Ilia Topuria: Mimpi di UFC yang Terbentur Kenyataan, Mungkinkah Kalahkan Islam Makhachev?
— Raja kelas bulu UFC, Ilia Topuria, tengah jadi sorotan usai wacananya bertarung dengan Islam Makhachev.
Namun, angan-angan untuk mengalahkan sang juara kelas ringan ini dianggap sekadar mimpi oleh para pengamat dan petarung senior.
Spekulasi duel Topuria dan Makhachev menyeruak setelah Topuria menang dalam pertarungan sengit melawan Max Holloway, petarung tangguh kelas bulu.
Usai duel tersebut, petarung Georgia itu mulai menggoda publik dengan wacana untuk naik kelas ke lightweight, tempat Makhachev berkuasa.
Namun, respons negatif datang dari sesama petarung, terutama Ivan Sthyrkov, bintang MMA asal Rusia.
Menurut Sthyrkov, Topuria sebaiknya tak berangan-angan menantang Makhachev di kelas yang berbeda karena perbedaan kelas ini cukup besar.
Sthyrkov menilai kemampuan gulat Topuria belum cukup untuk bersaing dengan kekuatan dan teknik Makhachev yang sudah terasah.
Ditambah lagi, Sthyrkov mengklaim pelatihan Makhachev di bawah naungan Khabib Nurmagomedov sudah di luar jangkauan Topuria.
"Jurus gulat Topuria hanya cocok untuk kelas bulu, tidak untuk kelas ringan," tegas Sthyrkov yang menyoroti perbedaan mencolok dalam gaya bertarung keduanya dikutip dari Sport-Express.ru.
Menurutnya, Topuria memiliki teknik bagus di kelas bulu, namun belum siap untuk berhadapan dengan petarung seperti Makhachev.
Sejarah membuktikan transisi dari kelas bulu ke kelas ringan bukan perkara mudah, terutama di UFC.
Sthyrkov mencontohkan Alexander Volkanovski yang pernah mencoba mengalahkan Makhachev, namun gagal dalam dua kesempatan.
Pada pertarungan pertama, Volkanovski berhasil memaksa Makhachev bertarung hingga ronde kelima dan sempat mencuri perhatian penggemar.
Namun, di laga kedua, Makhachev tak memberinya banyak peluang dan menuntaskan duel dengan kemenangan dominan.
Menurut Sthyrkov, ukuran tubuh dan bobot adalah faktor yang tak bisa dianggap remeh dalam pertandingan UFC.
Naik kelas bukan hanya sekadar soal berat badan, namun juga mengenai kekuatan dan ketahanan menghadapi pukulan lawan.
"Sayonara" adalah kesan akhir yang diberikan Volkanovski ketika kembali mencoba melawan Makhachev. Hal ini yang diyakini Sthyrkov juga akan dialami Topuria jika ia nekat naik kelas dan menantang Makhachev.
Topuria mungkin bisa mendominasi kelas bulu, tetapi kelas ringan adalah medan yang berbeda. Setiap petarung di kelas ringan memiliki teknik bertahan dan serangan yang jauh lebih brutal dan bertenaga dibandingkan kelas bulu.
Tentu saja, ambisi untuk naik kelas bukanlah hal yang buruk bagi Topuria. Namun, perlu diingat, sejarah menunjukkan transisi antarkelas selalu penuh risiko dan tantangan besar.
Wacana pertarungan Topuria dan Makhachev memang menarik banyak perhatian, namun peluang Topuria dianggap sangat kecil.
Para ahli MMA melihat Topuria harus fokus memperkuat dominasinya di kelas bulu sebelum memikirkan pertarungan lintas kelas.
Petarung asal Georgia itu disarankan untuk menunda mimpi besarnya dan mengasah keterampilan di kelas bulu.
Pertemuan antara teknik gulat Topuria dan Makhachev akan menunjukkan perbedaan kelas bukan sekadar angka di atas kertas.
Keinginan Topuria melawan Makhachev mungkin hanya akan membuatnya berada dalam posisi sulit.
Makhachev telah terlatih dalam duel dengan petarung berbobot besar, sedangkan Topuria mungkin belum memiliki pengalaman serupa.
Bagi para penggemar, wacana ini tentu akan menjadi duel impian. Namun, di mata pengamat dan sesama petarung, realitas berkata lain.
Sthyrkov juga menegaskan Makhachev tidak akan melepaskan statusnya sebagai petarung dominan di kelas ringan begitu saja.
Bahkan pelatih Khabib sendiri menganggap Makhachev sebagai petarung dengan teknik terbaik di kelasnya.
Gaya bertarung Makhachev yang fokus pada kekuatan gulat dan serangan jarak dekat dianggap cukup efektif untuk menghadapi petarung yang berasal dari kelas bulu.
Apalagi, Makhachev juga terkenal memiliki teknik pertahanan yang hampir tak tertembus di Octagon UFC.
Dengan segala pengalamannya, Makhachev telah bertarung melawan beberapa petarung terkuat di kelas ringan dan selalu mampu keluar sebagai pemenang.
Perbedaan kemampuan dan pengalaman ini menjadi salah satu alasan mengapa Sthyrkov menganggap Topuria hanya akan bermimpi untuk bisa mengalahkan Makhachev.
Wacana ini mungkin sekadar strategi pemasaran dari pihak UFC untuk meningkatkan popularitas kedua petarung tersebut. Bagaimanapun, Topuria telah berhasil menarik perhatian publik melalui pernyataannya.
Namun, tanpa persiapan yang matang, Topuria berisiko terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan jika benar-benar melawan Makhachev.
Selain itu, perbedaan kekuatan dan pengalaman bertarung juga menjadi pertimbangan yang tak bisa diabaikan.
Pengalaman menunjukkan perbedaan kelas di UFC bukan sekadar soal naik atau turun bobot, namun juga tentang kecepatan, kekuatan, dan daya tahan.
Dengan demikian, jika Topuria ingin tetap mengejar impiannya, ia harus siap menghadapi tantangan besar yang menanti di Octagon.
Tag: #ilia #topuria #mimpi #yang #terbentur #kenyataan #mungkinkah #kalahkan #islam #makhachev