Pameran Fotografi Yang Merespons Situasi Politik Pemilu 2024
YANG DIINGAT: Karya fotografi kontemporer milik Akiq A.W. berjudul War dan Heroes Series dalam pameran Playlist #2: Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri di Ruang MES 56, Mangkuyudan, Jogja. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)
15:12
17 Maret 2024

Pameran Fotografi Yang Merespons Situasi Politik Pemilu 2024

Unit Stockroom 56 menggelar pameran fotografi yang bertajuk Playlist #2: Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri di Ruang Mes 56, Jalan Mangkuyudan, Jogjakarta. Pameran tersebut berlangsung pada 1 Maret hingga Kamis (14/3) lalu. Pameran itu sekaligus menjadi perayaan Dirgahayu Ke-22 Ruang MES 56.

PADA karya Wok The Rock yang berjudul LIE, pengunjung pameran seperti menonton kover majalah Amerika Serikat, LIFE. Namun, dengan usilnya, Wok The Rock menghilangkan huruf F sehingga yang muncul LIE yang dalam bahasa Indonesia berarti berbohong.

Dalam karya itu, Wok The Rock memasang tiga foto hitam putih dengan tulisan LIE di bagian pojok kiri atas. Tiga sosok itu adalah Presiden PKS 2004–2009 Tifatul Sembiring, vokalis NOAH Ariel, dan mantan Presiden Indonesia Soeharto.

Kurator Playlist #2: Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri Arlingga Hari Nugroho menyatakan, pameran tersebut merupakan seri kedua yang diinisiatori unit Stockroom 56 sebagai rotasi ekshibisi kekaryaan dari para seniman MES 56.

Menurut Arlingga, dalam pameran itu, para pengunjung dapat menikmati potongan sejarah yang hadir untuk memperlihatkan sesuatu yang membekas di masa lalu. Sebagaimana porak-poranda, kekalahan, dan kejanggalan.

KREATIF: Karya fotografi kontemporer milik Wok The Rock yang berjudul LIE. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

Karya yang dipilih sang kurator dalam pameran tersebut adalah karya-karya yang sedikit banyak memperlihatkan penggalan peristiwa di ruang domestik. Ataupun ruang publik yang tercecer dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, karya-karya yang dipamerkan dalam Playlist #2: Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri berbicara mengenai fanatisme politik, kebohongan publik, kisah nasionalisme cum militerisme, dan perasaan yang mengganjal di ruang domestik yang dirasa menjadi sebuah kisah yang tak pernah selesai.

Dan semua itu silih berganti terduplikasi dalam bentuk dan peristiwa yang kadang terasa dekat, tetapi samar di beberapa waktu terakhir. Bahkan di dalam rumah sekalipun. ’’Pada titik itu, selalu ada keyakinan bahwa lebih baik di sini, toh rumah kita sendiri,’’ tegas Arlingga.

PARA PENGUASA: Pengunjung menjajal penyuara jemala yang tersedia pada karya High FIVE karya Arif Budiman di Ruang MES 56, Mangyudan, Jogja. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

Arlingga menuturkan, para seniman yang memamerkan karya mereka di pameran kali ini merespons situasi politik pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini. Di mana menurut para seniman yang terlibat di pameran tersebut, pesta demokrasi belakangan ini ibarat air hujan yang membanjiri jalanan, mengalir ke dalam rumah, hingga merembes ke layar ponsel di setiap saat.

’’Beberapa hal kemudian terasa tidak pada tempatnya. Sehingga sulit membedakan antara urusan pribadi, privasi, dan konsumsi publik di tengah derasnya informasi,’’ kata Arlingga.

Mathori Brilyan, salah seorang pengunjung, mengaku bahwa pameran itu sangat menarik dan ada nilai kritis di dalamnya. Sebab, menurut alumnus mahasiswa Jurusan Teater ISI Jogja tersebut, para seniman yang terlibat dalam pameran itu bisa merespons hal-hal yang mungkin jarang diketahui orang seperti situasi politik setelah Pemilu 2024 ini. ’’Semua karya di sini bisa bercerita dan berbicara,’’ ujarnya. (ayu/c12/dra)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #pameran #fotografi #yang #merespons #situasi #politik #pemilu #2024

KOMENTAR