Prabowo Tunjuk Jubir, Jalan Keluar Buruknya Komunikasi Istana?
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/3/2025).(DOK. Humas Kemenpan-RB)
07:44
21 April 2025

Prabowo Tunjuk Jubir, Jalan Keluar Buruknya Komunikasi Istana?

Komunikasi pemerintah kepada publik menjadi sorotan Presiden Prabowo Subianto di bulan-bulan pertama pemerintahannya.

Hal ini terlihat di beberapa kesempatan, ketika Kepala Negara mengakui bahwa komunikasi pemerintah, termasuk Istana Kepresidenan, belum baik.

Ada banyak hal yang perlu dikomunikasikan lebih terbuka sehingga tidak menimbulkan pandangan yang keliru di masyarakat.

Terlebih, menurut Prabowo, banyak program yang tujuannya baik namun belum tersosialisasi dengan baik.

"Kemarin saya sadar, beberapa minggu lalu sudah mulai sadar bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin memang agak kurang. Dan itu adalah tanggung jawab saya," kata Prabowo saat menemui investor dan ekonom di Menara Mandiri, Jakarta Pusat, Selasa (8/4/2025).

Teranyar, Prabowo menunjuk seorang juru bicara untuk memperbaiki pola komunikasi tersebut.

Mensesneg jadi jubir

Adapun yang ditugaskan menjadi juru bicara adalah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.

Penunjukan ini berkaitan dengan tugas dan fungsinya sebagai Mensesneg.

Namun, Prasetyo memastikan penunjukan ini tidak diikuti oleh pelantikan, mengingat dirinya hanya membantu komunikasi sesuai dengan tugas dan fungsi jabatannya.

"Enggak, enggak perlu dilantik. Kita semua diharapkan menjadi juru bicara, terutama kalau saya posisi sebagai Mensesneg diminta juga untuk ikut aktif," kata Prasetyo kepada wartawan, Kamis (17/4/2025).

Ia menyampaikan, sejatinya tugas sebagai juru bicara tidak ada bedanya dengan tugas Kantor Komunikasi Kepresidenan/PCO yang dikepalai Hasan Nasbi.

Ia pun memastikan PCO akan tetap ada.

Diketahui, PCO baru saja dibentuk untuk menangani komunikasi publik saat Presiden Prabowo menjabat.

"Enggak ada (bedanya), semua bareng. PCO tetap. Nah, kita tetap diminta untuk membantu gitu," beber Prasetyo.

Bukan karena blunder

Tak hanya itu, Prasetyo membantah penunjukan dirinya sebagai juru bicara berkaitan dengan pernyataan blunder yang keluar dari mulut Hasan Nasbi, tak terkecuali saat menanggapi teror kepala babi kepada Wartawan Tempo.

Hasan diketahui menanggapi teror kepala babi itu dengan melontarkan candaan, memakai kalimat "dimasak saja" alih-alih mengecam.

"Ndak, lah. Ini hanya untuk memperkuat. Karena itu kan kewajiban kita. Kalau kemudian dianggap ada yang kurang, itulah makanya kita perbaiki, kita pemerintah memperbaiki," tandasnya.

 

Butuh orang kepercayaan

Atas langkah tersebut, Prabowo dinilai membutuhkan orang kepercayaannya untuk menangani komunikasi Istana.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai tujuannya agar tidak ada kesalahpahaman dalam komunikasi Prabowo kepada masyarakat.

"Secara prinsip, sepertinya Istana, pemerintah, dan Prabowo Subianto ingin menaruh orang kepercayaannya," ujar Adi kepada Kompas.com, Jumat (18/4/2025).

Dilihat dari rekam jejaknya, Prasetyo merupakan orang lingkaran terdalam.

Ia adalah kader Gerindra dan sudah memiliki hubungan panjang dengan Prabowo.

Berbekal hubungan yang panjang itu, Prasetyo dinilai mampu menerjemahkan apa yang Prabowo maksud dari gestur dan bahasanya saja, tanpa perlu menunggu kepala negara berbicara.

