8 Perilaku Perempuan yang Berpotensi Menjadi 'Mertua Toxic' Ketika Anak Lelakinya Menikah, Apa Saja?
- Masalah pernikahan bukan hanya terjadi antara pasangan suami istri, melainkan dengan ipar atau mertua. Hal ini sering kali menjadi pemicu keretakan rumah tangga.
Mengutip dari laman Alodokter, umumnya masalah ini terjadi pada mertua perempuan dari pihak lelaki kepada istrinya, hal ini disebabkan karena harapan mertua terhadap menantu tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti terkait dengan cara menantu merawat anak serta cucunya, memasak makanan, hingga urusan perawatan rumah.
Selain itu kita juga perlu mengetahui tandanya seperti yang dilansir laman Your Tango pada (02/12) ada 8 perilaku perempuan yang berpotensi menjadi 'mertua toxic' ketika anaknya sudah menikah :
1. Merasa tidak puas akan pernikahannya sendiri
Mertua yang merasa tidak puas dengan pernikahannya sendiri akan bergantung pada anak lelakinya, jadi seolah-olah mereka menjadikan anaknya sebagai 'pengganti' sosok pria dalam hidupnya.
Jika perempuan bergantung pada putranya untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, kemungkinan besar dia akan menjadi ibu mertua yang toxic dan sulit melepaskan putranya.
2. Lebih mengutamakan anak lelaki dibanding anak perempuan
Sifat lain dari perempuan yang berpotensi jadi mertua toxic adalah lebih mengutamakan anak lelaki daripada anak perempuan. Sehingga mereka membuat putranya itu sangat istimewa.
Perilaku ini mungkin sering disebut dengan patriarki, disaat kaum lelaki dianggap lebih kuat dibanding perempuan. Akibat sikap pilih kasihnya, kemungkinan besar dia akan kesulitan menerima putranya untuk memulai hubungan dengan orang lain.
3. Tidak mengenal istri dari anaknya
Seorang perempuan yang berpotensi jadi mertua toxic, bisa jadi karena tidak mengenal lebih dalam tentang istri dari putranya. Ketidaksukaan dan rasa hormatnya mungkin terlihat jelas ketika mereka berinteraksi.
Meskipun beberapa orang tua tidak secara otomatis menyukai istri dari anaknya, tapi mereka harus menghormati serta menerima keputusan anaknya dalam memilih pasangan hidup.
4. Larut dalam trauma hubungan
Trauma generasi dapat sangat mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain, baik di dalam atau luar sistem keluarga mereka sendiri maupun. Jika seorang perempuan diperlakukan buruk oleh ibu mertuanya sendiri, besar kemungkinan dia akan mengulangi perilaku tersebut kepada istri dari anaknya.
5. Tidak reflektif terhadap diri sendiri
Ciri lain yang menunjukkan bahwa seorang perempuan bisa menjadi mertua toxic ketika anaknya menikah adalah kurangnya refleksi diri. Dia mungkin secara tidak sadar berperilaku dengan cara yang menyakiti atau merendahkan istri dari anaknya.
Psikolog Nick Wignall menjelaskan bahwa "Cara terbaik untuk berlatih menjadi lebih sadar diri adalah dengan membangun kebiasaan yang mendorongnya." Kebiasaan ini termasuk rasa ingin tahu tentang cara kerja pikiran sendiri dan lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Seorang perempuan yang tidak menunjukkan sifat reflektif diri mungkin kesulitan menerima masukan, yang berarti dia tidak bisa menerima kesalahan, apalagi mencoba mengubah perilaku buruk tersebut.
6. Memiliki masalah pengendalian
Bersikap mengontrol dan sombong adalah ciri-ciri dari perempuan yang berpotensi jadi mertua toxic, mereka mengharapkan segalanya berjalan sesuai keinginan, dan tidak dapat mentolerir jika ada orang yang menyimpang dari rencananya, sehingga sulit untuk mengarahkan hubungan apapun.
Sematang apapun rencana kita, maka berikan ruang keikhlasan agar tidak kecewa terlalu dalam. Ingatlah bahwa manusia hanya mampu mengendalikan respons atas kejadian tersebut dengan memiliki sudut pandang positif dan realistis.
7. Terlalu kritis
Bersikap menghakimi dan kritis terhadap pilihan hidup anak-anak adalah sifat lain yang mungkin ditunjukkan seorang perempuan yang berpotensi menjadi mertua toxic. Dia mungkin seorang perfeksionis dan merasa bahwa semua ucapan serta tindakannya itu benar.
Dinamika ini bisa menjadi rumit jika ada cucu yang terlibat. Mereka bisa saja mengkritik menantunya melalui cara membesarkan cucu padahal ini sangat bertentangan.
Perilaku ini memicu ketegangan yang mempertemukan ibu mertua dengan menantunya. Dia mungkin meredam kritiknya, tapi tetap mencari cara untuk menyelidiki secara halus.
8. Selalu melibatkan diri dalam hidup anaknya
Terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak adalah indikasi lain bahwa seorang perempuan bisa berpotensi menjadi mertua toxic. Pola perilaku ini dapat terjadi dalam berbagai cara.
Seperti halnya memberikan nasihat yang tidak diminta, tersinggung ketika anak dan menantunya tidak menerimanya. Dia mungkin mengharapkan komunikasi terus-menerus, atau mengirim pesan teks yang mengganggu sepanjang waktu.
Tag: #perilaku #perempuan #yang #berpotensi #menjadi #mertua #toxic #ketika #anak #lelakinya #menikah #saja