8 Sikap Perempuan yang Tidak Menyegerakan Menikah dan Memilihnya di Kemudian Hari, Salah Satunya Ingin Mengenal Diri Sendiri Lebih Baik
- Menikah merupakan suatu fase kehidupan yang sakral dan tidak mudah dilakukan jika kita belum siap secara mental, fisik, atau finansial. Tingginya angka perceraian juga membuat setiap orang lebih selektif untuk menuju jenjang pernikahan.
Terlebih kemarin-kemarin sempat viral tren "marriage is scary" di media sosial karena banyaknya kasus perceraian karena KDRT, perselingkuhan, masalah dengan ipar atau mertua, dan sebagainya. Sehingga banyak orang yang takut menikah bahkan memilih untuk lajang seumur hidup.
Mengutip dari laman Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, perasaan takut menikah itu wajar tapi jika mengganggu terus menghantui dan memutuskan untuk tidak menikah, maka perlu diluruskan.
Dengan maraknya kasus dalam pernikahan jangan membuat kita menghindarinya tapi belajar mengenai cara mengatasi masalah tersebut agar tidak terjadi pada diri sendiri, maka semuanya perlu disiapkan secara matang.
Melansir dari laman Baseline Mag pada (08/11), inilah 8 sikap perempuan yang tidak menyegerakan untuk menikah dan memilihnya di kemudian hari, diantaranya:
1. Ingin mengenal diri sendiri lebih baik
Salah satu ciri paling mencolok dari perempuan yang memilih menikah di usia sangat matang adalah rasa kesadaran diri secara mendalam. Para perempuan ini tidak sekadar mengikuti arus atau standar hidup masyarakat.
Sebaliknya, mereka justru membangun peta jalan mereka sendiri, melewati usia dua puluhan dan seterusnya, sambil memperoleh banyak pengalaman dan kebijaksanaan.
Hal ini merupakan hasil dari bertahun-tahun yang dihabiskan untuk memahami kekuatan, kelemahan, kesukaan, ketidaksukaan, yang pada dasarnya akan mengungkapkan diri mereka sebenarnya.
Kesadaran diri ini mengarah pada hubungan yang lebih sehat dan didasarkan pada kecocokan yang tulus daripada komitmen terburu-buru atau tekanan sosial.
2. Lebih mandiri secara finansial
Saat mereka menikah di kemudian hari, akan membawa kemandirian finansial ke dalam pernikahannya. Ini bukan tentang memiliki rencana cadangan tapi tentang menghadirkan rasa kesetaraan dan keseimbangan ke dalam hubungan.
Kebebasan finansial ini memungkinkan mereka untuk mengambil pilihan yang terbaik bagi dirinya dan keluarga masa depannya, dibandingkan didorong oleh kebutuhan atau tekanan.
3. Punya rasa kemandirian yang kuat
Rasa percaya diri ini adalah suatu sikap pada perempuan yang memilih untuk menikah di kemudian hari. Mereka tidak mencari seseorang untuk melengkapi atau mengisi kekosongan. Sebaliknya, mencari pasangan untuk melengkapi kehidupan yang sudah utuh.
Para perempuan ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menguasai seni merasa puas dengan kebersamaan, menjaga diri sendiri, membuat keputusan secara mandiri, dan sekadar menikmati ruang sendiri.
Ketika mengundang orang lain ke dalam hidup mereka, itu bukan karena putus asa atau kesepian, tapi karena ingin benar-benar ingin berbagi dunianya dengan orang lain, tanpa kehilangan kesadaran diri dalam prosesnya.
4. Memiliki jejaring sosial yang mapan
Para perempuan ini menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan jaringan sosial yang kuat dan beragam, mereka telah membangun persahabatan bermakna, membina hubungan profesional, dan menciptakan komunitas yang mendukung di sekitarnya.
Hingga nantinya, mereka akan membawa jaringan yang dinamis ini ke dalam pernikahan, sehingga semakin memperkaya kehidupan dirinya dan pasangannya. Hubungan ini memberikan dukungan emosional, bantuan praktis, dan bahkan menawarkan perspektif berbeda yang dapat memperkuat ikatan antar pasangan.
5. Menghargai pertumbuhan pribadi
Perempuan yang memilih untuk menikah di usia sangat matang sering kali memiliki apresiasi unik terhadap pertumbuhan pribadi. Mereka telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk fokus pada karier, membangun kemandirian finansial, dan memelihara jaringan sosial.
Para perempuan ini terus menghargai pertumbuhan pribadi bahkan setelah mereka menikah. Mereka percaya untuk tumbuh bersama dengan pasangannya dan saling mendukung perjalanan pengembangan diri.
Ini tidak berarti mereka tidak pernah puas atau selalu berusaha untuk mendapatkan lebih, tapi sangat memahami bahwa pertumbuhan pribadi ini bisa meningkatkan kualitas hidup.
6. Lebih dewasa secara emosional
Hidup adalah guru yang hebat, dan waktu yang dihabiskan untuk menjalaninya adalah ruang kelas yang tiada duanya. Perempuan menikah di usia sangat matang, seringkali menghadapi berbagai pengalaman hidup.
Pengalaman-pengalaman ini memiliki cara yang mendalam dalam membentuk lanskap emosional seseorang. Mereka telah belajar mengelola emosi secara efektif, mengekspresikan diri dengan jelas, menangani konflik dengan matang, dan berempati secara mendalam terhadap orang lain.
Sehingga pernikahan yang nantinya dijalani akan lebih dewasa secara emosional dan ini sangat berharga bagi hubungan pernikahan.
7. Memiliki visi yang jelas
Perempuan yang menikah di usia sangat matang, mempunyai waktu dan ruang untuk memahami hal yang sebenarnya diinginkan dari pasangannya. Mereka telah menjalani hubungan adil, belajar dari kesalahan, dan tumbuh dari pengalaman.
Hasilnya, mereka memiliki visi yang jelas tentang hal yang dicari dari pasangan hidup. Ini bukan lagi tentang sifat-sifat yang dangkal, tapi tentang nilai-nilai yang lebih dalam seperti kebaikan, rasa hormat, kecocokan, dan hubungan emosional.
8. Menyambut perjalanan baru mereka
Para perempuan ini tidak memandang jalan mereka sebagai sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang membuatnya merasa ‘tertinggal’. Sebaliknya, mereka menyadari bahwa perjalanan telah membentuk identitas, memperkaya kehidupan, dan mempersiapkan untuk komitmen baru dalam hidupnya.
Mereka memahami bahwa hidup tidak memiliki garis waktu yang pasti, dan perjalanan setiap orang berbeda-beda. Mereka juga tahu bahwa perjalanan menuju pernikahan mungkin memakan waktu lebih lama.
Tag: #sikap #perempuan #yang #tidak #menyegerakan #menikah #memilihnya #kemudian #hari #salah #satunya #ingin #mengenal #diri #sendiri #lebih #baik