"Dalam konteks inilah menjadi penting sebenarnya Prabowo Subianto ingin menaruh orang kepercayaannya untuk menjadi juru bicara Istana, menjadi juru bicara Presiden. Supaya di kemudian hari tidak ada lagi kontroversi, tidak ada lagi hal-hal yang kemudian menimbulkan efek buruk terkait dengan komunikasi pemerintah," tutur dia.

Bentuk kekecewaan?

Di sisi lain, Adi menilai penunjukan Prasetyo turut membuktikan adanya kekecewaan Prabowo terhadap Hasan Nasbi.

Menurut Adi, kekecewaan itu terlihat ketika Prabowo mengakui bahwa komunikasi politik anak buahnya tidak baik-baik saja.

Selain saat wawancara dengan sejumlah pemimpin redaksi, pernyataan Prabowo diulang di beberapa kesempatan saat berbicara di ruang publik.

"Beberapa waktu yang lalu, Prabowo Subianto secara terbuka memang sempat mengakui bahwa komunikasi politik Istana itu memang sangat mengecewakan dan tidak sesuai dengan harapan, itu yang pertama," kata Adi.

Blunder sampai klarifikasi

Tanggapan atas teror kepala babi menjadi salah satu komunikasi Istana yang paling disorot.

Selain meminta dimasak, Hasan meminta masalah itu tidak dibesar-besarkan, mengingat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen terhadap kebebasan pers.

Dia bilang, jika tidak ada yang dihalang-halangi dalam membuat berita, artinya kebebasan pers Istana tetap bagus.

"Ada yang takut nggak sekarang bikin berita? Ada yang dihalang-halangi nggak untuk liputan di Istana? Kan nggak. Itu artinya nggak ada kebebasan pers yang dikekang. Kayak misalnya Tempo masih boleh menulis berita nggak? Boleh kan? Masih boleh siaran Bocor Alus nggak? Tetap boleh kan? Itu artinya pemerintah nggak ikut campur sama sekali, nggak ganggu sama sekali," ucap Hasan di Istana, Jumat (21/3/2025) lalu.

Sehari setelahnya, Hasan menyampaikan klarifikasi kepada sejumlah media.

Hasan menilai, tanggapannya justru setuju dengan sikap wartawan Tempo yang menanggapi teror itu dengan candaan pula, yakni mengaku lain kali akan memasak kepala babi tersebut lebih enak.

"Justru saya setuju dengan Francisca menyikapi teror itu. Kan Fransisca merecehkan teror itu sehingga KPI si peneror enggak kesampaian kan. Ya berarti kan salah orang itu, berarti kan enggak sampai itu," kata Hasan kepada Kompas.com, Sabtu (22/3/2025).

Menurut Hasan, cara merespons dengan candaan termasuk elegan.

Ia lantas mengingat-ingat aksi teror Bom Sarinah pada tahun 2016 silam.

Reaksi yang dikeluarkan publik kala itu relatif sama, yakni tidak menunjukkan ketakutan dengan membanjiri area bekas bom dengan berjualan sate, gorengan, hingga kopi kemasan.

"Itu aktor intelektualnya pasti stres berat. Kan targetnya si peneror bukan soal berapa jumlah korban dan berapa ledakannya, tapi warga Jakarta enggak takut. Jadi KPI-nya enggak kesampaian," jelas dia.

Sejatinya, bukan hanya masalah Hasan saja.

Ada begitu banyak masalah komunikasi Istana yang dinilai perlu diselesaikan.

Termasuk ketika Prabowo menyamakan trading saham sebagai bentuk judi, yang berpotensi menggerus kepercayaan pelaku pasar modal.

Turunnya kepercayaan mereka lantas berimbas pada ketidakstabilan ekonomi, meski pertumbuhan sejauh ini banyak ditopang oleh konsumsi masyarakat.

Tag:  #prabowo #tunjuk #jubir #jalan #keluar #buruknya #komunikasi #istana

KOMENTAR