Dampak 'Selalu Iya': 7 Tanda Orang yang Jarang Mendapat Penolakan di Masa Kecil
Pernahkah Anda bertemu seseorang yang tampaknya sulit menerima penolakan atau selalu ingin keinginannya terpenuhi?
Psikolog menyebutkan bahwa sikap semacam ini bisa jadi berakar pada masa kecil, khususnya bagi mereka yang jarang mendengar kata 'tidak' dari orang tua atau lingkungan sekitarnya.
Dilansir dari Small Business Bonfire, ketika seorang anak tumbuh dalam suasana yang penuh kata 'iya' tanpa batasan, ia mungkin tidak belajar bagaimana menghadapi kekecewaan atau menyesuaikan harapan dengan realitas.
Seiring waktu, hal ini bisa membentuk perilaku tertentu yang terbawa hingga dewasa, dari rasa sulit berkompromi, harapan yang tinggi terhadap orang lain, hingga perasaan takut gagal yang mendalam.
Mari kita lihat lebih dekat perilaku-perilaku ini, bagaimana mereka muncul, dan apa artinya dalam kehidupan sehari-hari.
1) Hak Istimewa Terasa Sebagai Hal Wajar
Orang yang sering dimanjakan sejak kecil biasanya menganggap hak istimewa sebagai hal yang wajar.
Mereka terbiasa dipenuhi keinginannya dan merasa berhak untuk mendapatkan perhatian atau perlakuan khusus.
Di masa dewasa, mereka bisa merasa kecewa atau bahkan marah ketika orang lain tidak memenuhi ekspektasi tersebut.
Sikap ini mungkin terlihat sepele, tetapi dalam hubungan atau interaksi sosial, kecenderungan merasa “berhak” ini bisa memicu ketegangan atau salah paham karena orang lain tidak selalu siap atau mampu memenuhi harapan yang tinggi.
2) Sulit untuk Berkompromi
Anak yang selalu mendapatkan keinginannya mungkin tidak terbiasa menghadapi situasi di mana ia harus mengorbankan atau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
Akibatnya ketika dewasa, mereka cenderung kesulitan berkompromi. Dalam hubungan personal atau profesional, kemampuan untuk berkompromi adalah hal yang sangat penting.
Ketidakmampuan untuk berkompromi ini dapat membuat mereka sulit bekerja dalam tim, atau bahkan membuat hubungan personal menjadi tegang karena cenderung ingin segala sesuatu berjalan sesuai keinginan mereka tanpa mendengarkan masukan dari orang lain.
3) Kurang Sabar dalam Menunggu
Orang yang jarang mendengar kata “tidak” di masa kecil sering kali tumbuh dengan ekspektasi bahwa semua keinginan dapat terpenuhi segera.
Mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa menunggu. Kebiasaan ini kemudian terbawa hingga dewasa, di mana mereka sering merasa frustrasi saat harus menunggu atau menghadapi proses yang memerlukan waktu.
Sikap tidak sabar ini bisa terlihat dalam berbagai situasi, baik saat menunggu hasil kerja, atau saat dihadapkan pada tujuan jangka panjang yang memerlukan usaha dan kesabaran ekstra.
4) Sulit untuk Merasakan Empati
Ketika seorang anak selalu dimanjakan atau tidak diberi batasan, ia mungkin tumbuh tanpa benar-benar belajar merasakan atau memahami perspektif orang lain.
Ketidakmampuan untuk melihat dari sudut pandang orang lain ini bisa menjadi penghalang bagi perkembangan empati.
Saat dewasa, mereka mungkin sulit merasakan empati terhadap situasi atau perasaan orang lain, karena secara tidak sadar terbiasa mengutamakan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Dalam hubungan, sikap ini bisa terasa sangat menyulitkan bagi pasangan atau rekan kerja, karena mereka merasa kurang dipahami atau didengar.
5) Memiliki Harapan Tinggi terhadap Orang Lain
Ketika kebutuhan selalu terpenuhi, seseorang mungkin membentuk harapan yang sangat tinggi terhadap orang lain, menginginkan bahwa semua orang akan memperlakukannya dengan cara yang sama.
Harapan yang tinggi ini bisa mengarah pada kekecewaan besar ketika orang lain tidak memberikan perhatian atau layanan yang diharapkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, ekspektasi yang tinggi ini bisa merusak hubungan, karena mereka mungkin cepat merasa kecewa atau tidak puas terhadap orang di sekitar yang tidak mampu memenuhi standar atau harapan yang telah mereka tetapkan.
6) Takut Menghadapi Kegagalan
Anak yang jarang mendengar kata “tidak” sering kali tidak terbiasa menghadapi penolakan atau kegagalan.
Akibatnya saat dewasa, mereka bisa memiliki rasa takut yang mendalam terhadap kegagalan.
Mereka mungkin enggan mencoba hal baru atau mengambil risiko karena takut hasilnya tidak sesuai harapan.
Kecemasan ini bisa membatasi potensi mereka, karena mereka lebih memilih untuk bertahan dalam zona nyaman daripada menghadapi kemungkinan gagal.
Dalam konteks karier atau perkembangan pribadi, ketakutan ini bisa menghambat mereka untuk mencapai tujuan atau meraih pencapaian yang lebih besar.
7) Kurang Memiliki Kesadaran Diri
Orang yang selalu dipenuhi keinginannya di masa kecil mungkin tidak pernah belajar untuk melihat atau mengevaluasi dirinya sendiri dengan kritis.
Akibatnya ketika dewasa, mereka bisa kesulitan memahami bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain atau situasi sekitar.
Mereka mungkin cenderung menyalahkan orang lain saat terjadi masalah, daripada merefleksikan apakah ada sesuatu yang bisa mereka ubah atau tingkatkan dalam diri sendiri.
Kurangnya kesadaran diri ini dapat menjadi penghambat besar dalam pengembangan pribadi dan hubungan dengan orang lain, karena mereka mungkin sulit untuk menerima kritik atau memperbaiki kekurangan diri.
***
Tag: #dampak #selalu #tanda #orang #yang #jarang #mendapat #penolakan #masa #kecil