Ketum Gapki Eddy Martono Ungkap Pentingnya Penyederhanaan Regulasi Industri Kelapa Sawit
Ketua Umum Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono memberikan Kata sambutan dalam Buka Puasa Bersama Bersama Forum Pemred di Jakarta, Jumat (22/3). (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)
22:00
22 Maret 2024

Ketum Gapki Eddy Martono Ungkap Pentingnya Penyederhanaan Regulasi Industri Kelapa Sawit

 – Industri kelapa sawit Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan pada 2024. Dari sisi sentimen global, ketidakpastian ekonomi masih membayangi, khususnya dari negara maju. Dari dalam negeri, regulasi yang tumpang tindih perlu segera diselesaikan.

Hasil riset Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan, perekonomian Amerika Serikat (AS) masih berkutat dengan inflasi di atas target. Tiongkok sebagai salah satu konsumen terbesar kedua CPO juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi. Begitu pula Eropa dengan defisit fiskal yang meningkat. Ditambah, eskalasi geopolitik global kian memanas.

Ketua Umum Gapki Eddy Martono menilai, konsumsi dalam negeri diperkirakan terus mengalami kenaikan. Terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia, dan kebutuhan energi (biodiesel) dengan implementasi biodiesel (B35) secara setahun penuh (fully implemented).

”Namun, proyeksi harga minyak nabati dunia, termasuk minyak kelapa sawit, tidak banyak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan 2023,” ujarnya di Jakarta, Jumat (22/3).

Eddy mengeluhkan kebijakan pemerintah yang tumpang tindih. Misalnya, fasilitasi kebijakan pembangunan kebun masyarakat sekitar 20 persen dari luas kebun yang diusahakan.

”Regulasi itu ada di tiga kementerian, yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nah, itu (luasannya, Red) beda-beda. Akibatnya, yang terjadi di lapangan adalah masyarakat yang sudah punya kebun menuntut lagi. Akhirnya, melepas lagi 20 persen dari area yang dimiliki. Regulasi ini yang harus dibenahi,” bebernya.

Dia berharap pemerintah bisa menyederhanakan regulasi CPO. Dengan begitu, pengusaha mendapat kepastian dan kenyamanan dalam berusaha. ”Apalagi, produksi minyak kelapa sawit diperkirakan stagnan tahun ini,” katanya.

Pekerjaan rumah besar ke depan adalah harus meningkatkan produktivitas. Sebab, konsumsi dalam negeri terus naik.

”Sekarang konsumsi minyak sawit domestik sudah di angka 42 persen dari produksi. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. Di sisi lain, juga konsumen minyak sawit terbesar di dunia,” ungkapnya.

Editor: Dhimas Ginanjar

Tag:  #ketum #gapki #eddy #martono #ungkap #pentingnya #penyederhanaan #regulasi #industri #kelapa #sawit

KOMENTAR