Kenali Sebelum Bertambah Buruk, 6 Jenis Inner Child yang Terjadi saat Masih Kecil dan Cara Menyembuhkannya
Ilustrasi inner child terluka. (Wirestock/Freepik)
11:36
22 Oktober 2024

Kenali Sebelum Bertambah Buruk, 6 Jenis Inner Child yang Terjadi saat Masih Kecil dan Cara Menyembuhkannya

- Hampir setiap orang membawa luka dari masa kanak-kanak, seringkali akibat pengalaman negatif dengan orang tua, pengasuh, atau figur otoritas lainnya. Ini dapat menghasilkan apa yang sering disebut sebagai inner child.

Merawat inner child adalah proses yang melibatkan peninjauan luka-luka ini, sebab berkontribusi pada kebiasaan, pola, dan sinyal perilaku yang kita tunjukkan di kemudian hari. Proses ini dikenal sebagai trauma loop. Dengan menyembuhkan luka batin anak kecil, kamu bisa menghentikan siklus reaksi yang memicu perilaku disfungsional.

Hal ini, pada gilirannya, akan meningkatkan kualitas hubunganmu, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Merangkum theprivatetherapyclinic.co.uk, berikut jenis inner child yang terjadi saat masih kecil dan cara menyembuhkannya agar tidak berdampak buruk bagi kehidupanmu.

1. Luka pengabaian

Luka ini berasal dari ketidakhadiran figur orang tua atau pengasuh, maupun pengalaman ditinggalkan saat masih muda. Pengalaman ini bisa menimbulkan ketakutan akan penolakan dalam hubungan di masa depan.

Contohnya, Tom mungkin merasa kesal karena pacarnya tidak membalas pesan-pesannya. Ia khawatir jika pacarnya tidak lagi tertarik dan akan meninggalkannya, sehingga ini mengulangi pengalaman ditinggalkan yang pernah dialaminya.

Akibatnya, Tom menjadi sangat bergantung dan membutuhkan perhatian yang justru membuat pacarnya menjauh. Situasi ini memperkuat narasi yang dipercayai, di mana lingkaran trauma ini terus berlanjut dalam hubungan-hubungan selanjutnya.

2. Luka batin anak 1: Luka karena kelalaian

Pengabaian kadang disamakan dengan kelalaian, karena keduanya bisa saling berkaitan. Sayangnya, pengabaian lebih spesifik merujuk pada pengalaman diabaikan, dilupakan, atau tidak diperhatikan yang dapat menimbulkan perasaan tidak layak untuk memperoleh kasih sayang dan perhatian.

Misalnya, Rachel merasa tidak pantas mendapatkan cinta dan perhatian dari pasangannya sebab ia tidak pernah menerima hal itu dari orang tuanya. Hal ini membuatnya terus-menerus meragukan perasaan pasangannya terhadapnya yang pada akhirnya memicu ketegangan dalam hubungan mereka.

3. Luka batin anak 2: Luka emosional

Jenis luka ini sering dialami anak-anak karena kerusakan emosional mudah terjadi. Luka ini muncul ketika emosi tidak diakui atau diabaikan, mengganggu stabilitas emosional. Pemicu tertentu bisa menghidupkan kembali trauma dan membuat seseorang merasakan kembali pengalaman dan emosi dari masa lalu.

Contohnya, John kesulitan mengekspresikan emosinya dan cenderung menutup diri saat merasa kewalahan. Hal ini membuat pasangannya merasa bahwa ia jauh dan tidak responsif, hingga mengarah pada konflik dan kesalahpahaman. Situasi ini disebabkan oleh harga diri John yang rendah dan rasa tidak berharga sebab tidak dihargai selama masa kecilnya.

4. Luka anak batin 3: Luka fisik

Luka ini terjadi saat seorang anak mengalami kekerasan fisik secara berulang-ulang. Ini berdampak pada kemampuannya untuk merasa aman dan mempercayai orang lain. Pengalaman kekerasan yang konsisten ini menciptakan rasa takut yang mendalam, sehingga anak tersebut mungkin merasa terancam dalam hubungan sosialnya.

Akibatnya, ia mungkin mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan terhadap orang disekitarnya. Kondisi ini berpengaruh pada interaksi dan perkembangan emosionalnya di masa depan. Sebagai contoh, Sarah merasa tidak aman saat bersama pasangannya akibat pengalaman kekerasan fisik yang ia alami di masa kecil.

