



Dinilai Masih Menjanjikan, Pengembangan Kawasan Pesisir saat Ekonomi Lesu Bisa jadi Kunci?
Di tengah laju pemulihan ekonomi yang masih melambat, kawasan pesisir dinilai tetap memiliki daya tarik bagi investor properti. Aktivitas pembangunan yang masih terus berlangsung di sejumlah wilayah pesisir disebut menjadi indikator bahwa sektor ini masih menyimpan potensi jangka panjang.
Pengamat properti Anton Sitorus menyebut kawasan pesisir sebagai salah satu contoh dari sedikit wilayah yang masih memperlihatkan geliat pembangunan baru secara konsisten.
Ia mencontohkan salah satu bukti kawasan pesisir masih menjanjikan adalah seperti yang terjadi pada proyek Pantai Indah Kapuk (PIK).
“PIK itu salah satu dari sedikit kawasan yang masih aktif pembangunannya. Sekarang ini kan gak banyak kawasan yang punya proyek baru secara masif. Dan itu jadi kunci kalau kita bicara pertumbuhan investasi,” kata Anton kepada wartawan, Kamis (5/6/2025).

Menurutnya, kawasan dengan pembangunan aktif memiliki peluang imbal hasil (return) yang lebih menjanjikan dibanding wilayah yang sudah mapan namun minim pengembangan baru.
“Kalau kita investasi di kawasan yang sudah established dan pembangunan barunya minim—seperti Bintaro misalnya—pertumbuhannya biasanya alami dan cenderung terbatas," ungkapnya.
"Kalau setiap tahun selalu ada klaster baru dan pengembang juga aktif menaikkan harga, maka potensi keuntungan bagi investor juga lebih besar,” tambahnya.
Anton menyadari bahwa saat ini pasar properti belum sepenuhnya pulih. Meski begitu, ia menilai situasi ini justru membuka ruang bagi strategi investasi jangka panjang, asalkan dilakukan secara cermat dan selektif.
“Sekarang ini masih masa recovery, bukan booming. Jadi harus pintar-pintar milih. Kalau buat jangka panjang sih oke aja investasi besar sekarang. Tapi kalau mau cari return cepat, hanya di proyek-proyek tertentu yang aktif dan punya prospek pertumbuhan harga yang jelas,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya melihat keseluruhan dinamika pasar dan tidak hanya terpaku pada reputasi kawasan. Aktivitas pengembang dan potensi wilayah, menurutnya, menjadi faktor penentu utama.
Dalam tinjauannya, sektor properti industri justru menunjukkan performa yang relatif stabil, terutama karena dorongan dari sektor logistik dan e-commerce yang terus tumbuh.
“Kalau dibandingkan dengan residensial dan komersial, sektor industri justru yang pertumbuhannya masih cukup baik. Permintaan terhadap lahan industri dan kawasan logistik masih cukup tinggi, terutama didorong pertumbuhan e-commerce dan kebutuhan akan pusat distribusi,” jelas Anton.
Ia menegaskan bahwa pendekatan lama dalam berinvestasi properti sudah tidak lagi relevan sepenuhnya. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, menurutnya, investor perlu lebih adaptif dan jeli membaca peta perkembangan kawasan.
“Properti tetap menarik, tapi pendekatannya sekarang harus lebih cermat. Lihat kawasan yang aktif, pengembang yang agresif, dan sektor yang punya prospek jangka panjang,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI), Bambang Ekajaya sebelumnya, menyebut kawasan pesisir bisa menjadi contoh pengembangan untuk sektor properti di tengah tekanan ekonomi dan ketidakpastian pasar.
Bambang Ekajaya mencontohkan salah satu pengembangan kawasan pesisir seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) yang berjalan konsisten, bahkan di tengah kondisi pasar yang dinamis.
“PIK adalah salah satu benchmark (tolak ukur/patokan untuk) properti nasional. Meski situasi pasar fluktuatif, pengembangan terus berlanjut hingga PIK 3 dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa jika konsep pengembangannya kuat dan konsisten, pasar tetap merespons positif,” beber Bambang Ekajaya dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Rabu (28/5/2025).
Di tengah laju pembangunan yang terus berjalan, angka backlog perumahan masih cukup tinggi. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, terdapat kekurangan sekitar 15 juta unit rumah—menandakan bahwa kebutuhan dasar masyarakat akan hunian belum terpenuhi secara menyeluruh.
“Potensi pasarnya besar sekali. Tapi harus kita akui, lebih dari 70 persen kebutuhan properti saat ini datang dari segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan menengah bawah (MBT),” jelas Bambang Ekajaya.
Sayangnya, menurut Bambang, kemampuan negara dalam memenuhi kebutuhan kelompok tersebut belum ideal.
Pada 2025, pemerintah menargetkan pembangunan 420 ribu unit rumah bersubsidi. Angka itu masih jauh dari kebutuhan riil yang diperkirakan mencapai 3 juta unit per tahun.
“Gap (jarak) ini harus dijembatani dengan kebijakan yang lebih agresif dan dukungan dari semua pihak, termasuk sektor swasta. Tanpa itu, backlog akan semakin sulit dikejar,” ungkap Bambang Ekajaya.

Di sisi lain, lanjutnya, kondisi pasar juga membuka peluang bagi kalangan tertentu, khususnya investor dengan ketersediaan dana tunai.
Lebih lanjut, Bambang Ekajaya juga menambahkan, saat ini banyak lahan dan properti komersial yang ditawarkan di bawah harga pasar.
“Bagi yang punya dana cash (tunai), ini waktu yang sangat bagus untuk beli properti. Banyak aset bagus sedang ditawarkan dengan harga menarik. Tinggal pilih yang prospektif dan sesuai kebutuhan,” beber Bambang Ekajaya.
Mengenai jenis hunian, preferensi pasar masih cenderung mengarah ke rumah tapak. Sementara itu, hunian vertikal seperti apartemen dan kondominium belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama di kelas menengah ke bawah.
“Pasar masih lebih menyukai rumah tapak. Hunian vertikal belum sepenuhnya pulih, terutama di segmen menengah bawah. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pengembang dan pemerintah untuk mengubah persepsi dan menciptakan ekosistem vertikal yang nyaman,” papar Bambang Ekajaya.
Lebih lanjut, Bambang Ekajaya menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan properti nasional.
“Sektor ini tidak hanya memberikan multiplier effect yang besar, tapi juga menyentuh kebutuhan dasar masyarakat: tempat tinggal. Maka, kita harus menjaganya tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan,” pungkas Bambang.
Tag: #dinilai #masih #menjanjikan #pengembangan #kawasan #pesisir #saat #ekonomi #lesu #bisa #jadi #kunci