kita berani menghadapi tantangan tersebut.

Saudara-saudara sekalian, tantangan yang besar ada yang berasal dari luar kita. Tapi, harus kita akui, harus berani kita mengakui, banyak tantangan dan kesulitan berasal diri kita sendiri. Ada tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada karena kita kadang-kadang tidak handal, tidak piawai mengurus kekayaan kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian, marilah kita berani mawas diri, marilah kita berani menatap wajah kita sendiri dan mari kita berani memperbaiki diri kita sendiri, marilah kita berani mengoreksi diri kita sendiri. Saudara-saudara sekalian, kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran, penyelewengan, korupsi di negeri kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan dan membahayakan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita.

Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita, penyimpangan-penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik pejabat pemerintah di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha yang nakal, pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik. Janganlah kita takut untuk melihat realita ini.

Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita tidak punya pakaian saat berangkat sekolah.

Kita, sebagai pemimpin politik, jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, puas. Padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia.

Tapi, apakah kita sungguh-sungguh paham, apakah kita paham, apa kita sungguh-sungguh paham, apa kita sungguh melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita. Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi. Banyak rakyat kita yang tidak mendapatkan pekerjaan yang baik.

Saudara-saudara sekalian, kita harus berani melihat ini semua dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua. Saudara-saudara sekalian, saya mengajak kita semua, marilah kita berani melihat kenyataan. Kita boleh bangga dengan prestasi kita, tapi marilah kita jangan terlalu tertegun, jangan terlalu puas, jangan terlalu cepat gembira dan menutup mata dengan penderitaan saudara-saudara kita.

Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta yang kalau melihat sesuatu yang tidak enak, dia memasukan kepalanya dalam tanah. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah. Marilah kita menghadapi kesulitan dengan berani. Saudara-saudara sekalian, marilah kita berhimpun, marilah kita bersatu untuk mencari solusi, jalan keluar dari ancaman dan bahaya tersebut.

Saudara-saudara sekalian, saya mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kita tidak boleh tergantung dari sumber makanan dari luar. Dalam krisis, dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli.

Karena itu tidak ada jalan lain, dalam waktu sesingkat-singkatanya, kita harus mencapai ketahanan pangan. Kita harus mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia. Saya sudah mempelajari bersama pakar-pakar yang membantu saya, saya yakin 4-5 tahun, kita akan swasembada pangan. Bahkan kita siap menjadi lumbung pangan dunia.

Saudara-saudara sekalian, kita juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang dimana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek. Negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri. Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan kita dapat sumber energi dari negara lain.

Karena itu, kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi. Kita diberikan karunia oleh Tuhan Maha Besar, tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung dengan negara lain. Tanaman-tanaman seperti kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin. Kita juga punya tanaman-tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung dan lain-lain.

Kita juga punya energi bawah tanah atau geotermal yang cukup. Kita punya batubara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar. Saudara-saudara sekalian, pemerintah yang saya pimpin nanti, akan fokus untuk mencapai swasembada energi.  

Kita juga harus mengelola air kita dengan baik. Alhamdulillah, kita punya sumber air yang cukup dan kita punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Saudara-saudara sekalian, juga semua subsidi, bantuan kepada rakyat kita yang masih dalam keadaan susah harus kita yakin subsidi-subsidi itu semua sampai ke yang membutuhkan.

Kita harus berani meneliti dan kalau perlu kita rubah subsidi itu harus kepada langsung keluarga-keluarga yang membutuhkan itu. Dengan teknologi digital, kita akan mampu sampai subsidi itu sampai ke tiap keluarga yang membutuhkan. Tidak boleh aliran-aliran itu tidak sampai yang membutuhkan itu.

Saudara-saudara, anak-anak kita harus bisa makan bergizi, minimal satu kali sehari dan itu akan kita lakukan dan itu bisa kita lakukan. Selain itu, menjamin, melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati, kemakmuran yang sebenarnya, kita harus melakukan hilirisasi kepada komoditas yang kita miliki. Semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera.  

