Microsoft Rombak Kebijakan Keberagaman Perusahaan dan Hentikan Laporan DEI di Tengah Tekanan Politik Amerika Serikat
- Microsoft mengambil langkah signifikan yang menunjukkan perubahan arah kebijakan keberagaman dan inklusi (Diversity, Equity, and Inclusion/DEI) di tengah dinamika politik Amerika Serikat. Perusahaan teknologi raksasa ini kini menghentikan laporan tahunan keberagaman dan menghapus DEI sebagai prioritas inti dalam penilaian kinerja karyawan.
Sejak 2019, Microsoft rutin menerbitkan laporan detail tentang komposisi gender, ras, dan etnis karyawan serta memasukkan pencapaian DEI sebagai tolok ukur dalam evaluasi tahunan karyawan, dikenal sebagai Connect. Strategi ini menjadikan perusahaan sebagai salah satu pionir transparansi tenaga kerja di sektor teknologi.
Melansir dari The Verge, Jumat (5/12/2025), Frank Shaw, Chief Communications Officer Microsoft, menyatakan, "Kami tidak membuat laporan tradisional DEI tahun ini karena telah berevolusi ke format yang lebih dinamis, seperti cerita, video, dan insight yang menunjukkan inklusi dalam praktik nyata. Misi dan komitmen kami terhadap budaya inklusif dan keberagaman tetap tidak berubah: memberdayakan setiap individu dan organisasi untuk meraih lebih banyak."
Namun langkah ini juga diikuti penghapusan DEI dan keamanan sebagai prioritas utama dalam penilaian kinerja. Karyawan kini tidak lagi diwajibkan melaporkan kontribusi konkret terhadap keberagaman maupun keamanan, melainkan hanya menilai hasil kerja dan target masa depan mereka.
Dalam dokumen HR internal, kata "diversity" diganti hanya dengan "inclusion." Microsoft menegaskan, "Keamanan, inklusi, dan manajemen SDM yang baik tetap esensial dalam menciptakan dampak di Microsoft." Meski demikian, ketiadaan indikator resmi DEI membuat publik dan karyawan sulit menilai komitmen perusahaan.
Seorang karyawan anonim yang mendukung DEI menilai langkah ini membuktikan bahwa inisiatif sebelumnya "sepenuhnya performatif." Dia menambahkan, "Fakta bahwa perusahaan dan sebagian besar korporasi Amerika baru saja melepaskan komitmen DEI menunjukkan bahwa itu selalu merupakan komitmen performatif yang dangkal."
Perubahan ini juga dinilai terkait strategi politik perusahaan. Beberapa sumber internal menyoroti kehadiran Elon Musk di konferensi Build Microsoft awal 2025 sebagai tanda perusahaan berupaya menyesuaikan diri dengan agenda pemerintahan Donald Trump, termasuk integrasi model AI Musk ke platform Azure.
Proses integrasi model Grok AI Musk disebut sempat menimbulkan gesekan internal. "Tinjauan keamanan dipercepat secara paksa. Tim engineering ditekan untuk menyetujui, meskipun bertentangan dengan nilai inklusi yang selama ini dibawa perusahaan," ujar seorang karyawan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi nilai perusahaan.
Fenomena serupa terjadi di perusahaan teknologi besar lainnya. Google dan Meta tahun ini menghentikan publikasi data keberagaman karyawan, menandai kemunduran transparansi DEI sektor teknologi di Amerika Serikat. Menanggapi hal ini, analis industri di London menyatakan, "Ini bukan sekadar perubahan istilah, melainkan sinyal pergeseran prioritas korporasi agar tetap aman secara politis dan operasional."
Meski Microsoft masih menerbitkan buletin Inside Inclusion dan cerita Code of Us, penghapusan DEI sebagai prioritas utama menyulitkan pemegang saham dan publik untuk menilai komitmen perusahaan secara objektif. Langkah ini menandai fase baru dalam industri teknologi, di mana inovasi dan kepatuhan politik mulai menempati posisi lebih dominan dibanding komitmen sosial dan keberagaman.
Tag: #microsoft #rombak #kebijakan #keberagaman #perusahaan #hentikan #laporan #tengah #tekanan #politik #amerika #serikat