6 Tips agar Anak Laki-laki Tak Terjerat Maskulinitas Toksik
ilustrasi anak main gadget(freepik)
11:05
29 Juni 2025

6 Tips agar Anak Laki-laki Tak Terjerat Maskulinitas Toksik

 

– Setiap anak, terlepas dari gendernya, berpotensi menjadi korban perundungan atau dikucilkan, atau menjadi bagian dari dua hal tersebut.

Untuk anak laki-laki, pemahaman tentang maskulinitas toksik atau toxic masculinity merupakan salah satu yang bisa membuat mereka terlibat dalam perundungan, atau mengucilkan atau dikucilkan.

Lantas, apakah ada cara agar anak laki-laki tidak terjerat toxic masculinity?

Tips parenting agar anak tidak terdampak toxic masculinity

Maskulinitas toksik adalah kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tetapi dibawa secara ekstrem. 

Komponen inti dalam toxic masculinity adalah seorang laki-laki harus kuat secara fisik, tidak memakai perasaan, dan punya perilaku agresif.

Maskulinitas beracun ini berbahaya karena merugikan tidak hanya perempuan tapi juga laki-laki. Misalnya, ini menghambat upaya laki-laki merawat kesehatan fisik dan psikologis.

Laki-laki cenderung menyembunyikan perasaan saat memiliki masalah emosi, serta bisa menyebabkan depresi hingga bunuh diri, penggunaan narkotika, dan ketergantungan pada minuman beralkohol.

Ketika ada laki-laki yang menunjukkan kerentanan, seperti menangis dan perasaan sedih, seringkali mereka menjadi korban perundungan atau dikucilkan.

Anak Terlibat Konflik, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua? Ini Kata Psikologfreepik Anak Terlibat Konflik, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua? Ini Kata Psikolog

1. Beri tahu saat terjadi

Dikutip dari Mashable, Jumat (27/6/2025), anak-anak perlu diberi pemahaman ketika toxic masculinity sedang terjadi.

Misalnya adalah pertandingan basket antara tim laki-laki dan perempuan, dan tim laki-laki kalah. Jika ada orangtua murid yang marah-marah karena menganggap tim laki-laki tidak seharusnya kalah dari grup perempuan, beri tahu anak bahwa tindakan tersebut termasuk toxic masculinity.

Hal serupa juga bisa diterapkan ketika grup perempuan kalah, dan orangtua murid mewajarkannya karena lawan mereka adalah laki-laki.  Kalah atau menang dalam sesuatu bukan berdasarkan gender.

2. Tidak ada yang eksklusif hanya untuk satu gender

Maskulinitas toksik juga sering didukung budaya patriaki yang menempatkan laki-laki pada posisi istimewa.  Tidak semua hal eksklusif hanya untuk satu gender. Apapun yang dilakukan oleh anak laki-laki, meskipun cukup berbeda dari anak laki-laki pada umumnya, orangtua perlu mendukungnya.

3. Tangani perilaku bermasalah sejak dini

Ketika anak mencoba menyelesaikan masalah dengan kekerasan atau meremehkan perempuan, jangan anggap hal tersebut sebagai perilaku umum di kalangan anak laki-laki.

Orangtua wajib mengajarkan anak tentang rasa hormat dan batasan sejak dini. Anak juga perlu diajak berpikir kritis dan memahami bahwa mereka bisa bertindak tegas tanpa melakukan kekerasan.

4. Normalisasikan seluruh emosi

Dilansir dari Positive Parenting Solutions, orangtua harus menormalisasikan seluruh emosi yang dirasakan oleh anak laki-laki, bukan hanya emosi marah.

Seringkali, anak laki-laki diajari bahwa kesedihan berarti kelemahan dan kemarahan berarti kekuatan. Padahal, kemarahan biasanya hanya emosi yang dilihat dari luar.

Di balik kemarahan mungkin ada rasa takut, sakit hati, atau malu. Inilah mengapa sangat penting untuk membantu mereka mengenali dan menyebutkan seluruh emosi mereka.

5. Lawan stereotipe

Ada banyak stereotipe tentang laki-laki. Orangtua harus mengatasi potensi pengaruh negatifnya dengan mengajak anak untuk melawannya. 

Maskulinitas tidak berarti seorang laki-laki akan terlihat lemah saat mengungkapkan perasaannya. Orangtua juga hendaknya belajar untuk bisa mendengarkan anak laki-lakinya dengan empati dan tanpa menghakimi. 

6. Puji keberanian

Keberanian bukan hanya tentang kekuatan fisik. Ketika anak mampu meminta maaf meskipun sulit, membela orang yang lemah, dan jujur tentang perasaan mereka, ungkapkan apresiasi untuk mereka. Hal ini akan membuat anak merasa didukung.

Tag:  #tips #agar #anak #laki #laki #terjerat #maskulinitas #toksik

KOMENTAR