Daftar Negara Terbaik untuk Wisata 2026 Versi National Geographic, Ada Indonesia?
— National Geographic Travel merilis daftar Best of the World 2026, yang menampilkan sejumlah negara dan destinasi pilihan dari berbagai belahan dunia.
Berbeda dari daftar destinasi populer berbasis tren semata, pemilihan ini mempertimbangkan konteks global, keberlanjutan, transformasi kota, hingga peran komunitas lokal dalam pariwisata.
Daftar tersebut tidak disusun sebagai peringkat, melainkan sebagai gambaran arah perjalanan dunia pada 2026.
Negara terbaik untuk wisata 2026
Berikut rangkuman negara-negara yang masuk dalam daftar Best of the World 2026 beserta alasan editorial di balik pemilihannya, dilansir dari National Geographic Travel.
1. Italia
Italia masuk daftar melalui kawasan Dolomit, Pegunungan Alpen yang akan menjadi salah satu pusat perhatian dunia seiring penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Milano–Cortina 2026.
Menara Pisa di Italia.
Namun, National Geographic menekankan bahwa daya tarik Dolomit tidak berhenti pada olahraga musim dingin.
Kawasan ini dinilai sebagai contoh pengelolaan lanskap alam berkelanjutan, dengan jalur hiking empat musim serta desa-desa kecil yang tetap menjaga tradisi lokal di tengah meningkatnya arus wisatawan.
2. Kanada
Kanada disorot sebagai contoh kuat pariwisata berbasis alam dan komunitas adat. Fokus utama diberikan pada wilayah Quebec, khususnya kawasan lindung yang dikelola masyarakat Cree, seperti Nibiischii Park.
Toronto, Kanada.
Pendekatan ini mencerminkan arah baru pariwisata global yang lebih menekankan konservasi, keterlibatan masyarakat lokal, serta pengalaman otentik, bukan sekadar eksploitasi alam.
3. China
Beijing dipilih bukan hanya karena statusnya sebagai ibu kota, tetapi karena transformasi pengelolaan wisata budaya.
Ilustrasi Tembok Besar China.
National Geographic menyoroti pembukaan jalur baru menuju Tembok Besar, termasuk tur malam hari yang dirancang untuk mengurangi kepadatan dan memberikan pengalaman sejarah yang lebih mendalam.
Beijing dipandang sebagai contoh kota besar yang berupaya menyeimbangkan pelestarian warisan budaya dengan modernisasi pariwisata.
4. Dominika
Negara pulau di Karibia ini masuk daftar berkat rencana pembentukan cagar paus sperma pertama di dunia.
Ilustrasi terumbu karang.
Pilihan Dominika menegaskan fokus National Geographic pada ekowisata laut dan perlindungan satwa, bukan pada pengembangan resort besar.
Negara ini dinilai berhasil memosisikan diri sebagai destinasi alam yang masih “liar” dan berorientasi konservasi.
5. Maroko
Alih-alih kota wisata populer seperti Marrakech atau Fez, National Geographic memilih Rabat.
Ilustrasi Maroko.
Ibu kota Maroko ini dinilai menawarkan keseimbangan antara sejarah imperial, arsitektur modern, dan ritme kota yang lebih tenang, menjadikannya alternatif urban tourism yang lebih berkelanjutan dan tidak terlalu padat wisatawan.
6. Inggris (Britania Raya)
Kota pelabuhan Hull menjadi representasi bagaimana kota industri lama dapat bangkit melalui revitalisasi budaya dan maritim.
Menara Jam Istana Westminster, bahasa sehari-hari dikenal sebagai Big Ben, di Westminster, London, Inggris.
Sorotan diberikan pada museum, ruang publik, serta upaya pelestarian sejarah pelabuhan sebagai identitas kota, sejalan dengan tren wisata berbasis regenerasi kota.
7. Amerika Serikat
Amerika Serikat masuk melalui beberapa destinasi yang mewakili narasi perubahan dan refleksi sejarah, di antaranya:
Ilustrasi Hawaii - Tempat wisata bernama Hanauma Bay di Pulau O'ahu, Hawaii, Amerika Serikat.
- Route 66 di Oklahoma yang merayakan 100 tahun sebagai simbol mobilitas Amerika.
- North Dakota Badlands, seiring pembukaan Theodore Roosevelt Presidential Library.
- Maui, Hawaii, yang ditampilkan dalam konteks pemulihan pascabencana.
- Pittsburgh, Pennsylvania, kota pasca-industri dengan budaya yang berkembang dengan pesat dan dilengkapi dengan museum seni dan sejarah.
Pilihan ini menunjukkan bahwa National Geographic tidak hanya menyoroti lanskap indah, tetapi juga cerita sosial dan sejarah di balik destinasi tersebut.
