Kontributor atas Perubahan Iklim, Sektor Kesehatan Bertanggung Jawab 5 Persen dari Emisi Gas Rumah Kaca
Ilustrasi pohon mengering tanpa daun di kawasan Benoa, Denpasar, Bali. (Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/Antara)
21:50
8 September 2024

Kontributor atas Perubahan Iklim, Sektor Kesehatan Bertanggung Jawab 5 Persen dari Emisi Gas Rumah Kaca

 

Kesehatan adalah fondasi bersama yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang dan perekonomian untuk tumbuh pesat. Untuk itu, sektor kesehatan perlu mengambil tindakan untuk mendorong keberlanjutan sebagai hal yang mendasar guna membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan bumi. Terutama terkait perubahan iklim.

Diungkapkan Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, perubahan iklim sendiri juga memperburuk tingkat kesehatan, termasuk adanya peningkatan penyakit kronis. Sektor kesehatan juga kontributor signifikan terhadap perubahan iklim, yang bertanggung jawab atas sekitar 5 persen dari emisi gas rumah kaca (GRK) global.

Untuk itu, diperlukan langkah nyata walaupun kecil untuk membentuk lingkungan yang berkelanjutan dari sektor kesehatan. Sebagai pelaku di dunia kesehatan, AstraZeneca, ungkap Esra, telah memiliki program AZ Forest, kami telah menanam lebih dari 7,5 juta pohon di lahan seluas 19.000 hektar dan lebih dari 21.000 keluarga petani serta kesempatan peningkatan keterampilan yang diberikan, yang berdampak pada 71.000 petani.

Pihaknya pun telah menandatangani perpanjangan Memorandum Saling Pengertian dengan Kemenko Marves untuk memperluas komitmen kami untuk menanam hingga 20 juta pohon di sekitar Sungai Citarum. Sebagai tindak lanjut dari Penandatanganan Memorandum Saling Pengertian dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi tentang Reboisasi dan Revitalisasi Lahan Kritis di Indonesia, hari ini AstraZeneca menandatangani Kesepakatan Bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum melalui penyediaan bibit pohon dan penyususan studi kelayakan terkait percontohan karbon.

Para pembicara dalam sesi diskusi bertema 'Championing environmental protection and biodiversity restoration for healthy people, society and the planet' di ISF 2024. (IST)

“Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci utama karena kita tidak dapat menyelesaikan masalah perubahan iklim sendirian,” ujar Esra dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 untuk menyelenggarakan sesi bertemakan “Championing environmental protection and biodiversity restoration for healthy people, society and the planet” baru-baru ini.

“Penting bagi kita untuk memiliki rasa tanggung jawab bersama dan mendorong kolaborasi multisektor. Oleh karena itu, mari kita saling menginspirasi untuk mengambil tindakan berani, mendorong kolaborasi, dan berinovasi dalam solusi yang memperjuangkan perlindungan lingkungan dan pemulihan keanekaragaman hayati. Bersama- sama, kita dapat membangun dunia yang lebih sehat dan lebih berkelanjutan untuk semua,” tutup Esra.

Dalam kesempatan yang sama, Nani Hendiarti, Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakankolaborasi lintas sektor sangat penting untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat. Keterlibatan sektor swasta menggarisbawahi dedikasi kuat bangsa kita terhadap keberlanjutan.

"Pada kesempatan ini, saya juga ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk terus memperkuat kolaborasi penta-helix, antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, masyarakat, dan media, untuk memastikan keberlanjutan dapat dicapai secara komprehensif. Hanya dengan sinergi yang kuat semua upaya akan berjalan dengan baik dan membawa manfaat jangka panjang,” papar Nani.

ISF 2024 menjadi ajang penting yang mempertemukan para pemimpin dari berbagai sektor untuk mendorong diskusi tentang keberlanjutan dan aksi iklim.

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #kontributor #atas #perubahan #iklim #sektor #kesehatan #bertanggung #jawab #persen #dari #emisi #rumah #kaca

KOMENTAR