Menurut Psikologi, Kamu Harus Teguh Pendirian dalam 7 Situasi Hidup Ini
situasi dalam hidup yang harus teguh pendirian menurut Psikologi./Pexels/ Alexander Suhorucov
11:48
10 September 2024

Menurut Psikologi, Kamu Harus Teguh Pendirian dalam 7 Situasi Hidup Ini

Menurut Psikologi, teguh pendirian menjadi salah satu kunci penting dalam menjalani berbagai situasi hidup yang penuh tantangan.

Dengan kata lain, prinsip dan keputusan yang diambil dapat membantu kamu melewati masa-masa sulit dengan kepala tegak.

Hidup sering kali membawa berbagai tekanan dari lingkungan sekitar, baik itu dalam pekerjaan, hubungan, atau keputusan besar lainnya.

Dalam momen-momen seperti ini, kemampuan untuk tetap teguh pada pendirian sangat penting agar kamu tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat orang lain.

Psikologi mengajarkan bahwa memiliki pendirian yang kuat juga meningkatkan rasa percaya diri dan ketenangan batin, membantu kamu menghadapi setiap rintangan yang ada.

Selain itu, konsistensi dalam berpegang pada prinsip juga membuat kamu lebih dihormati oleh orang-orang di sekitar.

Dinukil dari Hack Spirit pada Selasa (10/9), dijelaskan ada tujuh situasi dalam hidup yang harus teguh pendirian menurut Psikologi.

1. Mempertahankan nilai-nilai pribadi

Setiap orang memiliki seperangkat nilai inti yang membentuk identitas dan prinsip hidup mereka. Nilai-nilai ini menjadi panduan dalam mengambil keputusan dan bertindak sehari-hari. Namun, ada kalanya nilai-nilai tersebut mendapat tantangan atau ancaman dari pihak lain.

Mungkin ada orang yang mencoba membujukmu untuk melanggar prinsip yang kamu pegang, atau kamu berada dalam situasi di mana mempertahankan nilai terasa sulit.

Dalam momen-momen seperti ini, penting untuk tetap berpegang teguh pada keyakinanmu. Bukan berarti kamu harus keras kepala, tapi ini tentang menjaga integritas diri.

2. Menghadapi perlakuan tidak adil

Kita semua pernah mengalami perlakuan tidak adil, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Misalnya, ide-idemu selalu diabaikan sementara saran rekan kerja selalu disetujui.

Situasi seperti ini bisa sangat membuat frustrasi. Namun, psikologi mengajarkan bahwa justru di saat-saat seperti inilah kamu perlu bersikap tegas.

Caranya tidak harus konfrontatif. Kamu bisa menyampaikan keberatanmu dengan tenang, didukung fakta-fakta, dan meminta agar pendapatmu juga dipertimbangkan secara adil.

Tujuannya adalah menegaskan hak dan martabatmu secara hormat. Dengan bersikap tegas, kamu bisa mengubah dinamika tim menjadi lebih seimbang.

3. Menjaga batasan pribadi

Ada kalanya orang lain melanggar batasan pribadi yang sudah kamu tetapkan. Mungkin itu teman yang selalu meminjam uang tapi tidak pernah mengembalikan, atau rekan kerja yang selalu melimpahkan tugasnya padamu.

Psikologi menekankan pentingnya batasan pribadi untuk kesehatan mental. Batasan ini seperti garis tak terlihat yang menjaga keseimbangan dan melindungi harga dirimu.

Jika kamu tidak tegas saat batasan ini dilanggar, secara tidak langsung kamu memberi sinyal bahwa tidak apa-apa memperlakukanmu dengan tidak hormat.

Meski mungkin terasa tidak nyaman, kamu berhak menegaskan dan melindungi ruang pribadimu.

4. Menolak tekanan dalam mengambil keputusan

Pernahkah kamu merasa terdesak untuk membuat keputusan yang tidak kamu inginkan? Mungkin seorang teman mendesakmu berinvestasi di bisnis berisiko, atau anggota keluarga menekanmu memilih jalur karir tertentu.

Psikologi menyarankan bahwa inilah saat-saat krusial untuk bersikap tegas. Keputusan, terutama yang berdampak besar, seharusnya dibuat sesuai penilaian dan kecepatan kamu sendiri. Mengambil keputusan karena tekanan bisa berujung pada penyesalan dan kekecewaan di kemudian hari.

Jika kamu merasa dipaksa, ambil jeda sejenak. Ingatlah bahwa ini hidupmu, dan kamulah yang memegang kendali. Pastikan kamu membuat pilihan yang selaras dengan kepentingan terbaikmu, bukan keinginan orang lain.

5. Menghadapi perilaku tidak etis

Perilaku tidak etis bisa muncul dalam berbagai bentuk. Bisa jadi rekan kerja yang mengklaim hasil kerjamu sebagai miliknya, teman yang menyebarkan rumor palsu, atau menyaksikan diskriminasi dalam bentuk apapun.

Penelitian menunjukkan bahwa dengan berani menentang perilaku tidak etis, kita bisa mencegah hal tersebut terulang kembali. Dengan menyoroti tindakan semacam itu dan menolak untuk terlibat, kita berkontribusi menciptakan lingkungan yang lebih beretika.

Oleh karena itu, saat kamu melihat perilaku tidak etis, psikologi menyarankan untuk bersikap tegas.

Ini bukan tentang bermain pahlawan atau mencari konfrontasi, melainkan mempromosikan keadilan dan kebenaran.

6. Memprioritaskan perawatan diri

Ada pepatah yang mengatakan, “Kamu tidak bisa menuangkan air dari cangkir yang kosong.” Ini mengingatkan bahwa merawat diri sendiri bukan hanya penting, tapi sangat diperlukan.

Dalam kesibukan hidup, kita sering lupa akan hal ini. Kita kerap memaksakan diri terlalu jauh, berusaha memenuhi ekspektasi orang lain dengan mengorbankan kesejahteraan diri sendiri.

Ketika kamu menyadari bahwa perawatan dirimu terganggu, entah karena kerja berlebihan atau mengabaikan kesehatan mental, inilah saatnya untuk bersikap tegas.

Ingatlah bahwa tidak apa-apa mengatakan tidak ketika kamu merasa kewalahan. Kamu berhak memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraanmu.

7. Menyuarakan pendapat

Suara kita adalah salah satu alat paling kuat yang kita miliki. Ini adalah cara utama kita mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pendapat. Namun terkadang, kita mungkin merasa dibungkam atau diabaikan.

Bisa jadi dalam rapat di mana ide-idemu selalu dilewatkan, atau dalam hubungan di mana perasaanmu selalu disingkirkan. Psikologi mengajarkan bahwa inilah saat-saat untuk bersikap tegas.

Mengapa? Karena suaramu penting. Pikiranmu valid, perasaanmu penting, dan pendapatmu layak didengar. Jadi jangan ragu untuk berbicara. Beranilah membuat suaramu didengar, karena bersikap tegas dalam situasi seperti ini adalah tentang memperjuangkan dirimu sendiri dan menegaskan nilaimu.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #menurut #psikologi #kamu #harus #teguh #pendirian #dalam #situasi #hidup

KOMENTAR