



Bentuk Karakter Anak, Wali Kota Surabaya Terapkan Sekolah Masuk Pagi dan Pulang Tanpa PR sejak 2022
— Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menerapkan sekolah tanpa pekerjaan rumah (PR) dan jam masuk pagi sejak 2022. Aturan ini diterapkan di seluruh sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kebijakan itu diterapkan untuk meningkatkan kedisiplinan, pembentukan karakter, minat dan bakat, serta pengembangan kreativitas pelajar Kota Surabaya. Adapun kebijakan ini dikemas lewat program Sekolah Arek Suroboyo (SAS).
Program yang dikembangkan oleh Pemkot Surabaya itu tidak hanya untuk meningkatkan kedisiplinan, pembentukan karakter, dan pengembangan kreativitas siswa saja.
Program tersebut juga menjadi salah satu cara untuk mengurangi kenakalan remaja di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, program SAS yang digerakkan melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan, pembentukan karakter, dan pengembangan kreativitas siswa.
Hal itu ia sampaikan saat meninjau kegiatan siswa di SDN Kaliasin I pada Rabu (11/6/2025).
Program tersebut, lanjut Eri, juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi kenakalan remaja di Surabaya.
“Sejak Januari 2022, kami mengadakan SAS. Di dalam SAS, ada yang namanya sekolah kebangsaan dan bakat minat. Kalau hari ini masih ada geng motor, dan (kenakalan remaja) macam-macam itu karena tidak ada pembentukan karakter sejak awal,” kata pria yang akrab disapa Cak Eri itu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (14/6/2025).
Fokus pada pengembangan karakter dan kreativitas siswa
Cak Eri menyampaikan, program SAS memiliki dampak positif bagi perkembangan anak Surabaya. Pasalnya, program ini tidak hanya mengajarkan anak lebih disiplin, tetapi juga untuk meningkatkan rasa kepedulian dan sosial anak, baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga.
Melalui program SAS, kata Cak Eri, siswa akan memiliki kesempatan untuk bersosialisasi di masyarakat dan lebih banyak waktu bersama keluarga. Sebab, dalam program ini, waktu belajar mengajar di sekolah SD dan SMP dimajukan, yang sebelumnya dimulai pada pukul 07.00 WIB, kini menjadi pukul 06.30-12.00 WIB.
“Karena waktunya (kegiatan belajar) kita sampai pukul 12.00 WIB, sampai shalat zuhur. Setelah (shalat) berjamaah, (siswa) langsung melakukan sekolah kebangsaan, wawasan kebangsaan, dan bakat minat,” ujar Cak Eri.
Selain itu, dalam program tersebut, siswa SD-SMP, baik negeri dan swasta, juga tidak lagi dibebani pekerjaan rumah (PR) oleh guru. Pasalnya, PR disubstitusi dengan pendidikan karakter dan pengembangan bakat setelah kegiatan belajar mengajar di kelas.
Menurutnya, penerapan kebijakan tersebut membuat siswa tidak lagi terbebani tugas sekolah ketika di rumah. Dengan begitu, siswa bisa menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah.
“Karena apa? Saya ingin arek-arek Surabaya sering berinteraksi dengan keluarga, sering berinteraksi dengan masyarakat sehingga akan membentuk karakter anak,” tutur Cak Eri.
Ia menjelaskan, karakter-karakter tersebut tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi juga ada di setiap rumah dan setiap perkampungan.
“Semua (kebijakan) itu kami terapkan sejak 2022,” imbuh Cak Eri.
Pemkot Surabaya menjalankan program Sekolah Arek Suroboyo (SAS) yang mendorong pembelajaran tanpa PR dan memperkuat kedisiplinan serta minat bakat siswa sejak 2022
Sebelumnya, Cak Eri juga sempat meninjau berbagai kegiatan di SDN Kaliasin I dan SMPN 6 Surabaya.
