Kunjungan Kapal Induk Charles De Gaulle Simbol Penguatan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Perancis-Indonesia
- Perancis untuk pertama kali mengerahkan French Carrier Strike Group (CSG) atau kelompok tempur kapal induk Perancis ke Indonesia yang merupakan bagian dari misi Clemenceau 25.
CSG dikerahkan mendampingi Charles De Gaulle R91, kapal induk bertenaga nuklir pertama milik Perancis, yang singgah di Bali dan Lombok.
Di Bali dan Lombok, Charles De Gaulle yang membawa sekitar 1.780 personel melakukan sejumlah kegiatan logistik guna melanjutkan misi Clemenceau 25 di Samudera Pasifik selama enam bulan yang dimulai sejak November 2024.
Charles De Gaulle turut membawa aset udara berupa jet tempur Rafale, pesawat E-2C Hawkeye, serta helikopter AS365 Dauphin dan Caiman.
Siaran pers Marine Nationale atau Angkatan Laut Perancis menyebut, Charles De Gaulle yang memiliki panjang 261 meter dan lebar 64 meter itu mampu menampung 30 jet tempur Rafale dalam full load atau muatan penuh.
Rafale yang siaga diparkir di pinggir-pinggir flight deck atau dek penerbangan.
Jet tempur Rafale di dek penerbangan Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).
Terpantau di lokasi, Selasa (28/1/2025), ada sekitar tujuh Rafale, dua pesawat E2C-Hawkeye, dan satu helikopter Dauphin di flight deck Charles De Gaulle yang bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Perkuat diplomatik
Komandan French Carrier Strike Group (CSG) Rear Admiral (upper half) Jacques Mallard mengatakan, kedatangan pihaknya ke Indonesia untuk mempertahankan kepentingan strategis Perancis, terutama di kawasan Indo-Pasifik.
Kedatangan Charles De Gaulle beserta CSG juga memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis.
"Berkat ikatan yang kuat antara Perancis dan Indonesia, persinggahan kapal induk di Bali dan Lombok ini sejalan dengan kerja sama strategis yang terjalin antara Perancis dan Indonesia sejak tahun 2011," ujar Mallard dari atas Charles De Gaulle yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat.
"Kerja sama ini bertujuan memperkuat hubungan bilateral, khususnya di sektor pertahanan dan keamanan," tutur Mallard.
Kedatangan Charles De Gaulle juga menandakan hubungan diplomatik Indonesia dan Perancis yang memasuki usia ke-75 tahun pada 4 Januari silam.
Hubungan diplomatik Indonesia-Perancis dimulai pada 4 Januari 1950. Kemudian pada 2011, kedua negara sepakat menjalin kemitraan strategis di berbagai bidang.
"Persinggahan ini dilakukan dalam rangka kemitraan strategis yang telah mengaitkan Perancis dan Indonesia sejak tahun 2011 dan bertujuan untuk mengembangkan kerja sama bilateral, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan. Persinggahan ini merupakan tahapan baru dalam penguatan hubungan, pengenalan satu sama lain dan kerja sama antara Angkatan laut Perancis dan Indonesia," tulis pernyataan resmi Kedutaan Besar Perancis.
Komandan French Carrier Strike Group (CSG) Rear Admiral (upper half) Jacques Mallard dari atas kapal induk Perancis Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).
Selama operasi Charles De Gaulle, Perancis juga mengerahkan tiga pengawal berupa satu kapal jenis destroyer atau perusak, satu kapal selam, dan satu pesawat patroli maritim.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Rolliansyah Soemirat mengatakan, tahun 2025 merupakan tahun bersejarah karena bertepatan 75 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Perancis.
"Selama ini sudah terdapat kerja sama erat di berbagai bidang, termasuk kerja sama pertahanan," kata Rolliansyah kepada Kompas.com, Rabu (29/1/2025).
