Sistem GPS Yordania Masih Berantakan Pasca-Serangan Iran: Jamming Israel Jadi Sumber Kekacauan
caption: Israel dilaporkan mencegat drone-drone Iran dari Yordania, terdengar ledakan di langit di kota Tubas di Tepi Barat. 
16:30
18 April 2024

Sistem GPS Yordania Masih Berantakan Pasca-Serangan Iran: Jamming Israel Jadi Sumber Kekacauan

Direktur Direktorat Manajemen Spektrum Frekuensi di Otoritas Regulasi Telekomunikasi Yordania, Insinyur Nidal Al-Samara, mengungkapkan sistem Global Positioning System (GPS) masih terganggu pasca-serangan Iran ke Israel, akhir pekan kemarin.

Dilansir Khaberni, secara tegas, Nidal Al-Samara menyebut kalau sumber gangguan pada GPS di negaranya itu adalah Israel.

Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Israel (KAN) pada Kamis pekan lalu sebelum serangan Iran Sabtu, melaporkan kalau Israel mengaktifkan sistem jamming GPS di seluruh Israel.

"Sistem pengacau ini dilakukan dalam rangka persiapan respons Iran dan peluncuran drone dan rudal yang diarahkan ke Israel," tulis laporan tersebut.

Berbicara di Radio Hala, Kamis (18/4/2024), Nidal Al-Samara mengatakan pihak-pihak yang menyebabkan keributan sudah dihubungi.

"Kami masih menunggu tanggapan," katanya dilansir Khaberni.

 Hal ini terjadi sebagai respons terhadap permasalahan yang dihadapi warga Yordania atas penggunaan Google Maps dan aplikasi terkait GPS.

Aplikasi yang mengandalkan GPS di Yordania dilaporkan secara jelas mengalami gangguan terkait informasi soal lokasi, lokasi tujuan, atau peta jalan.

Samara menunjukkan, wilayah yang paling terkena dampak gangguan Sistem Pemosisian Global (GPS) adalah wilayah barat dan utara negara Kerajaan tersebut.

Dalam konteks ini, Samara mengatakan sistem navigasi udara dan laut berbeda dengan apa yang digunakan di darat dan sistem navigasi umum (GPS).

Ia menyatakan bahwa Otoritas Regulasi Telekomunikasi berkoordinasi dengan Otoritas Penerbangan Sipil untuk tidak mempengaruhi sistem navigasi udara.

Dia juga menekankan kalau dampak masalah tersebut terhadap navigasi udara dan laut hampir tidak ada.

Samara menjelaskan, Global Positioning System (GPS) merupakan sistem global dan sesuai dengan perjanjian internasional yang disepakati.

Alami Dilema Terkait Konflik Iran dan Israel

Dengan melihat peta Timur Tengah secara sekilas saja, tampak jelas posisi canggung Yordania di tengah konfrontasi antara Israel dan Iran.

Negara Arab kecil ini terletak di antara Israel dan Iran, dua kekuatan yang saling membenci.

Yordania kini berada dalam eskalasi ketegangan yang dapat memicu perang terbuka di kawasan tersebut.

Pertarungan antara Iran dan Israel menempatkan Yordania dalam dilema yang sangat berat.

Ini menunjukkan betapa rumitnya keseimbangan politik dan strategis yang telah dikelola sebuah negara yang biasanya tidak menarik perhatian dunia selama berpuluh-puluh tahun.

Itu terjadi pada Sabtu (13/04) lalu, ketika Iran dan milisi pendukungnya meluncurkan hujan drone dan rudal menuju Israel untuk membalas serangan Israel yang menghancurkan konsulat Iran di Damaskus sehingga menewaskan sejumlah perwira.

Angkatan Udara Yordania dikerahkan untuk mencegat proyektil-proyektil tersebut. Yordania adalah satu-satunya negara Arab yang secara terbuka menyatakan melakukan itu atas dalih mengamankan kedaulatan dan mengamankan wilayah udara mereka.

Para pakar sudah memprediksi pasukan AS dan Inggris di wilayah tersebut akan turut menangkal serangan Iran, namun respons dari Yordania membuat banyak pihak terkejut, termasuk Israel.

Meskipun Yordania adalah salah satu dari sedikit negara Arab yang mempertahankan hubungan formal dengan Israel, mereka adalah salah satu negara yang paling keras mengutuk intervensi militer Israel di Gaza.

Hubungan antara keduanya juga berada dalam fase terburuk selama beberapa tahun terakhir.

Menteri Luar Negeri Yordania, Haysan Afami, menuduh Israel melakukan “kejahatan perang” di Gaza dan menyatakan dukungan terhadap gugatan genosida yang diajukan Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional terhadap Israel.

