Sajak: Sotabar
ILUSTRASI. (BUDIONO/JAWA POS)
08:44
15 September 2024

Sajak: Sotabar

Sotabar

 


Di Sotabar seakan tak ada getar

Yang membuat aku kembali remaja

Hujan tempias, ojhan tampes, tahun 1062 menjulang

Menjadi ingatan sejarah

 


Puisi-puisi berhamburan ditabur awan

Untaian kalimat segar

Bagai madu di balik bibir perawan

 


Kesimpulan,

Yang tidak mencari tidak akan menemu harumnya bulan

Ternyata segenggam pasir di pantai Sotabar

Menjadi bahan renungan di hotel berbintang

 


Membaca Pantai

 


Di Talangsiring bulan muncul

Masih separuh wajah

Kita menunggu bisik ombak

Yang diterjemahkan para nelayan

Untuk menyempurnakan purnama

 


Bintang Kejora

 


Kedipan bintang itu

Yang membuat puisi

Tersesat ke jalan yang benar

 


Soto

 


Tambahkan sedikit sambal,

kata orang bijak itu,

Agar kamu menemukan hati seorang tua

Yang jemarinya handal

Menyulap daging ayam

Menjadi puisi tanpa bahasa

Keppo, nama yang tak kucatat

Tapi ada yang senantiasa

 


Sinar

 


Ada orang mencoba percaya kepada sinar

Tapi sinar sendiri tak mau jadi sumber pedoman

Sinar sendiri hanya berbisik, terus berbisik

Tapi sedikit yang mau mendengar

 


Daun kelor bertangkai-tangkai

Menghadapi kemarau panjang

Mereka tak punya persiapan

Kecuali merasa dirinya bagian dari kasih alam

Karena itu ia tidak khawatir

Menghadapi gagahnya takdir

 


Sesekali cahaya tampak sejalin meniti nasib

Menguji kita tanpa kelindan

 


Sesekali yang tampak di mata

Tak selalu bisa diukir

Tak selalu bisa mengalir seperti air

Semua bisa jelas dalam desiran zikir

---

D. ZAWAWI IMRON, Penyair dan budayawan Madura

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #sotabar

KOMENTAR