Kisah Inspiratif Batik Namburan, Niat Membantu Sesama yang Berbuah Bisnis Sukses
Evi Rosalina Widyayanti menunjukkan sejumlah produk unggulan Batik Namburan di rumah produksi yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024). Batik Namburan merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)
07:56
28 September 2024

Kisah Inspiratif Batik Namburan, Niat Membantu Sesama yang Berbuah Bisnis Sukses

Evi Rosalina Widyayanti memberikan tanda hormat kepada penonton yang bertepuk tangan untuknya. Berdiri di tengah enam model yang membawakan busana karyanya, pemilik Batik Namburan ini tampak bahagia sekaligus bangga karena bisa kembali berpartisipasi dalam ajang bergengsi Jogja Fashion Week.

Pada fashion show hari pertama Jogja Fashion Week 2024 yang digelar di Jogja Expo Center, Kamis (22/8/2024) lalu, Batik Namburan menyuguhkan tema "Office Look: Work of the Day".

Setiap look hadir dengan berbagai potongan unik dan detail menarik yang bernuansa kontemporer. Koleksi yang ditampilkan menggambarkan generasi muda yang bisa bekerja dengan pilihannya sendiri sesuai passion, happy, menikmati, santai tapi penuh kreativitas, dan pandangan jauh ke depan menghadapi tantangan zaman yang dinamis.

Beberapa produk busana modis yang dijual Batik Namburan di showroom yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024). (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)Beberapa produk busana modis yang dijual Batik Namburan di showroom yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024). (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)

Ketika dijumpai Suara.com di galeri Batik Namburan yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024), Evi mengungkapkan bahwa dirinya memadukan kreasi bolero dan tunik dengan celana panjang yang menonjolkan batik motif ombak laut biru.

Baca Juga: Bikin Mainan Edukatif Bersama Teman Difabel, ABC Woodentoys Tembus Pasar Luar Negeri

"Office Look: Work of the Day yang dipakai sama anak-anak muda, pergi ke kantor itu ceria," tutur Evi soal peragaan busana pada Jogja Fashion Week 2024.

Ciri khas Batik Namburan adalah desain yang menggabungkan motif batik klasik dan kontemporer. Kombinasi apik itu hadir dalam warna-warna cerah yang juga menjadi daya tarik tersendiri.

Di balik keunikan motif yang jadi kekuatan Batik Namburan, bisnis ini rupanya berawal dari niat mulia perintisnya pada 2015 lalu. Kala itu, suami Evi, Bagus Yuni Prabowo, dan kakak iparnya ingin membantu seseorang yang sedang mencari pekerjaan.

Bagus bukanlah pengusaha batik, tetapi menjalankan bisnis teralis besi. Namun, orang yang butuh pekerjaan tersebut ternyata pintar membatik dan itulah awal dari berdirinya toko batik yang dulunya beralamat di Jalan Namburan Lor 1.

"Suami dan kakak ipar saya sepakat bikin usaha, dibantu temannya kakak ipar saya. Jadi, mereka bekerja sama untuk membuat usaha. Berdirilah Batik Namburan," kata Evi.

Baca Juga: Perempuan Tangguh di Balik Dea Modis, Tuliswati Membangun Bisnis Batik Jumputan sambil Jorjoran Berbagi Ilmu

Evi awalnya sama sekali tidak turun tangan. Namun, perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen di STIE Widya Wiwaha itu akhirnya mulai terlibat sejak 2016.

Saat itu, sang kakak ipar mulai punya kesibukan lain yang membuatnya tidak bisa terus mengelola toko batik bersama, begitu pula dengan temannya.

Evi Rosalina Widyayanti menunjukkan sejumlah produk unggulan Batik Namburan di rumah produksi yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024). Batik Namburan merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)Evi Rosalina Widyayanti menunjukkan sejumlah produk unggulan Batik Namburan di rumah produksi yang berlokasi di Wirobrajan, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024). Batik Namburan merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)

"Suami saya merasa kalau jalan sendiri, ya, susah. Akhirnya ngobrol sama saya. Ya, sudah. Ayo, dilakoni berdua. Kita jalankan bareng," ungkap Evi.

Di tangan pasangan suami istri ini, Batik Namburan berkembang perlahan namun pasti dengan segala gebrakan dan suka dukanya. Galeri dan rumah produksi pun telah bertahun-tahun pindah dan berpusat di Jalan Sadewa No.3C, Wirobrajan, Yogyakarta.

Batik Namburan semakin dikenal berkat kegigihan Evi menjangkau banyak komunitas potensial, termasuk Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PLUT - KUMKM), bahkan kini mulai menjajaki Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Batik Namburan juga sering mengadakan pelatihan membatik, mengikuti banyak pameran, dan memenangkan beragam kompetisi bergengsi. Evi pun telaten dalam mengurus berbagai dokumen legalitas bisnis, seperti sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), Batik Mark, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) hingga para pembatik yang sudah mengantongi sertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

"Semasa pandemi, saya fokus memproses beberapa sertifikasi dan ikut kejuaraan karena memang banyak aktivitas offline yang drop. Penjualan juga menurun," ujar Evi.