Pada November, Yordania menarik duta besarnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes atas tindakan pasukan Israel di Gaza. Yordania juga menghentikan perjanjian bilateral mengenai air dan energi surya.

Sekitar separuh penduduk Yordania adalah pengungsi atau keturunan Palestina yang masih mengingat empat perang antara Yordania dengan Israel sejak tahun 1948.

Lalu mengapa pasukan Yordania berupaya menetralisir serangan Iran terhadap Israel?

Ketergantungan Yordania

Yordania terletak di dataran tinggi gurun di Timur Tengah, salah satu kawasan paling berkonflik di dunia. Luas negara ini lebih dari 89.000 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta jiwa.

Yordania memiliki sumber daya alam yang sedikit, sehingga sangat bergantung pada kerja sama internasional.

Negara ini menerima kontribusi besar dari Dana Moneter Internasional (IMF), Amerika Serikat, Uni Eropa, serta negara-negara monarki kaya di Teluk.

Keamanannya di kawasan yang penuh konflik ini juga bergantung pada bantuan asing.

Raja Abdullah yang memimpin politik di negara ini telah menjalin persahabatan dengan AS dan sekutu internasionalnya, seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya di dinasti Hashemite.

Ghaith Al-Omari dari pusat analisis khusus Timur Tengah, Washington Institute mengatakan kepada BBC Mundo bahwa “keputusan Yordania bertindak menetralisir serangan Iran pasti mempertimbangkan keinginan untuk menunjukkan dirinya sebagai negara Arab mitra AS yang paling dapat diandalkan”.

“Terlepas dari semua retorika itu, Yordania memandang Israel sebagai penjamin utama keamanannya terhadap aktor eksternal selain AS,” kata Al-Omari.

“Israel sangat penting bagi keamanan Yordania dan begitu pula sebaliknya. Ini adalah sesuatu yang sudah dipahami dalam doktrin militer kedua negara, itulah mengapa mereka telah bekerja sama dalam bidang pertahanan selama bertahun-tahun,” jelasnya.

Kerja sama pertahanan itu mencakup pembagian informasi intelijen. Angkatan Darat Israel juga memberi bantuan kepada Yordania untuk menyerang target-target di Suriah yang tidak dapat mereka jangkau.

Bagaimana hubungan antara Yordania dan Israel?

Yordania adalah salah satu negara Arab yang beberapa kali berperang melawan Israel sejak berdirinya negara tersebut di wilayah bekas Mandat Inggris atas Palestina pada tahun 1948.

Konflik berturut-turut dan pendudukan Israel menyebabkan pengungsi Palestina berbondong-bondong datang ke Yordania.

Itulah mengapa, menurut Al-Omari, “masalah Palestina dipandang sebagai urusan dalam negeri dibanding politik internasional”. Ada penolakan luas terhadap Israel di kalangan masyarakat Yordania.

Namun setelah penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993 antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina untuk mengakhiri konflik di antara keduanya, Amman terdorong untuk menandatangani perjanjian perdamaian sendiri dengan Israel.

Perjanjian itu meresmikan hubungan tidak resmi yang sebenarnya sudah lama terjalin.

Yordania menjadi negara Arab kedua yang menjalin hubungan dengan Israel. Sejak saat itu, Yordania hidup dalam kontradiksi antara kepentingan Palestina di kalangan warganya dan pentingnya kerja sama militer dengan Israel dan AS demi menjamin pertahanannya menghadapi konflik yang rumit di Timur Tengah.

Contoh terbaru dari sulitnya menjaga keseimbangan ini terlihat dalam respons terhadap serangan Iran pada Sabtu lalu.

Pemerintah Yordania menyatakan intersepsi rudal dan drone Iran sebagai upaya pertahanan di wilayah udara mereka untuk menghindari risiko terhadap penduduk Yordania. Mereka juga berhati-hati dalam menunjukkan solidaritas atau simpatinya terhadap Israel.

Para pemimpin di Amman tampaknya memahami latar belakang serangan itu serta demonstrasi di depan kedutaan besar Israel yang menuntut agar intervensi militer di Gaza diakhiri.

Namun kenyataannya, menurut Al-Omari, “mencegat rudal Iran adalah keputusan yang diambil dengan mudah”. Mengapa demikian?

Karena Iran adalah negara yang tidak lebih populer dari Israel di Yordania.

Bagaimana hubungan antara Yordania dan Iran?

Al-Omari mengatakan bahwa “pandangan terhadap Iran di Yordania saat ini sangat negatif”.

“Kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan dalam perang Suriah oleh kelompok-kelompok yang didukung Teheran masih diingat."

"Iran juga diyakini mencoba menggoyahkan Yordania sebagai bagian dari strategi regional mereka melawan Israel dan AS,” jelas Al-Omari.

Teheran telah mensponsori kelompok bersenjata serupa selama bertahun-tahun di Lebanon, Yaman, Suriah dan Irak. Mereka menyebut kelompok-kelompok itu sebagai “poros perlawanan” terhadap Israel dan AS.

Hizbullah Lebanon adalah yang paling menonjol di antara kelompok-kelompok itu, namun mereka menjadikan Israel sebagai musuh utama mereka.

Kekhawatiran utama Yordania adalah Iran akan menerapkan taktik serupa di negara mereka.

Itulah sebabnya pernyataan Abu Ali al Askari, juru bicara milisi Irak pro-Iran Kataeb Hizbullah memicu kekhawatiran tersendiri.

Baru-baru ini, al Askari memastikan bahwa kelompoknya memasok senjata termasuk ruda; dan proyektil anti-tank untuk 12.000 pejuang di Yordania yang bisa hadir membela “saudara-saudara Palestina”.

Para pemimpin senior di Iran pada masa lalu bangga akan pengaruh mereka di ibu kota negara-negara Arab yang dekat dengan Israel seperti Beirut, Damaskus dan Baghdad. Pemerintah Yordania khawatir Amman akan masuk ke dalam daftar tersebut.

“Dalam beberapa tahun terakhir, penyelundupan senjata dan narkoba dari Iran telah meningkat. Sekarang sudah mencapai jumlah yang besar dan ini memicu kekhawatiran,” kata Al-Omari.

Selain itu, ada faktor agama.

Republik Islam Iran menganut Syiah sebagai agama resminya, dan mendukung serta mendanai organisasi keagamaan Syiah di negara lain.

Upaya Iran untuk melakukan hal yang sama di Yordania telah ditolak habis-habisan karena mayoritas penduduknya adalah penganut Sunni.

Apa yang akan dilakukan Yordania jika Israel membalas serangan Iran?

Meskipun Yordania mencegat serangan pertama Iran terhadapnya, Israel tidak dapat mengandalkan dukungan tanpa syarat Yordania dalam konflik dengan Iran.

Di beberapa negara Arab, suara-suara yang menentang Raja Abdullah bergema di media sosial. Mereka menuduh Raja Abdullah bekerja sama dengan “musuh”.

Salah satu meme yang paling banyak beredar menampilkan Raja Abdullah dalam montase berseragam tentara Israel.

Upaya sulit menjaga keseimbangan di Yordania menjadi semakin menantang di bawah pemerintahan Benjamin Netanyahu di Israel.

Kerajaan Yordania mengelola sebuah yayasan wakaf yang menaungi tempat-tempat suci yang bersengketa di Yerusalem, termasuk Masjid al-Aqsa.

Publikasi di sejumlah media, yang diduga merupakan percakapan antara Netanyahu dengan Pangeran Mohamed Bin Salman dari Arab Saudi, untuk turut serta mengendalikan situs suci itu telah memicu kecurigaan di Amman.

Sebelumnya pada tahun 2017, Netanyahu menobatkan seorang penjaga keamanan di Kedutaan Israel di Amman sebagai pahlawan setelah membunuh dua warga Yordania.

Menurut versi Israel, petugas keamanan itu diserang oleh salah satu warga Yordania itu. Sikap Israel membuat marah pemerintah Yordania.

Belakangan ini, Pemerintah Yordania juga menghentikan perjanjian bilateral mengenai pemanfaatan energi air dan surya.

Namun ketegangan yang paling serius tampaknya belum terjadi.

Jika Israel merespons serangan Iran pada akhir pekan lalu, seperti yang diumumkan oleh salah satu komandan militer seniornya, dengan cara meluncurkan rudal melintasi wilayah udara Yordania, maka Yordania akan berada dalam posisi yang lebih sulit lagi.

“Ini akan memicu masalah politik yang serius bagi Yordania, karena tidak mungkin pemerintah membiarkan warganya menyaksikan mereka mencegah serangan Iran, namun justru membiarkan serangan Israel,” kata Al-Omari.

Dilema yang dihadapi oleh Yordania bisa memburuk seiring meningkatnya konfrontasi antara Israel dan Iran.

(oln/khbrn/bbc/*)

Tag:  #sistem #yordania #masih #berantakan #pasca #serangan #iran #jamming #israel #jadi #sumber #kekacauan

KOMENTAR