Sejarah Panjang Pembangunan Bandara Banyuwangi, Dari Glenmore Pindah ke Blimbingsari
Bandara Internasional Banyuwangi merupakan salah satu green airport di Indonesia yang memanfaatkan potensi alam sekitarnya. (Ramada Kusuma)
09:08
4 Maret 2024

Sejarah Panjang Pembangunan Bandara Banyuwangi, Dari Glenmore Pindah ke Blimbingsari

 Tak banyak yang tahu, Bandara Banyuwangi yang berada di Kecamatan Blimbingsari, ternyata pada awalnya tidak pernah direncanakan untuk berdiri di sana. 

Siapa sangka, lokasi awal yang direncanakan untuk dibangun Bandara Banyuwangi itu justru berada di tengah perkebunan di Kecamatan Glenmore.

Dilansir Radar Banyuwangi (JawaPos Grup), Senin (4/2), sebab, tempat pendaratan pesawat terbang pernah ada di Kecamatan Glenmore Banyuwangi.

Diketahui, lahan yang digagas sebagai tempat pendaratan pesawat itu berada di tengah-tengah sebuah perkebunan. 

Lokasinya termasuk kedalama wilayah Afdeling Sidomukti dan Afdeling Muktisari di Kecamatan Glenmore.

Apalagi, di tengah perkebunan tersebut saat itu sudah terbangun bekas landasan pacu jenis pesawat capung. 

Sebagai informasi, pesawat capung merupakan pesawat yang biasa digunakan untuk menyemprot hama wereng pada tanaman padi. 

Landasan pacu ini dibangun sekitar tahun 1970-an, saat itu, Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh seorang Bupati bernama Djoko Supaat Slamet.

Karena alasan-alasan itulah, lokasi tersebut pernah direncanakan akan dikembangkan menjadi Bandara Internasional Banyuwangi.

Kendati demikian, semua rencana pembangunan bandara di Kecamatan Glenmore tersebut itu berakhir buyar. 

Hal ini menyusul terjadinya peristiwa tragedi pembunuhan para ‘dukun santet’ sekitar tahun 1998 silam, saat Banyuwangi dipimpin Bupati H.T. Purnomo Sidik.

 

Padahal, yang lebih disayangkan pada saat itu kebutuhan material dan dana sudah disiapkan untuk membangun bandara di Kecamatan Glenmore. 

Beberapa tahun kemudian, semangat untuk membangun bandara di Bumi Blambangan akhirnya tetap berlanjut di era Bupati Samsul Hadi tahun 1999.

Namun, lagi-lagi kali ini semangat untuk meneruskan pembangunan Bandara Banyuwangi sedikit terganjal. 

Hal ini terjadi, lantaran wilayah Glenmore ternyata tidak cocok digunakan untuk pembangunan kawasan bandara.

Sebab, topografi wilayahnya yang berada tepat di kaki Gunung Raung, dirasa tidak aman untuk melakukan penerbangan. 

Melihat hal itu, Bupati Samsul pun gerak cepat untuk mencari langsung lokasi pengganti alternatif di tahun 2001-an. 

Akhirnya, lahan bandara itu ditentukan akan berada di Desa Blimbingsari yang saat itu masih masuk wilayah Kecamatan Rogojampi. 

Diketahui, bandara ini memiliki titik koordinat geografis 08 18' 42.70" Lintang Selatan dan 114 20' 16.30" Bujur Timur.

Penamaan Bandara Internasional Banyuwangi ini pada awalnya dikenal dengan nama Bandara Blimbingsari. 

Lalu pada 2004 - 2008, bandara ini kembali dikebut pembangunannya secara bertahap dengan menggunakan pendanaan dari pemerintah pusat (APBN).

Pada 26 Desember 2010, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mulao melakukan uji kelayakan terbang. 

 

 

Pesawat yang digunakan saat itu adalah jenis CASA milik PT Sky Aviation. Hasilnya, bandara layak untuk diterbangi pesawat komersial.

Di lain sisi, keberadaan bandara ini menarik sebuah lembaga penerbangan bernama Bali International Flight Academy (BIFA). 

Terhitung sejak 21 April 2009 silam, mereka akhirnya menggunakan Bandara Blimbingsari untuk keperluan pelatihan lepas landas dan mendarat bagi para calon pilot.

Sementara itu, untuk pelayanan penerbangan komersil bandara, baru dibuka pada 29 Desember 2010. 

Bandara ini kemudian berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi di tahun 2017. Pengelolaannya pun kemudian dialihkan dibawah kendali Angkasa Pura II.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #sejarah #panjang #pembangunan #bandara #banyuwangi #dari #glenmore #pindah #blimbingsari

KOMENTAR