Pandemi Covid-19 memang memberikan pukulan telak pada sektor perekonomian, termasuk pelaku UMKM. Menyadari betapa tantangan yang dihadapi semakin kompleks, tentu saja tak ada salahnya mengubah strategi. Itulah yang mendorong Evi untuk mengakses banyak program pendampingan UMKM dari berbagai pihak, salah satunya Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Evi mengaku senang Batik Namburan bisa menjadi UMKM binaan Astra melalui YDBA. Selain banyak pelatihan yang bermanfaat untuk mengembangkan bisnis, Evi juga mendapatkan bantuan modal usaha berupa dana bergulir tanpa bunga.

"Kenapa saya senang mengikuti pedampingan YDBA? Karena tidak ada syarat untuk pinjam uang dengan bunga. Ada pendampingan yang lain itu, syaratnya UMKM harus pinjam uang dan ada bunganya sekian persen. Walaupun itu lebih rendah dari KUR, tapi bagi saya yang sudah mulai mengurangi pinjaman yang menggunakan bunga, walaupun sebenarnya itu hanya bagi hasil, tapi tetap beban buat saya," kata perempuan kelahiran 1974 itu.

Sejak 2022, Batik Namburan telah menjadi salah satu UKM Mandiri binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di wilayah Yogyakarta. (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)Sejak 2022, Batik Namburan telah menjadi salah satu UKM Mandiri binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di wilayah Yogyakarta. (Suara.com/Rima Sekarani I.N.)

Setelah melalui asesmen, Batik Namburan lolos menjadi UKM Mandiri pada 2022. Batik Namburan juga meraih prestasi sebagai UMKM Kuliner/Kerajinan/Pertanian dengan 5R Terbaik 3 Tahun 2022. Ada pula fasilitas berupa QRIS AstraPay, alat pembayaran digital untuk transaksi yang lebih efisien dan praktis

Dalam sebulan, Batik Namburan yang didukung sekitar 10 karyawan rata-rata memproduksi 60 lembar kain batik, sementara produksi koleksi busana ready-to-wear dilakukan tentatif. Pembelinya pun tidak hanya konsumen domestik, tetapi juga berasal dari luar negeri, termasuk Belanda, Jepang, hingga Dubai.

Selain penjualan secara daring lewat optimalisasi media sosial, Batik Namburan mendapat banyak pelanggan setia karena rajin berpartisipasi dalam berbagai pameran UMKM di berbagai daerah, seperti Solo, Bandung, Jakarta, Surabaya, hingga Batam.

"Saat pameran di Jogja pun, banyak pengunjung dari luar kota, jadi yang beli kebanyakan bukan orang Jogja," kata Evi.

Evi juga antusias memperlihatkan dua motif Batik Namburan yang sudah bersertifikat HAKI. Pertama, motif kembang ayu sebagai gambaran perempuan yang kuat dan tangguh.

"Ibarat bunga yang elegan, cantik, tetapi kokoh karena ada batang, ranting, daun di sekelilingnya. Kekuatan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, tapi karena ada dukungan dari sekitarnya juga," ucap Evi menerangkan.

Ada juga motif kontemporer khas Batik Namburan dengan filosofi kebebasan berekspresi di tengah banyak perubahan yang terus terjadi dalam kehidupan.

Ke depannya, Evi berharap Batik Namburan merambah pasar internasional. "Salah satu visi Batik Namburan adalah 'Go Global 2030', bisa punya stan sampai di luar negeri," ucap sang pengusaha.

Batik Namburan juga berupaya menjadi bisnis yang berlanjutan dan lebih ramah lingkungan, terutama dengan mengurangi dampak negatif limbah batik.

"Sukses itu dimulai dari yang kecil. Jangan menyerah. Lakukan kesuksesan-kesuksesan kecil dan terus saja dilakukan tanpa menyerah," tandas Evi.

Sementara itu, YDBA merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang didirikan oleh founder Astra, Oom William Soeryadjaya, pada 2 Mei 1980. YDBA memberikan program pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi pembiayaan untuk mendorong UMKM menuju kemandirian. 

Saat ini, sebanyak 1.328 UMKM aktif mengikuti program pembinaan YDBA di tahun 2024. UMKM tersebut tersebar di 19 wilayah, antara lain Cakung, Banyuwangi, Bantul, Solo, Tegal, Banyumas, Salatiga, Citeureup dan Puncak Dua Bogor, Lebak Banten, Sangatta Kaltim, Paser Kaltim, Bontang Kaltim, Manggarai Barat NTT, Manggarai Timur NTT, Barito Utama Kalimantan Tengah, Tanjung Kalimantan Selatan, Bandung dan Cikuya Tangerang.

Di wilayah Yogyakarta sendiri, terdapat 142 UMKM yang tengah dibina Astra melalui YDBA. Salah satunya adalah Batik Namburan yang telah mengantongi banyak prestasi membanggakan.

"Yogyakarta menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi, baik di industri manufaktur, kerajinan dan pertanian," ungkap Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, saat dihubungi Suara.com pada Rabu (25/9/2024).

Samulo juga memaparkan, "Melihat potensi tersebut, pada tahun 2012 Astra melalui YDBA mendirikan cabang atau dikenal Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang menjalankan pembinaan di sektor manufaktur, bengkel R4, pertanian bernilai tambah serta kerajinan dan kuliner."

Editor: Rima Sekarani Imamun Nissa

Tag:  #kisah #inspiratif #batik #namburan #niat #membantu #sesama #yang #berbuah #bisnis #sukses

KOMENTAR