



5 Langkah Cek Kesehatan Keuangan Keluarga
– Mengatur keuangan keluarga bukan sekadar soal mencatat pengeluaran atau menabung. Lebih dari itu, penting bagi setiap keluarga untuk secara rutin melakukan evaluasi kondisi finansial atau yang dikenal sebagai financial check-up.
Langkah ini dapat menjadi sarana menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga, sekaligus wujud perhatian dan kasih sayang kepada pasangan serta anggota keluarga.
Melalui program edukasi keuangan Sikapi Uangmu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengajak masyarakat untuk lebih sadar dan terbuka dalam membicarakan kondisi keuangan.
Dikutip dari akun Instagram @sikapiuangmu, berikut lima langkah untuk mengevaluasi keuangan keluarga atau financial check-up yang bisa dilakukan bersama pasangan:
1. Berapa Persen Penghasilan yang Disisihkan?
Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah besaran penghasilan bulanan yang berhasil disisihkan untuk masa depan.
Menurut OJK, idealnya minimal 10 hingga 20 persen dari penghasilan dialokasikan untuk tabungan atau investasi.
Dana ini sangat penting, terutama untuk menghadapi kebutuhan jangka panjang atau situasi darurat yang tidak terduga.
2. Sudah Punya Dana Darurat?
Setiap keluarga disarankan memiliki dana darurat sebesar 3 sampai 6 kali total pengeluaran bulanan.
Dana darurat ini berfungsi sebagai pelindung keuangan ketika terjadi hal-hal tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan mendesak lainnya.
“Ini penting banget buat berjaga-jaga,” tulis OJK dalam kampanye edukasi keuangannya.
3. Apakah Sudah Memiliki Proteksi Dasar?
Proteksi dasar juga menjadi salah satu pilar penting dalam perencanaan keuangan keluarga. Minimal, setiap anggota keluarga perlu terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Jika kondisi keuangan memungkinkan, OJK menyarankan untuk menambahkan perlindungan tambahan seperti asuransi jiwa dan asuransi pendidikan.
4. Apakah Cicilan Masih Terkendali?
Pengelolaan utang juga harus menjadi perhatian. Total cicilan utang dalam rumah tangga sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari penghasilan bulanan.
“Total cicilan utang nggak boleh lebih dari 30 persen penghasilan sebulan ya, Sobat,” tulis OJK dalam panduan edukatifnya.
Jika melebihi angka tersebut, kondisi keuangan bisa terganggu dan berisiko menimbulkan stres finansial.
5. Punya Rencana Masa Depan?
Perencanaan masa depan tak kalah penting. Anak butuh sekolah, orang tua perlu perhatian, dan diri sendiri juga berhak menikmati waktu untuk istirahat atau healing.
Semua kebutuhan tersebut harus direncanakan secara matang agar tidak mengganggu kestabilan keuangan rumah tangga di masa depan.
Ngobrolin Uang, Tanda Kasih Sayang dalam Keluarga
Banyak orang merasa bahwa membicarakan keuangan bisa memicu stres atau konflik dalam keluarga. Namun, OJK menegaskan bahwa justru komunikasi terbuka soal uang adalah bentuk kasih sayang.
“Ngomongin uang itu bikin pusing,” mungkin itu yang sering kita dengar. Tapi justru kalau nggak dibicarakan, pusingnya bisa dobel!
Untuk itu, OJK menyarankan agar keluarga melakukan financial check-in secara rutin. Aktivitas financial check-in ini bisa dilakukan dalam suasana santai dan tidak perlu formal.
Beberapa momen yang bisa dimanfaatkan misalnya pada awal bulan, saat menyusun anggaran, sambil makan malam bersama keluarga, atau bahkan sambil bersantai dan scroll media sosial bareng.
Komunikasi terbuka tentang uang bisa mempererat hubungan dan membantu keluarga menghadapi tantangan finansial secara bersama-sama.