Di tingkat pejabat tinggi, Perancis juga merupakan satu-satunya negara Eropa yang memiliki forum 2+2, yaitu pertemuan antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan kedua negara.
Rolliansyah menyebutkan, Indonesia dan Perancis bekerja sama dalam kerangka pengembangan di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kerja sama juga meliputi pelatihan serta keterlibatan dalam misi pemeliharaan perdamaian melalui pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Diharapkan ke depannya semakin banyak kerja sama serupa, termasuk dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang aman, damai, dan sejahtera," ujar Rolliansyah.
La Perouse bagian dari misi Clemenceau
Dari tanggal 16 hingga 25 Januari 2025, Perancis dan Charles De Gaulle juga menyelenggarakan latihan gabungan multinasional bersandi "La Perouse 25" bersama sejumlah negara yang berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Adapun La Perouse merupakan bagian dari misi Clemenceau secara keseluruhan.
Terdapat sembilan negara yang berpartisipasi dalam La Perouse edisi ke-5 kali ini.
Mereka adalah Australia dengan kapal perusak HMAS Hobart, Kanada dengan kapal perusak HMCS Ottawa, Amerika Serikat dengan kapal LCS USS Savannah, Perancis dengan CSG, India dengan kapal perusak INS Mumbai, Indonesia memberikan dukungan pangkalan darat untuk pesawat patroli maritim Atlantique-2, Malaysia dengan kapal perusak FFG Lekir, Inggris dengan kapal patroli HMS Spey, dan Singapura dengan kapal patroli RSN Independence.
Latihan multinasional ini dilakukan di sekitar selat antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik: selat Malaka, Sunda, dan Lombok.
"Selat-selat tersebut merupakan pilar perdagangan maritim global, memiliki banyak risiko yang dapat disebabkan oleh ulah manusia seperti kecelakaan maritim dan pencemaran lingkungan, imigrasi ilegal, perdagangan narkoba, dan risiko alam seperti gempa bumi dan tsunami," tulis siaran pers Kedubes Perancis.
Selama latihan, para negara peserta berlatih melakukan operasi keselamatan maritim dalam menghadapi berbagai risiko ancaman seperti perdagangan dan imigrasi ilegal atau tindak pidana perdagangan orang (TPPO), kecelakaan pelayaran, hingga mitigasi bencana.
Jacques Mallard mengatakan, latihan ini bertujuan untuk mengembangkan interoperabilitas, bekerja sama dengan mitra, mengetahui satu sama lain dan memupuk kepercayaan.
Tujuan latihan juga untuk memperkuat keamanan maritim lewat kerja sama Eropa dan Indo-Pasifik.
Personel AL Perancis dari kapal induk Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).
Selama latihan, semua angkatan laut yang terlibat berlatih menggunakan IORIS, sistem komunikasi dan koordinasi yang didedikasikan untuk pertukaran informasi dan dokumen, agar dapat menghadapi krisis di kelautan secara efektif dan kolektif yang tersinkronisasi.
Sederhananya, kapal-kapal negara peserta dapat berkoordinasi secara real time dalam waktu bersamaan.
Selain memberikan dukungan pangkalan darat, Indonesia juga terlibat lewat KRI Raden Eddy Martadinata-331 yang melakukan passing exercise dengan kapal destroyer Perancis, FS Forbin (D620) yang melintas di perairan Bali pada Sabtu (25/1/2025).
Passing exercise atau passex merupakan bentuk latihan untuk menyambut dan mengantarkan kapal perang asing.
Mallard mengatakan, total ada 13 kapal perang yang terlibat dalam La Perouse 25. Latihan di selat Malaka, Sunda, dan Lombok merupakan upaya Perancis dan negara aliansi untuk menjaga status quo dan kebebasan bernavigasi.
Tag: #kunjungan #kapal #induk #charles #gaulle #simbol #penguatan #tahun #hubungan #diplomatik #perancis #indonesia