Pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim: Indigo dari Tepian Kota Shanghai
BERBASIS SUNGAI: Pengunjung melihat karya yang dipajang pada pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim di Galeri Nasional, Jakarta. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)
09:00
15 September 2024

Pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim: Indigo dari Tepian Kota Shanghai

– ”Lihat warna dominan nggak? tanya Rizki Dhifan, sang pemandu pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim, kepada Jawa Pos di Galeri Nasional Indonesia Rabu (11/9) lalu. Nyatanya, warna indigo mendominasi karya-karya di sini. Pameran itu berlangsung mulai 7 September sampai 6 Oktober.

Tak hanya soal dominasi warna, pameran yang menjadi bagian dari tur internasional seni rupa Tiongkok itu juga menampilkan kekhasan Negeri Tirai Bambu tersebut. Utamanya yang berasal dari tepian Shanghai, tempat karya-karya ini tercipta. Bunga teratai, sungai, dan rumah-rumah beratap limasan berderet rapat.

Beberapa karya tampak bereksplorasi dengan pengembangan teknik lukis. Salah satunya karya Gu Yuchun dan Gu Zhipeng yang bertajuk Bunga Teratai dan Embun, di mana karya disusun dengan teknik sulam.

Bapak dan anak itu mampu menciptakan "ilusi" sehingga sulaman tersebut tampak seperti lukisan yang dibuat dengan goresan cat. Jika dilihat jeli, karya itu berisi ratusan sulaman benang yang tersusun di atas kertas. ’’Dua orang ini memang sudah terkenal dengan teknik ini. Termasuk kertas khusus yang mereka buat,’’ tutur Rizki.

DIVERSIFIKASI: Karya-karya yang dipamerkan kepada publik meliputi karya seni lukis, keramik, ukiran di atas giok, hingga kerajinan tangan. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Ada pula karya Wang Ani berjudul Kuil Dewa Kota. Yang menggoreskan nuansa kontras. Di area depan terdapat kuil yang dikelilingi telaga dan ornamen khas Tiongkok lama. Sementara background-nya berjajar gedung-gedung pencakar langit. Wang Ani tak membenturkan dua era itu secara muram. Sebaliknya dengan warna mencolok, dia seakan menikmati dua era tersebut berpadu.

Lebih dari 87 karya terpanjang dalam pameran yang berlangsung hingga 6 Oktober itu. Pameran tersebut berisi beragam seni lukis, keramik, ukiran di atas giok, dan kerajinan tangan. Tersusun dalam blok-blok ruang yang mengajak pengunjung untuk merasakan perbedaan dari setiap segmen karya.

Jembatan Perbedaan dan Warisan Tak Benda

TEKUN: Perupa asal Tiongkok menunjukkan proses pembuatan karyanya kepada pengunjung. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Ketua Tim Kuratorial Indonesia Heritage Agency (IHA) Zamrud Setya Negara menyatakan, karya-karya itu mencerminkan warisan tak benda Tiongkok dan Shanghai secara khusus. ’’Karya ini tak sekadar menunjukkan keahlian dan keterampilan tinggi, tapi juga perpaduan konsep tradisional dan modern,’’ terang Zamrud.

Zamrud mencontohkan 20 lukisan petani milik Jinshan. Gaya seni tradisional yang mencerminkan kebijaksanaan dan sentimen estetika para petani dengan cara sederhana dan ekspresif. Di sisi lain, karya itu mampu menunjukkan lorong waktu kepada pengunjung melalui nukilan sejarah dan keindahan budaya Shanghai.

”Budaya adalah media terbaik untuk menjembatani perbedaan dan membangun pemahaman bersama,’’ terang President of Shanghai Art Collection Museum Hu Muqing. Selain di Indonesia, pameran itu merupakan bagian tur internasional yang sudah diselenggarakan di tiga negara. Yakni, Mesir, Turki, dan Slovakia.

”Menarik karena ada kontras warna yang selaras di sini,’’ terang Jihanul Farid, 24, salah seorang pengunjung. Baginya, pameran tersebut bisa menjadi inspirasi dalam membuat karya. Sebagai ilustrator, dia menikmati tabrakan warna dan karakter khas dalam pameran itu. (elo/c6/dra)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #pameran #irama #baru #jalur #sutra #maritim #indigo #dari #tepian #kota #shanghai

KOMENTAR