Airlangga Sebut QRIS Ditakuti Negara Lain, Penggunanya Sudah 56 Juta
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh negara lain. (Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
09:44
7 November 2025

Airlangga Sebut QRIS Ditakuti Negara Lain, Penggunanya Sudah 56 Juta

– Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh negara lain.

Menurut Airlangga, jumlah pengguna QRIS telah mencapai 56 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan pengguna kartu kredit yang hanya sekitar 17 juta.

“QRIS sudah 56 juta penggunanya, bandingkan dengan kartu kredit yang hanya 17 juta. Makanya (QRIS) ditakuti,” ujar Airlangga, Selasa (4/11/2025) lalu.

Airlangga menjelaskan, perkembangan pesat QRIS menjadi bukti keberhasilan Indonesia dalam mendorong inklusi keuangan digital.

Saat ini, metode pembayaran berbasis QR code tersebut sudah bisa digunakan di sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Pemerintah, kata dia, tengah menjajaki kerja sama serupa dengan Uni Emirat Arab (UEA) agar transaksi lintas negara dapat dilakukan menggunakan QRIS. Sistem ini telah mengadopsi standar internasional sehingga kompatibel dengan berbagai negara.

“Pemerintah berkomitmen memperluas jaringan QRIS ke lebih banyak negara agar transaksi antarnegara semakin efisien dan murah,” ujarnya.

Selain memperluas jangkauan, negara-negara ASEAN kini juga tengah membangun platform sistem pembayaran regional.

Pertumbuhan QRIS Terus Melonjak

Bank Indonesia (BI) mencatat, penggunaan QRIS terus menunjukkan lonjakan signifikan hingga pertengahan 2025.

Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta menyebut, hingga kuartal III 2025, pengguna QRIS mencapai lebih dari 58 juta dengan 41,2 juta merchant yang telah menerima pembayaran QRIS.

“Nilai transaksinya sudah lebih dari Rp 1,9 kuadriliun. Enggak cukup ya handphone kita (menghitung) kuadriliun, berapa itu nolnya,” kata Filianingsih di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Pada kuartal II 2025, BI mencatat transaksi QRIS tumbuh 148,50 persen secara tahunan (year on year). Angka tersebut menunjukkan bahwa QRIS tidak hanya tumbuh dalam jumlah pengguna, tetapi juga dari intensitas transaksi.

UMKM Jadi Pendorong Utama

Dari data BI, sekitar 93,16 persen dari seluruh merchant QRIS merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, volume transaksi digital lewat QRIS terus meningkat seiring bertambahnya pengguna dan merchant.

Inovasi teknologi juga menjadi pendorong utama, salah satunya fitur QRIS Tap berbasis Near Field Communication (NFC) yang diluncurkan awal 2025.

Fitur ini mempermudah transaksi tanpa perlu memindai kode QR, terutama untuk pembayaran transportasi publik.

Dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak peluncuran, jumlah pengguna QRIS Tap telah menembus 47,8 juta orang.

Gaya Hidup Digital Mendorong Adopsi QRIS

Dengan penetrasi internet yang tinggi, QRIS kini menjadi bagian dari gaya hidup digital masyarakat.

Filianingsih mencatat, lebih dari 80 persen populasi Indonesia atau sekitar 229 juta orang telah terhubung dengan internet.

“Ini menandakan bahwa fondasi ekonomi digital kita sudah semakin matang,” ujarnya.

Menurut survei KG Media terhadap 300 milenial dan Gen Z di kota besar, 63 persen responden memilih menggunakan QRIS saat melakukan pembayaran offline, baik lewat aplikasi bank maupun e-wallet.

Temuan ini menunjukkan QRIS telah menjadi metode pembayaran paling populer untuk transaksi tatap muka.

Mendorong Inklusi dan Efisiensi Keuangan

Adopsi QRIS yang luas berdampak besar pada inklusi keuangan dan efisiensi transaksi.

Dengan banyaknya UMKM yang menggunakan QRIS, segmen usaha kecil kini lebih mudah terhubung dengan sistem pembayaran formal.

Selain itu, transaksi dengan QRIS lebih cepat, efisien, dan tercatat secara digital, sehingga membantu pencatatan keuangan serta menekan biaya transaksi dibandingkan metode tradisional.

Bank Indonesia menilai, teknologi seperti QRIS Tap dan interkoneksi antarnegara turut memperkuat sistem pembayaran nasional yang aman dan inklusif.

Tantangan Masih Ada

Meski pertumbuhannya pesat, sejumlah tantangan masih perlu dibenahi. Di antaranya kesenjangan infrastruktur di wilayah 3T, rendahnya literasi digital, dan keamanan transaksi.

Selain itu, tidak semua merchant mengalami peningkatan nilai transaksi yang signifikan meski jumlah pengguna terus bertambah.

Dengan rencana ekspansi lintas negara, faktor regulasi dan keamanan antarnegara juga akan menjadi perhatian utama.

Ekspansi QRIS ke Luar Negeri

Nilai transaksi lintas negara menggunakan QRIS mencapai Rp 1,66 triliun hingga Juni 2025. QRIS kini sudah digunakan di Thailand, Malaysia, Singapura, dan Jepang.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, kerja sama QRIS dengan Thailand yang dimulai Agustus 2022 mencatat hampir 1 juta transaksi senilai Rp 437,54 miliar. Sementara transaksi dengan Malaysia mencapai 4,31 juta kali dengan nilai Rp 1,15 triliun.

Adapun kerja sama dengan Singapura sejak November 2023 mencatat 238.216 transaksi senilai Rp 77,06 miliar.

“Sejak diluncurkan enam tahun lalu, QRIS telah menjadi game changer bagi ekosistem pembayaran digital dan memperkuat kedaulatan ekonomi Indonesia, yang kini telah mencapai 57 juta pengguna,” ujar Perry.

BI juga menargetkan penggunaan QRIS di China dan Korea Selatan pada akhir 2025 serta di Arab Saudi dalam waktu dekat.

(Tim Redaksi: Debrinata Rizky, Erlangga Djumena, Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 

Tag:  #airlangga #sebut #qris #ditakuti #negara #lain #penggunanya #sudah #juta

KOMENTAR