Usai Gencatan Senjata Gaza, Israel Perkuat Pos Pemeriksaan di Tepi Barat
Usai gencatan senjata Gaza, pasukan Israel telah memperkuat kehadirannya di Tepi Barat dengan mendirikan banyak pos pemeriksaan.
Langkah ini diambil hanya beberapa jam setelah gencatan senjata dimulai di wilayah Gaza.
Pastor Bashar Basiel, yang tidak dapat bergerak bebas keluar atau masuk dari parokinya di Tepi Barat, mengungkapkan kekhawatirannya.
Ia terkejut saat menemukan gerbang besi dipasang di pintu masuk desanya, Taybeh, pada malam hari.
"Kami terbangun dan terkejut melihat gerbang besi di pintu masuk Taybeh, di jalan menuju Jericho, ke Yerusalem, ke Nablus," ujarnya.
Basiel adalah seorang Pastor Katolik di desa Kristen yang terletak di utara Ramallah.
Sejak gencatan senjata dimulai, para pekerja di seluruh Tepi Barat melaporkan, perjalanan mereka ke tempat kerja menjadi lebih lama.
"Kami belum pernah mengalami situasi yang sulit sejak Intifada (pemberontakan) Kedua," kata Basiel, merujuk pada pemberontakan Palestina yang terjadi di awal tahun 2000-an, seperti dilaporkan oleh AFP pada Jumat (24/1/2025).
Basiel menambahkan, meskipun ia sudah terbiasa dengan pos pemeriksaan yang tersebar di sepanjang tembok pemisah, kini hampir mustahil untuk berpindah antarkota dan desa di Tepi Barat.
"Sekarang, ketika gerbang ditutup, saya harus menunggu atau mengambil jalan lain menuju Taybeh, sebuah desa tenang yang terkenal dengan pabrik birnya," jelasnya.
Ia juga mengungkapkan pada Senin, orang-orang terpaksa menunggu di mobil mereka dari pukul 16.00 hingga 02.00 dini hari, sementara setiap kendaraan yang memasuki desa diperiksa secara menyeluruh.
Seorang warga daerah Ramallah yang memilih untuk tak mau disebutkan namanya membandingkan situasi tersebut dengan kehidupan hewan yang terkurung.
"Ini seperti kelinci yang tinggal di dalam kandang. Di pagi hari mereka bisa keluar, melakukan berbagai hal, lalu di malam hari mereka harus pulang ke kandang," katanya.
Shadi Zahod, seorang pegawai pemerintah yang sehari-hari bepergian antara Salfit dan Ramallah, merasakan keterbatasan yang sama. "Seolah-olah mereka mengirimi kami pesan: tetaplah terjebak di kota Anda, jangan pergi ke mana pun," ungkapnya kepada AFP.
Menurut laporan surat kabar Israel, Haaretz, otoritas Israel telah memerintahkan militer untuk mengoperasikan puluhan pos pemeriksaan di sekitar Tepi Barat selama 42 hari pertama gencatan senjata.
Komisi Perlawanan Tembok Palestina melaporkan bahwa 146 gerbang besi telah didirikan di sekitar Tepi Barat sejak perang di Gaza dimulai, dengan 17 di antaranya didirikan pada bulan Januari saja, sehingga total blokade jalan di wilayah Palestina mencapai 898.
"Pos pemeriksaan tetaplah pos pemeriksaan, tetapi perbedaannya sekarang adalah mereka telah menutup kami dengan gerbang. Itulah perubahan besarnya," kata Anas Ahmad, seorang warga setempat.
Ia mengaku merasa terjebak dalam kemacetan selama berjam-jam dalam perjalanan pulang setelah jalan yang biasanya terbuka di dekat kota universitas Birzeit ditutup.
Ratusan pengemudi terpaksa menunggu di jalan keluar kota sambil menunggu izin dari tentara Israel untuk lewat.
Gerbang logam oranye yang baru dipasang dianggap Ahmad sebagai versi yang lebih ringan dari pos pemeriksaan penuh.
"Saat gencatan senjata ditandatangani, semuanya berubah 180 derajat. Pemerintah Israel membuat rakyat Palestina membayar harganya," tegas Ahmad, yang juga seorang polisi yang bekerja di Ramallah.
Juru bicara militer Israel, Nadav Shoshani, tidak memberikan komentar mengenai peningkatan jumlah pos pemeriksaan.
Namun, pihak militer mengeklaim bahwa pos pemeriksaan digunakan untuk menangkap anggota Palestina yang dicari. "Kami memastikan bahwa para teroris tidak lolos tetapi warga sipil memiliki kesempatan untuk keluar atau pergi ke mana pun mereka inginkan dan memiliki kebebasan bergerak," katanya dalam jumpa pers pada Rabu.
Tag: #usai #gencatan #senjata #gaza #israel #perkuat #pemeriksaan #tepi #barat