Jika Anda Merasa Tak Lagi Bersemangat dalam Hidup, Psikologi Mengatakan 7 Perilaku Ini Mungkin Menjadi Penyebabnya
seseorang yang tak lagi bersemangat dalam. (Freepik/freepik)
20:28
20 November 2025

Jika Anda Merasa Tak Lagi Bersemangat dalam Hidup, Psikologi Mengatakan 7 Perilaku Ini Mungkin Menjadi Penyebabnya


Tidak ada yang selalu penuh semangat setiap hari. Namun ketika perasaan kosong, hampa, atau kehilangan gairah hidup mulai menjadi rutinitas, sering kali penyebabnya bukan hal besar seperti kegagalan atau trauma, melainkan kebiasaan kecil yang tanpa sadar terus kita lakukan.    Psikologi modern menyebutnya “perilaku penguras energi emosional”, yaitu tindakan sehari-hari yang tampak sepele, tetapi pelan-pelan menggerogoti motivasi dan rasa bahagia.

Dilansir dari Geediting pada Kamis (20/11), jika akhir-akhir ini Anda merasa hidup berjalan otomatis, tidak lagi antusias terhadap sesuatu, atau kehilangan arah, tujuh perilaku berikut mungkin menjadi sumbernya.

1. Terlalu Sering Mengabaikan Kebutuhan Diri Sendiri


Banyak orang hidup dengan mode “bertahan”, bukan “menjalani”.    Ketika Anda selalu menunda istirahat, menunda makan, menekan emosi, atau menomorduakan diri demi memenuhi ekspektasi orang lain, otak mulai menciptakan respon kelelahan emosional.   Psikologi menyebut kondisi ini sebagai self-neglect loop—semakin Anda mengabaikan diri sendiri, semakin sulit Anda merasakan kegembiraan.

Lama-kelamaan, hal-hal yang dulu terasa menyenangkan menjadi hambar, karena sistem penghargaan otak sudah kelelahan memberi sinyal motivasi.

2. Hidup dalam Mode “Autopilot” Tanpa Tujuan yang Jelas


Bangun–kerja–pulang–tidur adalah pola yang wajar, tetapi jika dilakukan tanpa kesadaran atau makna, otak masuk ke fase disengagement, yaitu keadaan ketika seseorang hadir secara fisik tetapi tidak terkoneksi secara emosional dengan hidupnya.

Psikologi menyebutnya mindless living. Ini bukan depresi, tetapi sebuah kondisi ketika hari-hari terasa datar karena Anda tidak merasakan sense of progress atau growth.

3. Terlalu Banyak Membandingkan Diri dengan Orang Lain


Media sosial memperparah bias ini.    Ketika otak terus menerima informasi bahwa orang lain lebih sukses, lebih bahagia, atau lebih berharga, muncul efek psikologis bernama comparison fatigue. Kondisi ini menyebabkan:

hilangnya rasa percaya diri,

menurunnya motivasi berjuang,

dan meningkatnya rasa tidak puas terhadap hidup sendiri.

Ironisnya, perilaku ini sering dilakukan tanpa sadar—sekadar scroll, tapi dampaknya besar pada mental.

4. Menekan Emosi Negatif Alih-Alih Mengelolanya


Banyak orang merasa harus selalu terlihat baik-baik saja.    Namun menurut psikologi, emosi yang ditekan tidak hilang—ia hanya bersembunyi, lalu kembali muncul dalam bentuk kelelahan, mudah marah, atau hilang semangat.

Ketika Anda terbiasa menahan kecewa, marah, atau sedih, otak kehilangan ruang untuk memproses emosi, sehingga muncul sensasi “mati rasa secara emosional”. Anda tahu sedang hidup, tapi tidak benar-benar merasakan kehidupan.

5. Terjebak dalam Lingkungan yang Menguras Energi


Teman yang pesimis, pekerjaan yang toksik, atau keluarga yang selalu menuntut dapat menciptakan apa yang disebut psikolog sebagai emotional drain cycle.   Lingkungan negatif membuat otak terus bekerja untuk bertahan, bukan berkembang.

Lama-kelamaan, stres kronis ini mengurangi kadar dopamin—hormon yang berperan dalam motivasi dan semangat hidup.

6. Perfeksionisme yang Diam-Diam Menghancurkan


Banyak orang bangga menjadi perfeksionis, padahal psikologi melihatnya sebagai pisau bermata dua.   Perfeksionisme berlebihan sering menyebabkan:

rasa bersalah jika tidak sempurna,

takut mencoba hal baru,

dan kehilangan kemampuan menikmati proses.

Otak masuk ke mode siaga, selalu menilai dan mengoreksi diri.    Akibatnya, Anda merasa hidup adalah serangkaian ujian, bukan perjalanan.

Dari sinilah muncul kelelahan mental yang membuat hidup terasa tidak lagi menggairahkan.

7. Menunda Mengambil Keputusan Penting dalam Hidup


Menunda bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga keputusan besar: berpindah pekerjaan, meninggalkan hubungan tidak sehat, memulai sesuatu yang baru, atau menetapkan prioritas hidup.    Psikologi menyebut kondisi ini decision paralysis.

Ketika Anda terus berdiri di persimpangan, otak menghasilkan stres laten—kecemasan samar yang membuat Anda merasa kosong dan tidak bersemangat, karena Anda tidak bergerak menuju apa pun.

Kesimpulan: Semangat Hidup Tidak Hilang, Ia Hanya Tertutup Kebiasaan Kecil


Jika Anda merasa hidup kehilangan warnanya, bukan berarti Anda gagal atau “kurang bersyukur”.    Sering kali, masalahnya ada pada pola kecil yang dilakukan setiap hari. Kabar baiknya, kebiasaan kecil juga bisa memperbaiki keadaan:

mulai memenuhi kebutuhan diri,

berlatih mindfulness,

membatasi perbandingan sosial,

mengelola emosi dengan sehat,

memilih lingkungan yang mendukung,

menurunkan standar perfeksionis,

dan mulai mengambil langkah kecil atas keputusan besar.

Semangat hidup bukan sesuatu yang datang dari luar, tetapi sesuatu yang pulih ketika kita mulai memperlakukan diri dengan lebih manusiawi.    Anda tidak harus mengubah hidup dalam sehari. Cukup ubah satu perilaku saja—dan biarkan semangat itu perlahan kembali.   ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #jika #anda #merasa #lagi #bersemangat #dalam #hidup #psikologi #mengatakan #perilaku #mungkin #menjadi #penyebabnya

KOMENTAR