Sustainable Plates, Langkah Bersama IdeaFest dan KEM Mendorong Inovasi Masa Depan Sistem Pangan Berkelanjutan
–Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) berkolaborasi dengan IdeaFest mengadakan acara bertajuk Sustainable Plates: Where Local Food Meets Tech, Finance, and Emissions. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian IdeaFest 2024.
Panel diskusi ini menghadirkan para pemimpin dan pakar. Para narasumber akan membahas bagaimana Indonesia dengan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang melimpah dapat menjadi kunci dalam membangun sistem pangan berkelanjutan.
Insan Syafaat dari PISAgro menyebutkan ada empat indikator utama ketahanan pangan. Yakni availability (ketersediaan pangan), affordability (keterjangkauan), kualitas gizi pangan, dan yang terakhir adalah sustainability (keberlanjutan).
”Hal tersebut menentukan apakah pangan masih ada di masa depan,” tutur Insan Syafaat.
Saat ini, skala lahan yang dimiliki petani yang relatif kecil memengaruhi kapasitas produksi. Rama Manusama dari Katalys Partner menyatakan, saat ini berlomba dengan deforestasi dan degradasi lahan yang terus terjadi. Butuh teknologi pertanian yang mutakhir dan sumber daya manusia yang andal.
”Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan metode ramah iklim. Untuk itu, perlu ada kolaborasi agar tercipta dukungan pendanaan dan insentif pasar inovatif sebagai motivasi,” ujar Rama.
Sejalan dengan Rama, Vivi dari Equatora Capitals juga menyampaikan pertumbuhan minat investor di sektor pertanian sayangnya tidak secepat sektor teknologi lain. Untuk itu pendekatan blended finance antara sektor dan swasta membantu mengurangi risiko investor dan membuka akses pembiayaan lebih luas.
”Terutama untuk sektor basis lahan seperti pengembangan hilirisasi komoditas,” papat Vivi.
Tak hanya teknologi dan pendanaan, infrastruktur dan akses masih menjadi polemik distribusi hasil pertanian petani Indonesia Timur. Sementara bagi petani Indonesia Barat atau wilayah Sumatera, enggan merintis usaha pertanian baru sebagai alternatif.
Saniy dari Pratisara Bumi Foundation menyebutkan, petani lokal sebetulnya sangat memahami metode, jenis tanaman, dan teknologi yang diwariskan turun temurun. Tetapi beberapa jenis teknologi modern malah menimbulkan dampak negatif seperti traktor yang mengurangi kemampuan tanah menyerap.
Sementara Adilla dari Agrilabs menyatakan, pihaknya menerapkan pendekatan teknologi iklim dengan algoritma khusus yang dapat mengoptimalkan parameter-parameter produksi dari pupuk hingga potensi panen. Sehingga para petani skala kecil dapat memanfaatkan lahan terbatas dengan perlindungan memadai.
Menurut Kementerian Pertanian, sektor pertanian Indonesia berkontribusi sekitar 7-10 persen dari total emisi gas rumah kaca nasional yang mempercepat perubahan iklim dan memengaruhi produksi pangan. Emisi dari suplai makanan berasal dari proses di hulu seperti alih fungsi lahan, pertanian dan peternakan serta hilir seperti proses pengolahan, transport, retail dan pengemasan.
Tak hanya sesi panel, acara ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan di sektor food & beverage (F&B), pertanian, teknologi, dan lingkungan, untuk mengimplementasikan solusi inovatif yang dapat membantu mengurangi jejak karbon dalam sistem pangan nasional.
Koalisi Ekonomi Membumi juga menggaet pelaku F&B Jakarta menyajikan ragam menu makanan bergizi lokal berbasis komoditas lahan gambut yang dikurasi dari Indonesia barat, tengah, dan timur.
Tag: #sustainable #plates #langkah #bersama #ideafest #mendorong #inovasi #masa #depan #sistem #pangan #berkelanjutan