8. Filipina
Manila dipilih sebagai simbol kota Asia Tenggara yang tengah membangun identitas baru.
Rizal Park merupakan sebuah monumen untuk mengenang jasa Dr Jose Rizal. Terletak di jantung kota Manila, Filipina.
Sorotan diberikan pada perkembangan kuliner, seni urban, dan kehidupan kota yang dinamis, menjadikan Manila representasi urban Asia yang kompleks dan hidup, bukan sekadar destinasi pantai.
9. Turki (Türkiye)
Pesisir Laut Hitam dipilih sebagai alternatif dari destinasi Turki yang lebih populer.
Hagia Sophia, struktur megah yang bertransformasi dari katedral menjadi masjid, tetap menjadi salah satu destinasi paling bersejarah di dunia (britannica.com).
Wilayah ini dinilai menawarkan lanskap hijau, desa nelayan, dan tradisi lokal yang masih kuat, menjawab minat wisatawan yang mencari pengalaman yang lebih sunyi dan autentik.
10. Uzbekistan
Kota bersejarah Khiva masuk sebagai representasi Jalur Sutra. National Geographic menyoroti keberhasilan pelestarian kota tua yang tidak hanya dipertahankan sebagai situs sejarah, tetapi tetap hidup sebagai ruang budaya dan aktivitas masyarakat.
11. Afrika Timur
Akagera National Park dipilih karena keberhasilan pengelolaan taman nasional berbasis konservasi dan komunitas.
Rwanda dipandang sebagai contoh bagaimana safari Afrika dapat berjalan seiring dengan perlindungan ekosistem dan pemberdayaan masyarakat lokal.
12. Jepang
Prefektur Yamagata dipilih karena menawarkan sisi Jepang yang lebih lokal dan lambat.
Ilustrasi Himeji Castle atau Kastel Himeji di Hyogo, Jepang.
Dari fenomena “snow monsters” di Zao hingga tradisi pedesaan yang masih kuat, Yamagata mencerminkan pergeseran minat wisatawan dari kota besar menuju wilayah regional.
13. Australia
Uluru–Kata Tjuta National Park ditampilkan bukan hanya sebagai ikon alam, tetapi juga sebagai situs spiritual masyarakat Aborigin.
Uluru-Kata Tjuta National Park, salah satu tempat wisata di Australia.
Pendekatan interpretasi budaya menjadi alasan utama pemilihan kawasan ini, dengan penekanan pada wisata yang menghormati nilai adat.
14. Brasil
Rio de Janeiro masuk daftar karena dinamika budaya dan transformasi ruang publiknya.
Kota Rio de Janeiro di Brasil.
Rio digambarkan sebagai kota dengan identitas budaya kuat yang terus berevolusi, bukan semata destinasi pantai dan hiburan.
15. Finlandia
Kota Arktik Oulu dipilih karena pendekatan inovatif terhadap budaya, teknologi, dan alam utara.
Destinasi ini mencerminkan tren wisata ke wilayah dingin yang menekankan kualitas hidup dan keberlanjutan.
16. Korea Selatan
Korea Selatan masuk sebagai destinasi nasional berkat pengembangan jalur alam seperti Dongseo Trail, yang membentang dari timur ke barat negara tersebut.
Dongmyo korea selatan | Pemerintah Kota Seoul Siapkan Rp 5 Triliun untuk Atasi Epidemi Kesepian di Korea Selatan
National Geographic menyoroti bagaimana Korea menggabungkan hiking, budaya, dan kota modern dalam satu pengalaman perjalanan.
17. Portugal
Guimarães disorot karena perannya sebagai kota bersejarah yang juga mengusung agenda hijau, termasuk status European Green Capital 2026.
Kota ini dipandang sebagai contoh pariwisata Eropa yang progresif dalam tata kota dan keberlanjutan.
18. Spanyol
Basque Country dipilih karena kekuatan identitas budaya, bahasa, dan kuliner. Wilayah ini menunjukkan bagaimana otonomi budaya dapat menjadi daya tarik wisata yang kuat dan otentik.
21. Meksiko
Pesisir Oaxaca ditampilkan sebagai kawasan yang memadukan pantai, komunitas lokal, dan tradisi Afro-Meksiko.
Destinasi ini menonjolkan keberagaman identitas dan pengalaman budaya di luar arus utama pariwisata Meksiko.
National Geographic menegaskan bahwa daftar Best of the World 2026 bukan hanya sekadar rekomendasi destinasi, melainkan cerminan perubahan cara dunia bepergian—lebih sadar konteks, budaya, dan keberlanjutan.
Adapun berdasarkan pantauan Kompas.com, tidak ada nama Indonesia di daftar.
Tag: #daftar #negara #terbaik #untuk #wisata #2026 #versi #national #geographic #indonesia