Media Ibrani: Hamas Siapkan Fase Baru Perang, Pasukan Israel Krisis Hingga Rekrut Pengungsi Afrika
Anggota Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, menyempatkan diri membaca kitab suci Al Quran di dalam terowongan di tengah perang melawan pasukan Israel. Hamas disebut-sebut memulihkan kekuatan secara cepat dan menyiapkan fase baru perang melawan IDF di Jalur Gaza. 
15:30
16 September 2024

Media Ibrani: Hamas Siapkan Fase Baru Perang, Pasukan Israel Krisis Hingga Rekrut Pengungsi Afrika

Lembaga Penyiaran Publik Israel, KAN, Minggu (15/9/2024) melaporkan kalau gerakan Hamas sedang mempersiapkan tahap pertempuran berikutnya di Jalur Gaza.

Laporan itu menambahkan kalau tingkat rehabilitasi kekuatan militer organisasi tersebut di Jalur Gaza lebih tinggi daripada tingkat pembongkaran kemampuan militernya.

Laporan ini membantah klaim Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang menyatakan kalau Hamas tidak lagi memiliki kekuatan militer yang terorganisir di Jalur Gaza.

Hal ini diungkapkan Yoav Gallant kepada jurnalis asing dalam konferensi pers pada hari Selasa (10/9/2024) waktu setempat.

Di kesempatan tersebut, Gallant mengatakan bahwa fokus Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat ini akan dipindahkan dari Gaza ke wilayah perbatasan utara negara mereka.

Kesimpulan tersebut dibagikan Gallant setelah militer Israel menjalankan operasi militer selama 11 bulan di Gaza sejak aksi pejuang Hamas yang menyerang wilayah mereka pada 7 Oktober 2024 lalu.

“Hamas sebagai formasi militer tidak ada lagi. Hamas terlibat dalam perang gerilya dan kami masih bertempur melawan teroris Hamas dan mengejar kepemimpinan Hamas,” kata Gallant kepada pers asing.

Gallant mengatakan bahwa kondisi Hamas yang terus melemah ini juga dapat mendorong terjadinya fase pertama dari proposal gencatan senjata yang sedang dibahas.

Adapun gencatan senjata tersebut berisikan kesepakatan jeda selama enam minggu dari pertempuran yang disertai pembebasan sejumlah sandera.

Namun demikian, Gallant menilai sentimen habisnya kekuatan Hamas ini tak bakal memengaruhi komitmen mereka untuk mengakhiri pertempuran dengan organisasi tersebut.

“Israel harus mencapai kesepakatan yang akan membawa jeda selama enam minggu dan mengembalikan sandera, Setelah periode itu, kami akan mempertahankan hak (militer) untuk beroperasi dan mencapai tujuan akhir kami termasuk penghancuran Hamas.”

Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

IDF Kriris Parah Sampai Rekrut Pengungsi dari Afrika

Adapun Gerakan Perlawanan Hamas mengkonfirmasi, pada Minggu (15/9/2024, kalau pasukan Israel (IDF) merekrut pencari suaka asal Afrika ke dalam tentara pendudukan untuk berperang di Jalur Gaza.

IDF mengiming-imingi pengungsi dari Afrika tersebut dengan imbalan memfasilitasi mereka memperoleh hak tinggal.

Hamas menyebut, hal ini menegaskan betapa parahnya krisis moral yang dialami oleh pasukan IDF.

Gerakan perlawanan Palestina itu mengatakan, pelemparan para pencari suaka asal Afrika ke dalam pertempuran di Gaza merupakan upaya Israel untuk mengkompensasi kerugian besar jumlah tentaranya.

"Pasukan Israel mengalami krisis akibat perlawanan gagah berani rakyat Palestina di Jalur Gaza," kata pernyataan Hamas.

Gerakan tersebut menyerukan komunitas internasional dan lembaga hak asasi manusia internasional untuk mengutuk kejahatan ini, yang mencerminkan perilaku rasis.

