Terjebak dalam Mode Siaga Terus-Menerus? Kenali Penyebab dan Cara Atasi Hypervigilance
Ilustrasi Hypervigilance (Freepik)
17:27
4 Desember 2025

Terjebak dalam Mode Siaga Terus-Menerus? Kenali Penyebab dan Cara Atasi Hypervigilance

Saat seseorang terus-menerus merasa waspada seperti selalu “siaga” terhadap bahaya, meskipun sebenarnya tak ada ancaman nyata itu bisa jadi tanda dari hypervigilance. Dalam kondisi ini, tubuh dan pikiran seolah selalu dalam mode “bertahan”, jantung berdetak lebih cepat, perasaan cemas, susah santai atau tidur, walau lingkungan terlihat normal. Menurut Alodokter, kondisi ini dapat membuat seseorang bereaksi berlebihan terhadap rangsangan kecil sekali pun dan sering tidak disadari sebagai masalah psikologis.

Sedangkan menurut Hello Sehat, hypervigilance dapat dipicu oleh trauma, stres berat, atau kecemasan berkelanjutan. Ketika respons “siaga” ini terus aktif, bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, hingga kesehatan mental secara umum. Pola kewaspadaan ekstrem ini sebenarnya adalah alarm tubuh yang terlalu sensitif, bukan sifat bawaan seseorang.

Karena dampaknya bisa besar, penting untuk memahami penyebabnya dan mencari cara untuk meredakan kondisi ini, agar hidup tidak selalu terasa melelahkan karena ketegangan yang terus menerus.

Penyebab Hypervigilance

1. Trauma atau Pengalaman Menakutkan di Masa Lalu

Seringkali hypervigilance berakar dari pengalaman traumatis misalnya pelecehan, kecelakaan, bullying, atau peristiwa yang mengejutkan. Otak “belajar” bahwa lingkungan bisa berbahaya, sehingga tetap waspada meskipun situasi sekarang sudah aman.

2. Gangguan Kecemasan atau Stres Berkepanjangan

Orang dengan kecemasan kronis termasuk Generalized Anxiety Disorder (GAD) atau kecemasan sosial bisa mengalami hypervigilance. Ketidakpastian, rasa takut dinilai buruk, atau kekhawatiran terus-menerus membuat sistem saraf tetap “on alert”.

3. Lingkungan atau Pemicu Sensori yang Membebani

Lingkungan ramai, bising, ramai interaksi, atau situasi yang tak nyaman bisa memicu respons waspada berlebihan. Hal-hal seperti suara keras, keramaian, atau situasi tidak terduga bisa “menyulut” hypervigilance, meskipun tidak ada ancaman nyata.

Cara Mengatasi Hypervigilance

1. Terapi dan Penanganan Profesional

Jika hypervigilance sudah mengganggu kualitas hidup, konsultasi dengan profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater bisa membantu. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi paparan (exposure) dipercaya efektif membantu menata ulang respons terhadap rasa takut atau kewaspadaan berlebihan.

2. Teknik Relaksasi dan Grounding

Latihan pernapasan dalam, meditasi ringan, mindfulness, atau aktivitas yang menenangkan tubuh (seperti berjalan santai, stretching, yoga) bisa membantu menenangkan sistem saraf. Teknik ini membantu memberi jarak antara “reaksi otomatis” tubuh dan realitas, memecah siklus kewaspadaan terus-menerus.

3. Mengatur Pola Hidup dan Lingkungan

Kurangi paparan terhadap pemicu (misalnya media sosial berlebihan, lingkungan sangat ramai), atur jadwal istirahat cukup dan pola makan sehat, serta ciptakan rutinitas yang stabil. Menjaga tubuh sehat dan lingkungan mendukung bisa membantu sistem saraf merasa lebih aman.

Hypervigilance bukan sekadar “terlalu waspada” biasa, ini adalah kondisi yang bisa membuat seseorang merasa terus lelah, tidak aman, dan sulit menikmati kehidupan sehari-hari. Memahami penyebabnya bisa membantu kita menyadari bahwa respons “siaga” itu bukan cerminan dari kekuatan, melainkan sinyal bahwa tubuh dan pikiran butuh jeda.

Dengan pendekatan yang tepat terapi profesional, teknik relaksasi, dan perubahan gaya hidup maka hypervigilance bisa dikelola. Tidak selalu harus “hilang total”, tapi cukup agar kamu bisa bernapas lega, merasa lebih aman, dan menjalani hari tanpa ketakutan berlebihan.

Jika kamu merasa gejalanya terus berulang dan mengganggu, jangan ragu mencari bantuan karena tubuh dan pikiranmu layak mendapatkan ruang aman untuk pulih. (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #terjebak #dalam #mode #siaga #terus #menerus #kenali #penyebab #cara #atasi #hypervigilance

KOMENTAR