Saya sudah katakan, kita harus berani menghadapi dan memberantas korupsi dengan perbaikan sistem, dengan penegakan hukum yang tegas, dengan digitalisasi, insyaAllah kita akan kurangi korupsi secara signifikan. Tapi ini harus kita lakukan, semua unsur pimpinan harus memberi contoh. Ing Ngarsa Sung Tuladha.

Saudara-saudara sekalian, ada pepatah yang mengatakan 'kalau ikan mulai busuk, busuknya dari kepala'. Semua pejabat, dari semua eselon, dan semua tingkatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang sebersih-bersihnya. Mulai contoh dari atas dan sesudah itu penegakan hukum yang tegas dan keras.

Saudara-saudara sekalian, semua kita percaya dan kita yakin, kita akan punya kekuatan untuk menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Ini sasaran yang berat. Bahkan, banyak yang mengatakan, ini sesuatu yang tidak mungkin. 

Saudara-saudara, pemimpin berani dan baik, akan terpanggil untuk melakukan yang tidak mungkin dan mencari jalan yang tidak mungkin, kita atasi. Bangsa yang berani adalah bangsa yang bikin tidak mungkin menjadi mungkin.

Saudara-saudara, di tengah cita-cita yang begitu besar dan kita idam-idamkan, kita perlu suasana kebersamaan, persatuan, kolaborasi, dan kerjasama. Bukan cekcok yang berkepanjangan. Kita perlu pemimpin yang tidak caci maki, arif, bijaksana, yang mengerti dan cinta budaya dan sejarah bangsa sendiri. Yang bangga dengan adab dan adat bangsa kita sendiri.

Kita sejak dari dulu, pemikiran dan kehendak rasa bangun pendiri bangsa kita, kita ingin menjadi bangsa berdemokrasi. Kita menempatkan kedaulatan rakyat setinggi-tingginya. Dalam dasar negara kita, Pancasila, kerakyatan adalah sendi utama dari lima sila yang kita junjung tinggi.

Kita menghendaki kehidupan demokrasi. Tapi, marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, demokrasi yang cocok untuk bangsa kita, demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita. Demokrasi kita harus demokrasi yang santun. Demokrasi di mana berbeda pendapat, harus tanpa permusuhan.

Demokrasi di mana mengoreksi harus tanpa caci maki. Bertarung tanpa membenci. Bertanding tanpa berbuat curang. Demokrasi kita harus yang menghindari kekerasan, adu domba, hasut menghasut. Demokrasi kita harus demokrasi yang sejuk, damai, dan menghindari kemunafikan. Hanya dengan persatuan dan kerjasama, kita akan mencapai cita-cita para leluhur kita. Bangsa yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kertaraharja, bangsa yang badaltun toyibattun warobun gofur.

Cita-cita kita melihat wong cilik iso ngguyu, bisa senyum. Bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah milik rakyat, kita berkuasa seizin rakyat, kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat setiap pemimpin dalam setiap tingkatan, pekerjaan kita harus untuk rakyat, bukan bekerja untuk diri kita sendiri, bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat.

Saudara-saudara sekalian, kita harus mengerti selalu, sadar selalu, bahwa bangsa yang merdeka di mana rakyatanya merdeka. Rakyat harus bebas dari ketakutan, bebas dari kemiskinan, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari penindasan, bebas dari penderitaan.

Saudara-saudara sekalian, masih ada saudara-saudara kita usianya di atas 70 tahun masih menarik becak. Ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka. Hanya kalau kita bisa wujudkan itu, baru kita puas dan bangga dengan prestasi Indonesia Merdeka.

Sebelum itu, marilah kita kerja keras. Marilah berjuang tanpa menyerah. Marilah kita menghimpun dan menjaga kekayaan kita, jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain.

Saudara-saudara sekalian, kekayaan kita harus sebesar-besarnya untuk rakyat kita. Ini tidak mudah untuk kita capai, tapi kita bisa capai kalau kita bersatu dan bekerjasama. Marilah kita bangun masa depan bersama, marilah kita mengangkat rekan-rekan kita, walaupun berbeda, kita adalah anak Indonesia.

Presiden Joko Widodo beberapa kali mengalahkan saya. Tapi begitu beliau menang, beliau mengajak saya bersatu dan saya menerima ajakan itu. Sekarang, saya yang menang dan saya mengajak semua pihak, ayo bersatu!

