![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Bahlil Ungkap Subsidi Gas Melon Senilai Rp 26 Triliun Berpotensi Tak Tepat Sasaran, Kontrol ke Pengecer Sulit Dilakukan](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/09/jawapos/bahlil-ungkap-subsidi-gas-melon-senilai-rp-26-triliun-berpotensi-tak-tepat-sasaran-kontrol-ke-pengecer-sulit-dilakukan-1170954.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Bahlil Ungkap Subsidi Gas Melon Senilai Rp 26 Triliun Berpotensi Tak Tepat Sasaran, Kontrol ke Pengecer Sulit Dilakukan
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memperkirakan subsidi Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 Kg bisa tidak tepat sasaran. Bahkan kerugian yang timbul diprediksi nilainya besar.
Bahlil menjelaskan bahwa negara selama ini telah mensubsidi tiga kebutuhan energi untuk rakyat Indonesia: BBM, listrik, dan gas LPG. Untuk gas LPG sendiri, dalam satu tahun subsidinya senilai Rp 87 triliun.
"Perintah Presiden Prabowo ke semua orang di kabinet adalah memastikan uang negara satu sen pun harus pasti sampai ke masyarakat. Penggunaannya harus tepat sasaran sampai ke rakyat. Apalagi LPG ini menyangkut hajat hidup orang banyak," kata Bahlil, Minggu (9/2).
Bahlil bercerita, pada awal menjabat sebagai menteri, ia mendapat sejumlah laporan dari aparat penegak hukum dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa program subsidi ini rentan menimbulkan kerugian. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan penataan distribusi dan harga yang lebih jelas.
Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, dengen subsidi yang diberikan oleh negara sebesar Rp 36.000, harga gas melon per tabung itu menjadi Rp 12.000. Dengan harga awal tersebut, Pertamina membawa gas melon ke agen dengan harga Rp 12.750. Selanjutnya, dari agen ke pangkalan, harga pertabung seharusnya maksimal hanya Rp 15.000. Selama ini, pemerintah bisa memantau langsung proses distribusi dari agen ke pangkalan karena memang terlacak oleh aplikasi, artinya sudah tertata dengan baik oleh sistem.
"Nah, dari pangkalan ke pengecer ini yang enggak ada sistem, enggak ada aplikasi yang bisa memantau. Yang terjadi, seharusnya rakyat maksimal membeli satu tabung seharga Rp 18.000 sampai Rp 19.000. Tapi fakta di lapangan, ada yang beli sampai Rp 25.000 atau Rp 30.000," kata Bahlil.
Dia menjelaskan, ada tiga titik celah untuk oknum bisa melakukan cawe-cawe permainan gas LPG, salah satunya dengan penentuan harga dari pangkalan ke pengecer yang tidak terpantau.
"Jika kita asumsikan loss-nya total ada 25-30 persen, kali Rp 87 triliun, itu sama dengan Rp 25-Rp26 triliun. Bayangkan. Inilah, dalam rangka implementasi apa yang diarahkan oleh Presiden Prabowo, memastikan yang dikeluarkan pemerintah harus tepat sasaran. Itu niatnya," pungkas Bahlil.
Tag: #bahlil #ungkap #subsidi #melon #senilai #triliun #berpotensi #tepat #sasaran #kontrol #pengecer #sulit #dilakukan