Hamas menyerukan kepada komunitas internasional untuk wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin pendudukan kriminal atas pelanggaran berat mereka terhadap hukum perang dan hukum internasional dan kemanusiaan.  

Tentara IDF Terlalu Percaya Diri

Adapun Pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi memberikan analisisnya terkait klaim tentara pendudukan Israel (IDF) yang menyatakan perlu satu tahun lagi untuk menghilangkan kemampuan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

Menurut Al-Duwairi, klaim IDF itu tidaklah akurat.

Dia menegaskan perlunya membedakan antara entitas politik Hamas dan entitas militer gerakan tersebut yang diwakili oleh Brigade Al-Qassam.

"Ketika yang berbicara (klaim setahun lagi habisi Hamas) adalah tentara IDF, itu berarti yang mereka maksud adalah sayap militer Hamas (Brigade Al Qassam)," kata Al-Duwairi dilansir Khaberni, Kamis (12/9/2024).

Dia menambahkan, jika yang dimaksud adalah Brigade Al Qassam, maka brigade milisi gerakan perlawanan ini pun tidak dapat dihilangkan pada periode yang IDF bicarakan.

Tentara IDF beroperasi di Jalur Gaza, Januari 2024. /Kredit foto: IDF Tentara IDF beroperasi di Jalur Gaza, Januari 2024. /Kredit foto: IDF (Via JPost)

Terlalu PeDe, Al Qassam Bangun Ulang Kekuatan, 9 Ton Bom Diolah Ulang

Pakar militer tersebut juga menggambarkan klaim tentara IDF akan bisa memberangus Hamas dalam setahun ke depan sebagai hal yang over-confidence alias kepedean.

Al-Duwairi kemudian menyinggung soal banyaknya laporan baik dari media Israel maupun media internasional yang sebelumnya mengabarkan pengakuan sejumlah petinggi IDF kalau waktu yang diperlukan untuk 'membongkar' kekuatan Hamas bisa bertahun-tahun.

Selain itu, melenyapkan Al-Qassam tidak akan semudah itu karena mereka telah berhasil membangun kembali pasukannya," kata Al-Duwairi.

Brigade Al Qassam, kata dia, membangun ulang kekuatannya melalui 10 persen rudal Israel yang belum meledak, yang jumlahnya cukup besar.

"Menurut laporan diperkirakan jumlahnya (bom Israel yang tidak meledak di Gaza) sekitar 9 ton sejauh ini," menurut Al-Duwairi.

Dia juga menyimpulkan kalau menghentikan penembakan roket dari Jalur Gaza ke kota-kota Israel “akan tetap sulit dilakukan bahkan jika tentara pendudukan Israel mengatakan sebaliknya.”

Helikopter UH-60 Black Hawk Milik Unit 699 Militer Israel jatuh di Gaza pada Selasa (10/9/2024) Helikopter UH-60 Black Hawk Milik Unit 699 Militer Israel jatuh di Gaza pada Selasa (10/9/2024) (X/Twitter)

Black Hawk Israel Jatuh, Kemungkinan Karena Serangan

Mengenai pernyataan tentara pendudukan Israel kalau jatuhnya helikopter Black Hawk di kota Rafah karena cacat teknis atau human error, Al-Duwairi menyatakan itu bukan berarti mengecualikan adanya serangan militer.

Kecurigaan Black Hawk itu jatuh karena serangan, menurutnya, karena terjadi pada malam hari saat mengangkut pasukan IDF yang terluka dari zona pertempuran.

"Helikopter tersebut mungkin terkena tembakan dari milisi perlawanan, yang memaksa pilot untuk bertindak sedemikian rupa sehingga menjatuhkan pesawat meskipun tidak terkena serangan," kata Al Duwairi.

Seperti diketahui, Tentara pendudukan Israel pada Rabu (11/9/2024) menyatakan kalau dua tentara tewas dan tujuh lainnya terluka dalam jatuhnya pesawat militer yang berusaha menyelamatkan seorang tentara yang terluka di Rafah, selatan Jalur Gaza.

