



Dugaan Malapraktik di RSCM: Balita Alami Kebocoran Usus Usai Endoskopi, Keluarga Lapor ke Majelis Disiplin Profesi
Seorang balita berinisial J nyaris kehilangan nyawa setelah menjalani prosedur endoskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dugaan malapraktik dalam penanganan medis ini membuat sang ayah, Adam Harits, yang merupakan Co-Founder Gem Research International Laboratory melaporkan dokter yang menangani anaknya ke Majelis Disiplin Profesi (MDP).
Balita tersebut mengalami kebocoran usus dan sempat mengalami gagal jantung, paru, serta ginjal, hingga harus menjalani perawatan intensif selama lebih dari 40 hari.
Kasus bermula pada 28 Agustus 2024, saat J dibawa ke RSCM karena mengalami gangguan makan dan kerap muntah. Setelah berkonsultasi dengan dokter rehab medik dan spesialis THT, ditemukan kondisi cobblestone appearance di tenggorokan. Adam lalu dirujuk ke seorang dokter senior berinisial P di RSCM. Namun, Adam menyebut bahwa dokter tersebut langsung menyarankan endoskopi tanpa menyentuh atau memeriksa tubuh J.
"Pada pemeriksaan pertama, dokter yang menyandang gelar profesor tersebut langsung menyarankan prosedur endoskopi tanpa sama sekali memeriksa tubuh J, bahkan tanpa menyentuh tubuh J," ujar Adam dalam siaran pers Haris Azhar Law Office, Rabu (25/6).
Adam mengaku sempat menolak saran itu karena anaknya belum genap berusia satu tahun. Ia menyarankan untuk menunggu hingga usia anaknya mencukupi sambil mencoba terapi GERD terlebih dahulu. Namun respons dari dokter justru mengejutkannya.
"Dokter itu bilang, 'Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak'," kata Adam menirukan ucapan sang dokter.
Endoskopi pertama dilakukan pada 1 November 2024, yang menunjukkan adanya GERD. Namun beberapa pekan setelah tindakan itu, J kembali mengalami muntah yang lebih sering. Saat menyampaikan saran dokter rehab medik untuk memasang selang nutrisi, dokter P justru menyalahkan Adam.
“Waktu itu Bapak habis endoskopi buru-buru pulang. Takut asuransi nggak cover?” ujar sang dokter seperti dikutip Adam.
Adam membantah tuduhan itu dan menegaskan bahwa keputusan pulang adalah atas izin dokter. Ketika ia menyatakan kesiapan untuk langsung memasang selang, dokter malah menyarankan endoskopi kedua. Padahal menurut Adam, tindakan pemasangan selang seharusnya bisa dilakukan tanpa prosedur endoskopi ulang.
Endoskopi kedua dilakukan pada 13 Desember 2024. Bukannya membaik, kondisi J justru memburuk.
"Kondisinya makin sering muntah dan merintih kesakitan. Saya tanya keberadaan dokter P, katanya sedang menghadiri acara Kemenkes. WhatsApp pun dibalas lama," jelas Adam.
Akhirnya, J harus dibawa ke ruang PICU dalam kondisi kritis. Setelah menjalani pemeriksaan intensif, ditemukan adanya kebocoran pada usus. "Operasi kemudian dilakukan dan terkonfirmasi memang terjadi kebocoran pada usus," ujarnya.
Esok harinya, J mengalami sepsis berat dengan indikasi gagal jantung, paru, dan ginjal. Ia harus menjalani cuci darah nonstop selama 72 jam.
“Total ada tiga kali operasi, lalu bulan April kemarin operasi keempat untuk penutupan stoma,” tutur Adam.
Adam menyayangkan tidak adanya penjelasan medis yang transparan dari dokter P, termasuk soal tindakan dilatasi usus yang baru diketahuinya belakangan.
"Padahal biopsi endoskopi pertama menunjukkan J negatif H. pylori, tapi dokter tetap bersikukuh itu penyebabnya. Bahkan tindakan dilatasi pun tidak pernah dijelaskan sebelumnya,” tegasnya.
Kasus ini kini sudah dilaporkan ke Majelis Disiplin Profesi. Adam berharap ada pertanggungjawaban dari pihak yang menurutnya lalai menangani kondisi anaknya.
JawaPos.com sudah berupaya menghubungi Direktur Utama RSCM dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes, melalui pesan WhatsApp untuk mengonfirmasi kejadian ini. Namun hingga berita ini ditulis, yang bersangkutan belum membalas pesan tersebut. (*)
Tag: #dugaan #malapraktik #rscm #balita #alami #kebocoran #usus #usai #endoskopi #keluarga #lapor #majelis #disiplin #profesi