Penipuan Perdagangan Manusia di Asia Tenggara, Ancaman Meningkat dengan Operasi Online yang Terorganisir
Ilustrasi penipuan terkait perdagangan manusia. (SCMP)
19:57
29 Maret 2024

Penipuan Perdagangan Manusia di Asia Tenggara, Ancaman Meningkat dengan Operasi Online yang Terorganisir

Penipuan terkait perdagangan manusia sedang meningkat di Asia Tenggara. Kelompok kejahatan itu terorganisir menghasilkan pendapatan gelap hampir tiga triliun dolar setiap tahun.

Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mengatakan, sebuah jaringan kejahatan internasional menghasilkan $ 50 miliar setiap tahun. Tercatat $ 2 triliun hingga $ 3 triliun uang ilegal mengalir melalui sistem keuangan global setiap tahun.

Perdagangan narkoba menyumbang sekitar 40 hingga 70 persen dari pendapatan kejahatan terorganisir. Kelompok kriminal itu juga memanfaatkan jaringan penyelundupan untuk menyelundupkan manusia, senjata, dan barang curian secara ilegal.

”Didorong anonimitas online, terinspirasi oleh model bisnis baru dan dipercepat oleh Covid, kelompok kejahatan terorganisir ini bekerja dalam skala yang tidak terbayangkan satu dekade lalu,” kata Stock dalam pengarahan di kantor global badan koordinator polisi di Singapura.

”Saat ini, sebuah bank atau bank mana pun lebih kecil kemungkinannya untuk dirampok dengan todongan senjata dibandingkan dengan perampokan keyboard yang dilakukan seseorang di belahan dunia lain,” ucap Jurgen Stock.

”Apa yang awalnya merupakan ancaman kejahatan regional di Asia Tenggara telah menjadi krisis perdagangan manusia global, dengan jutaan korban yang menjadi pusat dan sasaran penipuan dunia maya,” tambah dia.

Interpol melaporkan bahwa operasinya di Asia telah menghasilkan hampir 3.500 penangkapan dan penyitaan aset senilai $ 300 juta yang didapat secara ilegal di 34 negara sejak 2021.

Kesaksian para korban, upaya kampanye LSM, dan laporan media selama tiga tahun terakhir semakin mengungkap lonjakan geng penipu online yang beroperasi di Asia Tenggara. Banyak dari mereka menggunakan tenaga kerja paksa secara de facto untuk menargetkan individu di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.

Korban di seluruh Asia sering kali diperdaya dengan janji pekerjaan yang terlihat sah di berbagai wilayah. Kemudian diperdagangkan ke tempat-tempat penipuan. Mereka menghadapi pelecehan serius, termasuk kerja paksa, penahanan sewenang-wenang, perlakuan merendahkan martabat, atau penyiksaan sering kali tanpa bantuan dari pihak berwenang setempat.

Menurut laporan PBB tahun lalu, ratusan ribu orang diperdagangkan untuk terlibat dalam kejahatan online di wilayah tersebut. PBB memperkirakan hingga 120.000 orang mungkin ditahan di kamp-kamp di Myanmar. Mereka telah terjerumus ke dalam konflik internal sejak kudeta militer pada 2021. Sementara 100.000 orang lainnya ditahan di Kamboja dan di lokasi lain dalam kondisi yang setara dengan perbudakan modern.

Perusahaan kriminal juga beroperasi di Laos, Thailand, dan Filipina, dengan banyak operasi penipuan online yang menguntungkan. Mulai dari perjudian ilegal hingga penipuan percintaan dan penipuan mata uang kripto.

”Orang-orang yang dipaksa bekerja dalam operasi penipuan ini mengalami perlakuan tidak manusiawi saat dipaksa melakukan kejahatan. Mereka adalah korban. Mereka bukan penjahat,” kata Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk dalam laporannya.

Pusat utama bagi asosiasi penipuan adalah Myanmar, yang berbatasan dengan wilayah pegunungan Tiongkok barat daya, dan Beijing. Kini berusaha menindak kejahatan lintas batas yang menargetkan warga negara Tiongkok.

Di kompleks yang dijaga ketat dan dikendalikan panglima perang setempat, puluhan ribu orang, sebagian besar warga Tiongkok, telah ditangkap dan dipaksa geng kriminal untuk menipu orang asing dengan skema internet yang canggih.

Beijing telah menekan pemerintah militer Myanmar untuk mengendalikan operasi penipuan, namun keberhasilannya terbatas.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #penipuan #perdagangan #manusia #asia #tenggara #ancaman #meningkat #dengan #operasi #online #yang #terorganisir

KOMENTAR