Di Forum Internasional, Aktivis Lingkungan Keluhkan Sungai Brantas Keracunan Plastik dari Mancanegara
TOLAK SAMPAH KIRIMAN: Nina memperlihatkan seruan tertulisnya di depan patung keran air yang mengalirkan sampah plastik buatan seniman Kanada Von Wong. (Dokumentasi Aeshnina Azzahra Aqilani)
07:08
29 April 2024

Di Forum Internasional, Aktivis Lingkungan Keluhkan Sungai Brantas Keracunan Plastik dari Mancanegara

Dunia memperingati Earth Day atau Hari Bumi tiap 22 April. Namun, misi menyelamatkan lingkungan bukanlah aksi sehari dua hari. Yang Aeshnina Azzahra Aqilani, Yayasan Get Plastic Indonesia, atau Prilly Latuconsina lakukan berawal dari langkah-langkah kecil, tapi tanpa henti.

BERSAMA ratusan aktivis lingkungan dari berbagai negara, Aeshnina Azzahra Aqilani berjalan menuju gedung parlemen Kanada pada Minggu (21/4). Berjaket hitam tebal, remaja perempuan yang biasa dipanggil Nina itu menggendong tumpukan sampah plastik setinggi 2,5 meter. Sambil melangkah, dia terus meneriakkan slogan penolakan impor plastik oleh negara-negara maju ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

’’Sampah yang saya gendong itu adalah sampah-sampah plastik impor dari negara maju yang dibuang ke desa-desa dekat pabrik kertas daur ulang. Sampah itu menjadi beban lingkungan dan ancaman kesehatan. Saya ingin menunjukkan bahwa pencemaran sampah plastik membebani generasi sekarang,’’ ungkap Nina kepada Jawa Pos tadi malam (27/4).

Aksi Nina berlangsung sebelum rangkaian konferensi United Nation for Environmental Programme (UNEP) Intergovernmental di forum Negotiating Committee ke-4 atau INC 4 di Ottawa, Kanada. Nina bergabung sebagai observer dalam kegiatan yang berlangsung pada 23–29 April tersebut.

Dalam forum itu, Nina mengeluhkan sampah plastik yang mencemari Sungai Brantas dan lingkungan sekitarnya. Bersama komunitasnya, River Warrior Indonesia, gadis 17 tahun itu telah tiga tahun mengumpulkan sampah dari Brantas. Aktivitas tersebut mengantarkannya pada temuan bahwa plastik-plastik yang menjadi sampah itu berlabel Australia, Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea, Belanda, dan Amerika.

Nina makin geram saat melakukan uji air dan menemukan 4.000 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sungai. Padahal, di Sungai Amstel, Belanda, kandungan partikel yang sama hanya 60 per 100 liter air. ’’Selama bertahun-tahun, terbukti bahwa daur ulang tidak berhasil. Kebanyakan plastik tidak dapat didaur ulang dan berakhir di sungai saya. Negara-negara maju mengirimkan beban plastiknya kepada kita, sementara kita bahkan tidak bisa mengelola sampah kita! Ini tidak adil,’’ keluhnya.

Yang Nina temukan di Brantas membuatnya kian getol menolak kebijakan impor sampah plastik. Kebijakan itu tidak solutif dan hanya akan memperbesar masalah negara berkembang di masa mendatang.

Di Ottawa, dia mengaku senang bertemu dengan anak muda dari berbagai negara yang punya keresahan senada. Utamanya dari youth delegations. ’’Dan, anak-anak muda yang umumnya dari Eropa itu sebenarnya tahu bahwa negara mereka masih mengekspor sampah plastiknya,’’ kata siswi SMA Muhammadiyah 10 Gresik itu.

Nina bukan kali ini saja mengadvokasi sampah plastik dalam forum internasional. Pada 2020 dia berkirim surat ke perdana menteri Kanada dan meminta negara itu tak lagi mengirim sampah plastiknya ke Indonesia. Setahun sebelumnya, dia melayangkan permintaan yang sama ke Presiden AS Donald Trump. Dia juga pernah menyurati Kanselir Jerman Angela Merkel.

Bertemu dengan banyak anak muda yang juga mencintai lingkungan sebesar dia, Nina optimistis kebijakan tentang sampah plastik bisa diubah. Dia berharap youth delegations dari berbagai belahan dunia itu juga konsisten melawan pencemaran lingkungan sistematis. Harapan ada di tangan generasi muda, dan Nina terus berupaya agar suara anak-anak muda sepertinya didengar. ’’Kami tak ingin diracuni,’’ tandasnya. (elo/c18/hep)

---

SEPULUH NEGARA PENGHASIL SAMPAH PLASTIK TERBANYAK*

  1. Tiongkok 37,6 juta ton
  2. Amerika Serikat 22,9 juta ton
  3. India 7,4 juta ton
  4. Brasil 4,9 juta ton
  5. Meksiko 4 juta ton
  6. Jepang 3,8 juta ton
  7. Jerman 3,6 juta ton
  8. Indonesia 3,4 juta ton
  9. Thailand 3,4 juta ton
  10. Italia 3,3 juta ton

*) Berdasar rilis 2024

Sumber: World Population Review

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #forum #internasional #aktivis #lingkungan #keluhkan #sungai #brantas #keracunan #plastik #dari #mancanegara

KOMENTAR