Surat kabar Ibrani Israel Today mengatakan bahwa insiden tersebut bukan disebabkan oleh tembakan dari anggota gerakan Hamas, dan penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui penyebab insiden tersebut.

Dinyatakan, “Pada malam hari, helikopter UH-60 Black Hawk Angkatan Udara Israel jatuh di daerah Rafah saat mendarat, sebagai bagian dari misi untuk mengevakuasi seorang pejuang yang terluka untuk menerima perawatan medis di rumah sakit bukan disebabkan oleh tembakan musuh.

Akibat jatuhnya helikopter tersebut, dua tentara tentara Israel tewas, dan keluarga mereka belum diberitahukan, dan akan dipublikasikan.

Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan. Tidak ada perubahan dalam aktivitas operasional angkatan udara pendudukan. Setelah kecelakaan itu, Panglima Angkatan Udara negara pendudukan menunjuk komite investigasi militer untuk memeriksa keadaan kecelakaan tersebut.

Black Hawk Rontok Meski Tanpa Ditembak

Helikopter tempur Israel jatuh di Gaza. Dilaporkan banyak korban setelah helikopter Israel jatuh di Gaza pada Rabu (11/9/2024).

Investigasi awal oleh tentara Israel menyatakan bahwa kecelakaan itu 'tidak disebabkan oleh tembakan musuh'.

Dua tentara Israel tewas dan beberapa lainnya terluka dalam kecelakaan helikopter di Gaza selatan pada 11 September dini hari.

“Pada malam hari, helikopter Owl [Black Hawk] milik Angkatan Udara, sebagai bagian dari misi mengevakuasi seorang pejuang yang terluka untuk perawatan medis di sebuah rumah sakit, jatuh di wilayah Rafah saat mendarat,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan.

"Tampaknya kecelakaan itu tidak disebabkan oleh tembakan musuh. Penyebab kecelakaan masih diselidiki. Tidak ada perubahan dalam aktivitas operasional Angkatan Udara," tambah pihak Angkatan Darat, mengutip penyelidikan awal.

Kedua prajurit yang tewas bertugas di Unit 669 Angkatan Udara Israel. Keluarga mereka telah diberi tahu, menurut pernyataan tersebut.

Tujuh orang lainnya terluka akibat kecelakaan itu.

Helikopter itu terbang ke kota paling selatan Gaza, Rafah, dengan membawa tim medis, setelah seorang tentara terluka parah dalam pertempuran dengan pasukan perlawanan Palestina. Helikopter itu menghantam tanah saat mendarat di perkemahan tentara di Rafah, dan mengalami kerusakan parah.

Kecelakaan itu terjadi saat Israel melanjutkan serangan brutalnya terhadap warga Palestina di Jalur Gaza .

“Pesawat pendudukan mengebom sebuah rumah milik keluarga Abu Shalouf di daerah Al-Mawasi dekat Rafah, yang menyebabkan tewasnya empat warga dan melukai 15 lainnya,” kantor berita WAFA melaporkan pada 11 September.

Sehari sebelumnya, Israel melakukan apa yang digambarkan oleh Pertahanan Sipil Gaza sebagai “salah satu pembantaian paling kejam” sejak dimulainya perang.

Setidaknya 40 warga Palestina tewas dan sedikitnya 60 orang terluka dalam serangan terhadap "zona aman" yang telah ditentukan di Al-Mawasi, Gaza selatan, tempat warga Palestina yang mengungsi di tenda-tenda perkemahan telah berulang kali menjadi sasaran Israel selama beberapa bulan terakhir.

Pertahanan Sipil mengatakan bahwa seluruh keluarga dan lebih dari selusin tenda hilang sepenuhnya setelah serangan Israel. Ditambahkannya, warga Palestina yang terpotong-potong ditemukan dari kawah setinggi sembilan meter yang terbentuk di tanah akibat serangan tersebut.