Sarah cenderung menghindari keintiman fisik dan sulit mempercayai niat pasangannya dalam menjalin hubungan yang lebih dalam. Walaupun sentuhan dari pasangannya tidak bersifat mengancam, isu kepercayaan yang mendalam telah menciptakan narasi yang membuat Sarah kesulitan dalam menerimanya.

Pengalaman masa lalunya telah membentuk pandangannya terhadap hubungannya, sehingga ia merasa terhambat dalam membuka diri dan menjalin kedekatan emosional. Hal ini menciptakan tantangan bagi Sarah untuk merasakan kedekatan yang tulus dan menyeluruh dengan pasangannya, meskipun niat baik dan ketulusan ada di pihak pasangan.

5. Luka batin anak 4: Luka verbal

Jika kamu sering dikritik atau dipermalukan di masa kecil, hal ini dapat menghambat pengembangan rasa percaya diri yang kuat. Sebagai akibatnya, kamu mungkin menghadapi kesulitan dalam membangun citra diri yang positif dan harga diri yang sehat.

Pengalaman negatif ini dapat mempengaruhi cara memandang diri sendiri, membuat kamu merasa kurang yakin dan tidak nyaman dalam berbagai situasi sosial. Misalnya, Alex sangat sensitif terhadap kritik dan mudah tersinggung saat rekannya mengungkapkan kekurangan atau kesalahan kecilnya.

Alex akan menjadi defensif dan cenderung menyerang atau menarik diri sebagai respons terhadap kritik yang diterimanya, hingga pada akhirnya menimbulkan ketegangan dalam hubungan mereka.

6. Luka batin anak 5: Luka asusila

Luka ini berasal dari pengalaman asusila, kekerasan, atau trauma yang membuat seseorang kesulitan mempercayai orang lain dan merasa nyaman. Pengalaman tersebut menimbulkan ketidakamanan dan ketakutan yang menghalangi mereka dalam membuka diri dan menjalin hubungan dekat.

Contohnya, Maria menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan fisik akibat tindak asusila yang dialaminya di masa kecil. Trauma yang dialaminya bisa terpicu setiap kali ia merasakan sentuhan yang mengingatkannya pada asusila atau penghinaan yang terjadi saat ia masih kecil.

Akibatnya, Maria mungkin menghindari sentuhan fisik dan sulit mempercayai pasangannya saat berinteraksi secara fisik. Hal ini mempengaruhi kedekatan emosional dan fisik mereka, menghambat hubungan yang lebih mendalam, dan menciptakan jarak yang merusak potensi guna terhubung secara mendalam.

Cara Menyembuhkan Inner Child

Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan inner child yang dialami seseorang, yakni sebagai berikut:

1. Menulis

Menulis jurnal atau surat untuk inner child bisa menjadi metode yang efektif dalam mengekspresikan dan memproses emosi yang terpendam. Kamu juga dapat mencatat semua pikiran negatif, lalu mengubahnya menjadi lebih positif. Ini dapat menjadi pengalaman yang sangat mengintegrasi dan melengkapi latihan yang dilakukan.

2. Ekspresi artistik

Melakukan hal yang berkaitan dengan seni melalui melukis, menggambar, memahat, atau bentuk ekspresi kreatif lainnya dapat membantumu mengakses dan melepaskan emosi yang terpendam. Kamu tidak perlu menjadi seniman guna merasakan manfaatnya, yakni fokuslah pada prosesnya, bukan hasil akhir.

3. Gerakan yang penuh kesadaran

Melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan penuh kesadaran, seperti yoga, tai chi, atau menari, dapat membantumu terhubung dengan tubuh dan melepaskan emosi yang terpendam. Kamu juga bisa mencoba latihan seperti menggoyangkan tubuh atau mengencangkan otot vokal untuk membantu melepaskan ketegangan fisik.

4. Berbicara dengan teman atau terapis yang dipercaya

Mendiskusikan emosimu dengan teman atau terapis yang terpercaya bisa menjadi cara yang kuat untuk melepaskan beban tersebut. Penting dalam menemukan seseorang yang dapat memberikan ruang bagimu dan memvalidasi pengalaman tanpa menghakimi.

5. Kasih sayang dan perawatan diri

Melakukan praktik kasih sayang dan perawatan diri bisa membantumu memahami dan menghargai kebutuhan serta emosi dengan cara yang sehat. Ini bisa mencakup kegiatan seperti berendam dalam air hangat, berjalan di alam, atau meluangkan waktu untuk merenung dan menikmati kesendirian.

Editor: Edy Pramana

Tag:  #kenali #sebelum #bertambah #buruk #jenis #inner #child #yang #terjadi #saat #masih #kecil #cara #menyembuhkannya

KOMENTAR