Saudara-saudara sekalian, dalam menghadapi dunia internasional, Indonesia memilih jalan bebas aktif, nonblok, non-align. Kita tidak mau ikut pakta-pakta militer manapun. Kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara. Sudah saya berkali-kali saya canangkan, Indonesia akan menjalani politik luar negeri sebagai negara yang ingi menjadi tetangga yang baik. We want to be a good neighbour.

Dengan demikian, kita ingin menjadi sahabat semua negara. Tapi, kita punya prinsip, bahwa prinsip kita anti penjajahan karena kita pernah mengalami penjajahan. Kita anti penindasan karena kita pernah ditindas. Kita anti rasialisme, apartheid karena kita pernah mengalami apartheid. Bahkan, kita digolongkan lebih rendah dari anjing.

Karena itu, kita punya prinsip bahwa kita harus solider, kita harus membela rakyat-rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Pemerintah Presiden Joko Widodo sudah mengirimkan banyak bantuan hari ini. Kita punya banyak tim medis yang bekerja di Gaza dan Rafah dengan risiko yang tinggi. Dan kita pun siap mengirim bantuan yang lebih banyak dan kita siap evakuasi mereka-mereka yang luka. Kita siapkan semua rumah sakit tentara kita dan rumah sakit lain untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil.

Saudara-saudara, kita menjadi bangsa yang harus berterimakasih kepada generasi pembebas. Kepada Bung Karno, Bung Hatta. Pahlawan-pahlawan yang lain, I Gusti Ngurah Rai, Pattimura, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, semua pahlawan yang tidak bisa kita sebut satu persatu. Tapi, mereka yang membayar saham dengan darah dan air mata mereka.

Sekarang, kita ucapkan terimakasih kepada Presiden Republik Indonesia ke-7. Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden, Prof. Ma'ruf Amin, terimakasih atas kepemimpinan bapak. Terimakasih atas kenegarawanan bapak. Bapak telah menahkodai bangsa ini melalui krisis-krisis yang sangat berat. Jangan kita merasakan hari ini. Ingat kita saat Covid, kita saja mau keluar rumah saja takut.

Semua pihak dalam dan luar negeri, menelepon beliau terus, menekan beliau terus minta lockdown, lockdown, lockdown. Beliau menolak, beliau berpikir, kalau kita lockdown bagaimana wong cilik, bagaimana warung tegal, bagaimana ojol, bagaimana rakyat-rakyat yang makannya dari upah harian. Jangan lupa kita prestasi pemimpin-pemimpin kita. Terimakasih Bapak Jokowi, terimakasih Bapak Ma'ruf Amin, Anda telah berjasa, Anda akan dikenang sebagai putra Indonesia yang termasuk terbaik.

Saudara-saudara sekalian, akhir kata saya mohon doa restu saudara-saudara. Mari kita bangun Indonesia di atas landasan yang sudah dirintis oleh pendahulu-pendahulu kita. Mari kita belajar semua kekurangan kita akui dan kita perbaiki. Hentikan dendam, hilangkan kebencian, bangun kerukunan, bangun gotong royong. Itu kepribadian bangsa kita, itu ajaran Bung Karno sendiri.

Saudara-saudara sekalian, kami siap melanjutkan estafet kepemimpinan. Kita siap bekerja keras menuju Indonesia Emas, menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur. Kita tidak mau mengganggu negara lain, tapi kita juga tidak mengizinkan bangsa manapun untuk mengganggu kita.

Semoga Tuhan Yang Maha Besar, Allah SWT, yang memiliki sekian alam, semoga melindungi kita, menyertai kita semua dalam perjalanan kita dan pengabdian kita kepada bangsa negara kita. Kita juga berdoa pada Yang Maha Kuasa agar tamu-tamu agung kita akan kembali ke rumah mereka masing-masing dalam keadaan aman dan terus bersahabat kita.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita sekalian. Syalom, Om Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya, Rahayu, Rahayu. Merdeka! Merdeka! Merdeka!"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Pelantikan Prabowo dan Gibran 

Editor: Endra Kurniawan

Tag:  #transkrip #pidato #perdana #prabowo #sebagai #presiden #singgung #cita #cita #untuk #indonesia

KOMENTAR