Dua Tentara Israel Tewas

Perwira (purnawirawan) Daniel Alloush, 37, dari Tel Aviv dan Prajurit (purnawirawan) Tom Ish-Shalom, 38, dari Ness Harim disebutkan sebagai prajurit yang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Sebuah helikopter IDF jatuh dalam kecelakaan yang masih belum dapat dijelaskan di Rafah , menewaskan dua tentara, termasuk pilot utama, dan melukai tujuh tentara di dalamnya.

Perwira (purnawirawan) Daniel Alloush, 37, dari Tel Aviv, dan Prajurit (purnawirawan) Tom Ish-Shalom, 38, dari Ness Harim, keduanya bertugas di Unit 669, disebutkan sebagai prajurit yang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Selain itu, seorang pilot wanita dan pria, seorang mekanik dari Skuadron 123, seorang dokter, dan seorang prajurit tempur cadangan yang bertugas di Unit 669 mengalami luka serius. Seorang dokter tempur yang bertugas di Unit 669 dan seorang mekanik dari Skuadron 123 cadangan mengalami luka sedang.

Pilot wanita tersebut merupakan bagian dari kru yang mengevakuasi Qaid Farhan Alkadi dari Jalur Gaza.

Kecelakaan itu terjadi setelah tengah malam saat upaya menyelamatkan seorang prajurit yang terluka di lapangan dengan pasukan Unit 669.

Selanjutnya, kecelakaan terjadi saat helikopter berada dekat dengan tanah.

IDF akan selidiki kecelakaan tersebut

Selain itu, IDF mengatakan bahwa tidak ada pasukan musuh yang menyerang helikopter tersebut dan bahwa alasan kecelakaan akan diklarifikasi dalam penyelidikan yang sedang berlangsung.

IDF mengatakan bahwa mereka telah melakukan ratusan misi penyelamatan yang sukses di Gaza, menyelamatkan sekitar 1.700 tentara secara keseluruhan tanpa insiden hingga saat ini.

Pemimpin Persatuan Nasional MK Benny Gantz menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban melalui postingan di X/Twitter.

"Dalam perang ini, Angkatan Udara dan Korps Medis berhasil menyelamatkan nyawa ratusan prajurit dalam penyelamatan yang berani dan cepat, terkadang di tengah tembakan," tulisnya.

Ia lebih lanjut mencatat bahwa "kemampuan yang ditunjukkan oleh Unit 669 dan unit lainnya," di samping "keberanian para pejuang dan tim medis," mengurangi "waktu yang dihabiskan untuk menyelamatkan yang terluka dan membawa mereka ke rumah sakit," yang menyelamatkan banyak nyawa.

Angkatan Udara Israel di bawah komando Mayjen Tomer Bar dan Komandan Komando Selatan IDF Mayjen Yaron Finkelman tiba di lokasi kecelakaan beberapa jam kemudian.

Mayjen Tomer Bar menyatakan: "Tadi malam, saat melakukan operasi penyelamatan nyawa seorang pria yang terluka parah dari Jalur Gaza, kami secara tragis kehilangan dua orang cadangan—beberapa di antaranya adalah prajurit terbaik kami—dalam kecelakaan helikopter Black Hawk IDF dari Skuadron 123 selama fase pendaratan. Selain itu, delapan tentara terluka, beberapa di antaranya sangat serius."

"Setelah meninjau lokasi kecelakaan dan menjenguk korban luka di Soroka Medical Center, kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dan akan terus memberikan dukungan kepada korban luka. Ini adalah kecelakaan operasional yang melibatkan helikopter yang jatuh saat misi penting untuk mengevakuasi korban luka. Di lapangan, pasukan Divisi ke-162 bertindak dengan tekad untuk menyelamatkan nyawa," tambahnya.

"Selama 11 bulan terakhir perang, Angkatan Udara telah mengevakuasi lebih dari 1.800 orang yang terluka, termasuk dari dalam Jalur Gaza".

 

(oln/khbrn/tc/*)


 

Tag:  #media #ibrani #hamas #siapkan #fase #baru #perang #pasukan #israel #krisis #hingga #rekrut #pengungsi #afrika

KOMENTAR