BPA Pada Air Galon Kemasan Polikarbonat Disebut Pengaruhi Metabolisme Tubuh, Dokter: Belum Ada Bukti Ilmiahnya
Ilustrasi galon air minum. (Istimewa)
20:09
11 September 2024

BPA Pada Air Galon Kemasan Polikarbonat Disebut Pengaruhi Metabolisme Tubuh, Dokter: Belum Ada Bukti Ilmiahnya

Paparan BPA pada air galon kemasan polikarbonat sempat disebut berbahaya bagi kesehatan. Salah satunya dikatakan dampat memengaruhi metabolisme tubuh.

Terkait hal tersebut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan subspesialis Endokrinologi, Metabolisme, dan Diabetes, Dr. dr Laurentius Aswin Pramono, menegaskan, masyarakat perlu tahu bahwa hingga saat ini BPA belum terbukti secara ilmiah bisa menimbulkan risiko penyakit. Beberapa penelitian membuktikan jumlah luruhan BPA dari galon polikarbonat sangat kecil jumlahnya dan tidak cukup untuk dapat menimbulkan risiko kesehatan.

“Penelitian paparan BPA yang saat ini menjadi isu di tengah masyarakat masih sebatas penelitian pada hewan percobaan, bukan manusia. Tentunya penelitian pada hewan percobaan tersebut berbeda dengan jumlah paparan BPA yang tidak sengaja kita konsumsi sehari-hari,” ujar dr. Aswin dalam Diskusi Pakar Bersama Jurnalis Kesehatan: Forum NGOBRAS di Jakarta, Selasa (10/9).

Perlu diketahui, ungkap dr. Aswin, batas aman paparan BPA adalah 4 mg/kg berat badan per hari. Sedangkan, studi menunjukkan dalam air kemasan, paparan BPA 0,01 mg/kg atau 1 per 10,000. Artinya, perlu mengkonsumsi 10 ribu liter air minum kemasan dalam sekali minum untuk sampai mengganggu fungsi tubuh.

“Sehingga bisa dikatakan risiko paparannya sangat kecil dengan jumlah konsumsi normal kita. Selain itu, tubuh manusia sendiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan anorganik yang tidak sengaja tertelan dalam jumlah kecil seperti BPA, melalui urin ataupun feses,” tambahnya.

Ia pun menambahkan bahwa air minum yang dikemas dalam galon polikarbonat adalah produk yang sudah dikonsumsi lintas zaman selama bertahun-tahun. Tidak ada bukti kuat selama ini yang menunjukkan adanya risiko bagi kesehatan masyarakat.

“Masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu karena terpengaruh isu-isu kurang jelas, sementara faktor risiko kesehatan yang jelas-jelas sudah terbukti seperti kebiasaan merokok, kurang berolahraga, pola makan yang buruk, dan mengkonsumsi alkohol justru diabaikan,” tukasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA, Guru Besar Ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan IPB, menyampaikan, masyarakat perlu memahami dengan benar kondisi apa yang bisa membuat BPA luruh dari kemasan dan masuk ke air minum. Biasanya, migrasi atau luruhnya BPA dari kemasan ke air minum di dalam galon hanya terjadi pada kondisi tertentu. Misalnya, jika dipanaskan dalam suhu lebih dari 250 derajat Celcius.

Nugraha menambahkan, dalam proses produksi AMDK tidak ada proses pemanasan yang terjadi. Hanya mungkin terpapar matahari pada proses distribusi, itupun dengan suhu di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko migrasi BPA ke air minum dari kemasannya akan sangat kecil.

“Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko paparan BPA pada kemasan galon berbahan polikarbonat. Apabila sudah mendapat izin edar BPOM, maka itu menjadi jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi,” ujarnya.

Dengan fakta-fakta yang sudah terungkap di atas, diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang lebih mumpuni tentang keamanan air minum dalam kemasan galon polikarbonat dan tidak perlu khawatir dengan adanya peraturan BPOM terkait pencantuman label pada air minum dalam kemasan berbahan plastik polikarbonat.  Hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan BPA ataupun air minum dalam kemasan yang terbuat dari bahan plastik polikarbonat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

 

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #pada #galon #kemasan #polikarbonat #disebut #pengaruhi #metabolisme #tubuh #dokter #belum #bukti #ilmiahnya

KOMENTAR