Cerita Fadil Sukses Turunkan Berat Badan 25 Kg dengan Cara Konsisten
Di tengah maraknya tren menurunkan berat badan secara instan, Fadil justru menunjukkan perjalanan yang berbeda.
Baginya, diet bukan soal mengejar angka timbangan secepat mungkin, melainkan proses panjang yang menuntut konsistensi, kesabaran, dan perubahan pola pikir.
Keputusan itu berawal dari rasa tidak percaya diri yang sudah lama ia rasakan. Namun segalanya berubah saat hasil pemeriksaan menunjukkan kadar kolesterolnya menyentuh angka 307 mg/dL, padahal usianya belum genap 25 tahun. Kadar kolesterol itu membuatnya tersentak dan menyadari bahwa tujuannya kini bukan hanya menjadi lebih ramping, tetapi juga lebih sehat.
“Awalnya cuma mau kurus buat wisuda. Tapi setelah tahu kolesterol aku setinggi itu, aku sadar diet ini harus jadi jalan buat sehat juga,” kata Fadil saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (4/12/2025).
Adaptasi intermittent fasting yang tidak selalu mulus
Fadil memilih kembali menjalankan Intermittent Fasting (IF), metode diet yang pernah berhasil ia jalani saat SMA. Meski tubuhnya terasa cocok dengan pola tersebut, minggu pertama bukanlah fase yang mudah.
“Sakit kepala, mual, lapar, semua campur jadi satu,” ujarnya.
Namun memasuki minggu kedua, tubuh mulai beradaptasi. Rutinitas jalan kaki 10.000 langkah per hari membantu menjaga energi tetap stabil, sementara perubahan pola makan secara perlahan membuatnya lebih disiplin.
Tantangan terbesar justru muncul ketika berada di tengah keluarga yang sedang makan bersama.
“Kalau lagi kumpul keluarga dan belum jam makan, itu lumayan melatih mental,” ucapnya sambil tertawa.
Mengurangi gula, minyak, dan tepung
Sebagai lulusan kesehatan masyarakat, Fadil paham betul bahwa tiga komponen makanan, seperti gula, minyak, dan tepung, dapat berkontribusi pada banyak masalah kesehatan.
“Apalagi sekarang banyak anak muda yang udah kena diabetes. Jadi aku makin hati-hati,” kata dia.
Gaya hidup lamanya perlahan berubah. Gorengan ia kurangi hampir total, cemilan diganti dengan opsi rendah kalori, dan setiap makanan manis dibatasi hanya beberapa gigitan saja.
Baginya, diet bukan soal menghilangkan makanan favorit, tapi mengatur porsinya agar tetap “waras”.
Turun 25 kg dan dampaknya pada mental
Perubahan 25 kilogram pada tubuh Fadil ikut mengubah kestabilan emosinya menjadi jauh lebih baik.
Perubahan fisik memang terasa signifikan. Tubuh lebih ringan, tidak mudah sakit, dan aktivitas harian menjadi lebih nyaman. Namun dampak terbesar ternyata hadir pada kondisi mental.
“Sejak diet, aku nggak pernah lagi ngamuk-ngamuk nggak jelas. Rasanya lebih sabar,” kata Fadil.
Ia mengaku pernah mengalami stres berat pada masa awal kuliah, hingga sempat mengurung diri seminggu penuh.
Rutinitas diet, mulai dari manajemen waktu makan, olahraga, hingga fokus pada diri sendiri, membantunya menemukan kembali ketenangan.
“Diet IF ini seperti ngelatih sabar. Dan aku punya lebih banyak waktu buat mikirin diri sendiri, buat lebih dekat sama Allah juga,” ucapnya.
Bagi Fadil, perjalanan menurunkan berat badan bukan sekadar proyek sementara. Ia ingin pola hidup sehat menjadi kebiasaan jangka panjang.
“Kalau timbangan nggak turun-turun, nggak apa-apa. Jalanin aja. Nanti ada saatnya kita lihat hasilnya,” katanya.
Baginya, momen kembali memakai jeans dengan percaya diri adalah bukti kecil bahwa usaha tidak pernah sia-sia.
“Diet jangan cuma buat sekarang. Jadikan kebiasaan buat terus jaga hidup sehat selama kita masih punya kesempatan.”
Tag: #cerita #fadil #sukses #turunkan #berat #badan #dengan #cara #konsisten