



Bersiap Hadapi Serangan Rusia-China-Korut, NATO Gelar Latihan Perang Terbesar Sejak Perang Dingin
Latihan perang itu bertujuan untuk transfer pengetahuan dan koordinasi tempur sehingga pasukan Amerika Serikat (AS) dapat memperkuat sekutu Eropa-nya di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia dan di sisi timur aliansi tersebut dengan skenario, konflik berkobar dengan musuh “setingkat”.
Aliansi di Timur yang dimaksud banyak diartikan sebagai China dan Korea Utara, dua negara dengan kekuatan militer besar yang berhubungan baik dengan Rusia.
Berlarutnya Perang Ukraina serta perkembangan geopolitik dunia serta eskalasi konflik di Timur Tengah menunjukkan, Barat kini punya kekuatan yang sebanding dengan kekuatan yang digalang Rusia Cs.
"Sekitar 90.000 tentara akan bergabung dalam latihan Steadfast Defender 2024 yang akan berlangsung hingga Mei," kata komandan tertinggi aliansi tersebut, Chris Cavoli pada Kamis (18/1/2024).
Latihan perang ini dilaporkan akan melibatkan lebih dari 50 kapal mulai dari kapal induk hingga kapal perusak yang akan ambil bagian.
Selain kekuatan angkatan udara, lebih dari 80 jet tempur, helikopter dan drone juga ikut serta.
"Pada matra angkatan darat, setidaknya 1.100 kendaraan tempur termasuk 133 tank dan 533 kendaraan tempur infanteri akan bergabung dalam latihan perang tersebut," kata pernyataan NATO.

Bersiap Hadapi Serangan Rusia
Cavoli mengatakan latihan tersebut diskenariokan melatih pelaksanaan rencana regional negara-negara NATO, rencana pertahanan pertama yang telah disusun aliansi tersebut dalam beberapa dekade, dan merinci bagaimana NATO akan merespons serangan Rusia.
NATO tidak menyebut nama Rusia dalam pengumumannya.
Namun dokumen strategis utamanya mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan anggota NATO.
“Steadfast Defender 2024 akan menunjukkan kemampuan NATO untuk secara cepat mengerahkan pasukan dari Amerika Utara dan bagian lain dari aliansi tersebut untuk memperkuat pertahanan Eropa,” kata NATO.
Penguatan akan terjadi selama "simulasi skenario konflik yang muncul dengan musuh yang hampir setara (Rusia, red)", kata Cavoli kepada wartawan di Brussels setelah pertemuan dua hari dengan para kepala pertahanan nasional.

Moskow Dianggap Ancaman Eksistensial
Latihan perang terakhir NATO dengan ukuran yang sama adalah Reforger – dilakukan pada periode Perang Dingin pada tahun 1988 dengan 125.000 peserta – dan Trident Juncture pada tahun 2018 dengan 50.000 peserta, menurut aliansi tersebut.
Pasukan yang ambil bagian dalam latihan tersebut, yang akan melibatkan simulasi pengiriman personel ke Eropa serta latihan di lapangan, akan berasal dari negara-negara NATO dan Swedia, yang berharap dapat segera bergabung dengan aliansi tersebut.
Sekutu menandatangani rencana regional tersebut pada pertemuan puncak mereka di Vilnius tahun 2023.
Langkah ini mengakhiri era panjang di mana NATO tidak lagi menganggap perlunya rencana pertahanan skala besar ketika negara-negara Barat terlibat dalam perang kecil di Afghanistan dan Irak dan merasa yakin bahwa Rusia pasca-Soviet tidak lagi berperan dan bukan sebuah ancaman eksistensial.
Artinya, Rusia kini sudah dianggap sebagai ancaman utama blok Barat tersebut.
Selama bagian kedua dari latihan Steadfast Defender, fokus khusus akan diberikan pada pengerahan pasukan reaksi cepat NATO ke Polandia di sisi timur aliansi tersebut.
Lokasi utama latihan lainnya adalah negara-negara Baltik yang dipandang paling berisiko terhadap potensi serangan Rusia.
Lokasi latihan juga diadakan di Jerman – yang merupakan pusat bala bantuan – dan negara-negara di pinggiran aliansi seperti Norwegia dan Rumania.
(oln/reuters/*)
Tag: #bersiap #hadapi #serangan #rusia #china #korut #nato #gelar #latihan #perang #terbesar #sejak #perang #dingin