Bukan Kelinci Percobaan, Ini Alasan Indonesia Ikut Uji Klinis Vaksin TBC
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana, Jakarta, Kamis (8/5/2025). Menkes Budi Sadikin menegaskan uji klinis vaksin TBC di Indonesia bukan eksperimen sembarangan, melainkan langkah ilmiah untuk selamatkan ribuan nyawa setiap tahun.(KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)
05:06
9 Mei 2025

Bukan Kelinci Percobaan, Ini Alasan Indonesia Ikut Uji Klinis Vaksin TBC

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa partisipasi Indonesia dalam uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) bukan bentuk eksploitasi atau uji coba tanpa dasar, melainkan langkah strategis berbasis sains untuk menyelamatkan puluhan ribu nyawa setiap tahun.

Pernyataan ini disampaikan menyusul kekhawatiran publik terkait hibah senilai Rp 2,6 triliun yang sebagian dialokasikan untuk uji klinis vaksin TBC.

“Vaksin itu terbukti efektif mengendalikan penyakit menular. Kita pernah lihat sendiri bagaimana cacar dan Covid-19 bisa dikendalikan lewat vaksin,” kata Budi dalam Program Rosi yang ditayangkan di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (8/5/2025).

Menurut Menkes, TBC adalah penyakit menular paling mematikan setelah pandemi Covid-19 mereda.

“Di dunia, satu juta orang meninggal tiap tahun karena TBC. Di Indonesia sendiri, sekitar 100.000 orang meninggal setiap tahun. Artinya, setiap lima menit, dua orang Indonesia meninggal karena TBC,” ujarnya.

Bukan uji coba asal-asalan

Menkes menjelaskan bahwa vaksin TBC yang kini memasuki fase uji klinis tahap tiga, telah melalui uji keamanan sebelumnya.

“Ini bukan soal menyuntikkan cairan sembarangan ke tubuh orang. Ini clinical trial fase tiga, artinya keamanan sudah terbukti. Sekarang yang diuji adalah efektivitasnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, uji efektivitas ini penting dilakukan di berbagai ras dan populasi untuk memastikan vaksin bekerja optimal.

Menkes menyebut Indonesia menjadi lokasi uji klinis karena keunikannya dalam hal genetika dan beban penyakit TBC yang tinggi.

“Yang melakukan bukan Kemenkes, tapi para ahli dari UI dan UNPAD. Mereka yang memimpin studi ini, bukan pemerintah sendirian. Jadi proses ini ilmiah dan transparan,” katanya.

Budi menekankan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam uji klinis justru memberi keuntungan besar.

“Kalau nanti vaksin ini efektif, kita yang ikut dalam uji klinis akan mendapat akses lebih dulu. Sama seperti saat pandemi, negara-negara yang ikut clinical trial vaksin Covid dapat akses lebih awal,” ucapnya.

Tak hanya itu, keterlibatan ini juga memberi manfaat strategis untuk industri dalam negeri.

“Kalau berhasil, Bio Farma akan bisa memproduksi vaksin ini dalam jumlah besar. Kita bisa mandiri dan jadi penyedia vaksin TBC untuk negara lain,” kata Budi.

Ia menambahkan, anggapan bahwa Indonesia dijadikan kelinci percobaan adalah keliru.

“Justru kalau kita diam, negara lain yang ikut uji klinis akan dapat vaksin lebih dulu, sementara kita tertinggal. Kita tidak ingin itu terjadi lagi seperti di awal Covid,” ucapnya.

Sebagai penutup, Budi mengajak publik melihat clinical trial sebagai kesempatan, bukan ancaman.

Tag:  #bukan #kelinci #percobaan #alasan #indonesia #ikut #klinis #vaksin

KOMENTAR