Di SDN Kaliasin I, Cak Eri sempat menyapa sejumlah siswa yang sedang mengikuti kegiatan pengembangan kreativitas dan bakat, seperti menggambar, latihan musik, karate, hingga sepak bola.
Setelah meninjau kegiatan siswa SDN Kaliasin I, Cak Eri menuju ke SMPN 6 Surabaya. Di sini, ia juga sempat menyapa siswa-siswi yang sedang mengikuti berbagai kegiatan pengembangan kreativitas dan bakat.
Kegiatan tersebut meliputi karawitan, bola basket, pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka), paduan suara, hingga kelas bahasa asing.
Tingkatkan keterlibatan keluarga dan lingkungan sekitar
Cak Eri berharap, melalui program tersebut, siswa SD-SMP sederajat di Surabaya akan lebih disiplin dan terhindar dari kegiatan negatif. Sebab, pembentukan karakter tidak bisa hanya dilakukan oleh sekolah, tetapi juga membutuhkan peran serta orangtua.
“Karena yang saya katakan tadi, pembentukan karakter tidak hanya dilakukan oleh atau guru saja, tetapi juga membutuhkan peran serta orangtua. Dua-duanya harus membentuk karakter. Alhamdulillah, ini sudah berjalan di Surabaya,” harapnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, program tersebut dijalankan berdasarkan instruksi Cak Eri, khususnya terkait jam sekolah yang terlalu panjang dan membuat aktivitas sosial di luar sekolah berkurang.
“Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya, dua jam sudah efektif. Anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengembangan bakat masing-masing. Ada lukis, menari, mengaji, dan lainnya,” kata Yusuf.
Ia menerangkan, penyelesaian PR bagi siswa di tingkat SD dan SMP dapat dilakukan melalui kelas pengayaan untuk diselesaikan di sekolah.
“Agar fresh, anak-anak setelah pulang sudah tidak ada beban mengerjakan PR. Maka, pengayaan pembelajaran antarteman bisa membantu menyelesaikan PR dan pulang sudah tidak memikirkan PR,” ujarnya.
Sebab, kata Yusuf, pola pembelajaran pendalaman karakter itu akan melatih para siswa agar lebih aktif, mandiri, dan berani memberikan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuan siswa.
“Anak dilatih aktif untuk membuat proyek. Maka, saya siapkan menu ekstrakurikuler yang cocok dengan sekolah dan kondisi anak-anak agar menyenangkan. Bahkan, respons dari teman-teman sekolah sangat setuju karena fokus pada pembentukan karakter siswa,” tuturnya.
Tuai respons positif
Saat kunjungan ke sekolah-sekolah, Cak Eri dan Yusuf sempat berbincang dengan salah satu siswa Kelas 8 SMPN 6, Yusuf Bagus Kristianto.
Lewat program SAS, siswa Surabaya belajar lebih pagi, bebas PR, dan aktif mengikuti kegiatan karakter serta ekstrakurikuler untuk cegah kenakalan remaja
Bagus pun mengapresiasi program SAS yang digagas oleh orang nomor satu di lingkungan Pemkot Surabaya tersebut.
Menurut dia, program SAS tidak sekadar ditujukan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, tetapi juga menjadi salah satu cara untuk menyalurkan minat dan bakat.
Dia menyebutkan, program yang diluncurkan Pemkot Surabaya pada 2022 itu justru meningkatkan kreativitas siswa.
“Saya berterima kasih kepada Pemkot Surabaya karena telah menyiapkan program ini. Bahkan, sejak 2022, sudah tidak ada PR lagi. Sekolah menggantinya dengan latihan soal yang dikumpulkan di waktu tertentu,” kata Bagus.
Berkat program tersebut, kata Bagus, para siswa bisa mengikuti berbagai kegiatan kreatif yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
“Jadi, setelah kegiatan di kelas, kami mengikuti SAS pada pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB,” tuturnya. (ADV)
Tag: #bentuk #karakter #anak #wali #kota #surabaya #terapkan #sekolah #masuk #pagi #pulang #tanpa #sejak #2022