Peringatan Joe Biden hingga Hamas soal Serangan Israel ke Rafah, Bahayakan Pembebasan Sandera
Asap mengepul selama pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 12 Februari 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina. 
14:10
12 Februari 2024

Peringatan Joe Biden hingga Hamas soal Serangan Israel ke Rafah, Bahayakan Pembebasan Sandera

- Serangkaian serangan Israel menghantam Rafah, kota di tepi selatan Jalur Gaza, Senin (12/2/2024) pagi.

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 50 orang tewas seiring berlanjutnya laporan pemboman besar-besaran di Rafah, menurut AFP.

Israel telah mengisyaratkan serangan daratnya di Gaza akan segera menargetkan kota padat penduduk di perbatasan Mesir.

Militer Israel mengatakan, pihaknya menyerang “sasaran teror di wilayah Shaboura”, yang merupakan sebuah distrik di Rafah, dilansir AP News.

Pernyataan militer mengatakan serangkaian serangan telah selesai, tanpa merinci target atau menilai potensi kerusakan atau korban jiwa.

Pemerintah negara-negara asing, termasuk sekutu utama Israel yakni Amerika Serikat, dan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan telah menyuarakan keprihatinan mendalam atas janji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memperluas operasi.

Dirangkum Tribunnews.com, berikut pihak-pihak yang memberi peringatan kepada Israel terkait serangannya di Rafah:

Joe Biden

Gedung Putih mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Joe Biden mengatakan, Israel tidak boleh melakukan operasi militer melawan Hamas di Rafah tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk melindungi warga sipil.

Pernyataan Joe Biden itu adalah pernyataannya yang paling tegas mengenai kemungkinan operasi tersebut.

Biden, yang pekan lalu menyebut respons militer Israel di Gaza 'berlebihan', juga mengupayakan langkah-langkah 'mendesak dan spesifik' untuk memperkuat bantuan kemanusiaan.

Organisasi Bantuan

Laporan mengenai pemboman hebat di Rafah terjadi ketika organisasi bantuan dan pemerintah memberikan peringatan terhadap rencana Israel mengirim pasukan darat ke kota di Gaza selatan di mana lebih dari 1,4 juta warga Palestina berlindung.

Warga Palestina yang berlindung di sana telah mengalami serangan udara terus-menerus, dengan laporan rata-rata 100 orang tewas setiap hari.

Diberitakan Al Jazeera, serangan besar-besaran yang diumumkan Israel di wilayah yang sebelumnya ditetapkan sebagai 'zona aman' telah menimbulkan kekhawatiran, termasuk di kalangan sekutu Israel.

Pada Minggu (11/2/2024), Ketua Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga mengatakan laporan tentang serangan Israel di Rafah “sangat mengkhawatirkan”.

“Melanjutkan rencana tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk bagi 1,4 juta orang yang tidak punya tempat lain untuk pergi, dan hampir tidak punya tempat lagi untuk mencari layanan kesehatan,” tulisnya di X.

Arab Saudi dan Mesir

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi telah memperingatkan Israel dalam beberapa hari terakhir.

Arab Saudi memberi peringatan mengenai 'dampak yang sangat berbahaya' jika Israel menyerang Rafah.

Sementara, Mesir telah memperingatkan 'konsekuensi yang mengerikan' dan semakin dalamnya 'bencana kemanusiaan' di kota tersebut.

Anak-anak Palestina di antara reruntuhan bangunan yang dibom Israel di kawasan pengungsian warga Palestina di Rafah, Gaza Selatan. Anak-anak Palestina di antara reruntuhan bangunan yang dibom Israel di kawasan pengungsian warga Palestina di Rafah, Gaza Selatan. (AFP/Said Khatib/Al Jazeera)

Hamas

Diberitakan The Daily Star, Hamas memperingatkan Israel pada hari Minggu bahwa serangan darat ke Kota Rafah di ujung selatan Gaza, yang dipenuhi pengungsi Palestina, akan membahayakan pembebasan sandera yang ditahan oleh militan di wilayah yang terkepung.

“Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di kota Rafah akan menggagalkan perundingan pertukaran,” ujar seorang pemimpin Hamas yang tidak mau disebutkan namanya kepada AFP.

Diketahui, Rafah yang terletak di perbatasan dengan Mesir, tetap menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina yang melarikan diri dari pemboman tanpa henti Israel di tempat lain di Jalur Gaza dalam perang empat bulan melawan Hamas.

Lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah mengungsi ke Rafah untuk menghindari pertempuran di wilayah lain, dan mereka ditampung di tenda-tenda dan tempat penampungan yang dikelola PBB.

Di sisi lain, Mesir khawatir akan masuknya pengungsi Palestina dalam jumlah besar yang mungkin tidak akan pernah diizinkan kembali.

Netanyahu mengatakan kepada Fox News Sunday bahwa ada “banyak ruang di utara Rafah bagi mereka untuk pergi” setelah serangan Israel di tempat lain di Gaza.

Ia mengatakan Israel akan mengarahkan pengungsi dengan “selebaran, ponsel, koridor aman, dan hal-hal lain.”

Namun, serangan tersebut telah menyebabkan kehancuran yang luas, dengan sedikit kapasitas untuk menampung orang.

Kebuntuan antara Israel dan Mesir, dua sekutu dekat AS, terjadi ketika kelompok bantuan memperingatkan bahwa serangan di Rafah akan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.

Sekitar 80 persen penduduk telah meninggalkan rumah mereka, dan PBB mengatakan seperempat penduduknya menghadapi kelaparan.

Operasi darat di Rafah dapat memutus satu-satunya jalur pengiriman makanan dan obat-obatan.

Sebanyak 44 truk bantuan memasuki Gaza pada hari Minggu, kata Wael Abu Omar, juru bicara Otoritas Penyeberangan Palestina.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Editor: Nanda Lusiana Saputri

Tag:  #peringatan #biden #hingga #hamas #soal #serangan #israel #rafah #bahayakan #pembebasan #sandera

KOMENTAR