Penggunaan Media Sosial Bikin Remaja Susah Fokus saat Membaca Buku, Intip Fakta dan Penelitiannya!
Kebiasaan membaca buku dulu merupakan aktivitas yang sangat dinikmati banyak orang. Akan tetapi, kini dunia buku seolah telah kehilangan pesonanya. Ada beberapa toko buku yang tutup, perpustakaan sepi, dan buku-buku berdebu di rak, sebab tergantikan oleh internet.
Bagi banyak orang, buku adalah bagian penting dari masa kecil mereka, seperti halnya Harry Potter yang menghidupkan harapan tentang Hogwarts. Buku menciptakan dunia imajinatif yang memungkinkan kita untuk melarikan diri ke dalam kisah-kisah tanpa batas, tetapi dunia ini kini mulai memudar.
Dilansir dari media sosial yang berlebihan. Ketergantungan pada media sosial, ditambah dengan gaya hidup yang serba cepat, telah berkontribusi pada penurunan minat membaca.
Media sosial kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, terutama di kalangan anak muda. Hal ini telah mengubah cara orang menerima informasi dan berinteraksi, termasuk kebiasaan membaca mereka.
Studi menunjukkan penurunan signifikan dalam minat baca di kalangan remaja di era digital. Di Amerika Serikat, hanya sekitar 20% remaja yang membaca buku, majalah, atau koran, sementara lebih dari 80% aktif menggunakan media sosial setiap hari. Waktu yang dulunya dihabiskan membaca buku, namun kini lebih banyak dipakai dalam menjelajahi dunia digital.
Penurunan minat membaca ini semakin terasa di kalangan remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika diminta untuk mengerjakan tugas selama 15 menit, kebanyakan remaja hanya mampu fokus selama dua menit tanpa tergoda dalam memeriksa gadget atau media sosial.
Tren ini mengindikasikan penurunan rentang perhatian di kalangan generasi muda, sebab dipicu oleh sifat media sosial yang mengandung banyak gangguan. Bahkan anak-anak pun sekarang membaca lebih sedikit. Survei 2019 menunjukkan bahwa hanya 26% anak berusia 18 tahun yang membaca setiap hari.
Banyak dari mereka yang menganggap membaca sebagai tugas yang membosankan. Hal yang sama berlaku di negara-negara seperti India, meskipun alasan di balik penurunan ini sedikit berbeda, di mana remaja lebih sibuk dengan beban studi mereka.
Akan tetapi, muncul perubahan yang lebih positif saat pandemi COVID-19 melanda, di mana banyak orang menemukan kembali kegembiraan membaca buku saat mereka tinggal di rumah. Walau media sosial punya pengaruh besar, buku tetap menjadi teman yang berharga.
Pengaruh media sosial nyatanya telah mengurangi ruang bagi pembacaan yang mendalam dan perenungan yang biasanya berkembang melalui membaca buku dan menggantinya dengan informasi yang cepat dan sekejap.
Kini, gambar dan video lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari. Video singkat, meme, dan berbagai konten visual menjadi pilihan utama sebagai hiburan dan informasi, sementara membaca buku terasa terlalu lambat dan membosankan bagi sebagian orang.
Generasi muda yang dulu terbiasa membaca koran atau majalah, kini lebih memilih mengakses berita lewat teknologi canggih, terutama platform digital seperti YouTube. Akses informasi yang cepat ini memberi kenyamanan, tetapi juga mengurangi kebiasaan membaca yang mendalam.
Pergeseran ini memang tidak sepenuhnya negatif. Teknologi dan media digital memungkinkan akses informasi yang lebih mudah dan cepat. Buku elektronik dan audiobook menjadi alternatif populer di kalangan anak muda, memberi mereka cara baru dalam menikmati literatur.
Meski begitu, pemakaian media sosial yang berlebihan berisiko menurunkan kemampuan fokus dan keterampilan berpikir kritis. Anak-anak yang jarang membaca cenderung mendapat nilai lebih rendah di berbagai mata pelajaran dibandingkan dengan teman-temannya yang gemar membaca karena merasa senang.
Pada tahun 2022, penjualan buku global mengalami penurunan lebih dari 10% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan penerbit besar seperti Amazon Westland dan Penguin Random House menghadapi kesulitan. Toko buku semakin jarang dijumpai, dan penerbit mulai kesulitan menarik minat pembaca muda.
Banyak orang sekarang lebih memilih pembelian buku online, e-book, atau audiobook, sementara buku fisik semakin ditinggalkan. Walaupun jumlah bacaan digital tetap tinggi dengan artikel, berita, dan media sosial yang terus mengalir, tetapi membaca buku memberikan pengalaman yang lebih mendalam.
Buku mengajak pembacanya guna menyelami cerita secara lebih menyeluruh dan memberi ruang untuk merenung. Ini menjadi sebuah pengalaman yang tidak bisa diperoleh saat melakukannya di media sosial yang serba cepat.
Membaca merupakan dasar penting dalam pendidikan dan perkembangan pribadi. Keterampilan membaca yang baik sangat mendukung perkembangan bahasa, imajinasi, empati, serta kemampuan berpikir kritis. Oleh sebab itu, penurunan minat membaca bisa berdampak buruk pada perkembangan akademis siswa.
Di tengah tren digital yang semakin mendominasi, masih ada harapan. Mereka yang tetap mencintai buku, terutama buku fisik, bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk kembali menemukan keajaiban dalam membaca.
Mungkin vdeo dan media sosial penting, namun kita tidak boleh melupakan bahwa cerita terbaik seringkali datang dalam bentuk yang lebih panjang dan mendalam, di mana ini membutuhkan fokus dan kedalaman pemikiran akan sesuatu yang tidak bisa disampaikan dalam 280 karakter atau klip video singkat.
***
Tag: #penggunaanmedia #sosial #bikin #remaja #susah #fokussaatmembaca #buku #intip #fakta #penelitiannya