Penyebab Badai PHK di Singapura, Ada Pergeseran Kebutuhan Pekerja
Ilustrasi Singapura. (UNSPLASH/Jisun Han)
23:54
27 November 2025

Penyebab Badai PHK di Singapura, Ada Pergeseran Kebutuhan Pekerja

- Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di Singapura dalam setahun terakhir dipicu kombinasi kebijakan pengetatan pasar perumahan, perubahan kebutuhan keterampilan, dan pergeseran pertumbuhan lapangan kerja ke sektor berupah lebih rendah.

Data Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menunjukkan, tujuh sektor bernilai tambah tinggi sudah kehilangan 19.800 pekerjaan sepanjang 2025.

Sektor-sektor tersebut selama ini banyak menyerap tenaga kerja lokal terampil, mulai dari teknologi informasi, jasa profesional, perdagangan, hingga properti.

Kebijakan pengetatan pasar perumahan yang bertujuan meredam inflasi harga rumah disebut sebagai salah satu faktor pemicu hilangnya ribuan pekerjaan di sektor terkait.

Tekanan tidak hanya datang dari kebijakan perumahan, melainkan juga dari perubahan struktur ekonomi dan kebutuhan keterampilan baru di berbagai industri.

Laporan yang sama menunjukkan bahwa di tengah badai PHK, tingkat pengangguran di Singapura masih relatif rendah, sebagaimana dilansir Vulcan Post, Senin (24/11/2025).

Tingkat pengangguran keseluruhan tercatat stabil di kisaran 2 persen, sementara pengangguran warga lokal tetap di bawah 3 persen.

Penyerapan tenaga kerja secara umum masih kuat, dengan hampir 30.000 pekerjaan baru tercipta pada kuartal III 2025 dan mendekati 50.000 pekerjaan sepanjang tahun ini, termasuk bagi pekerja non-residen.

Mayoritas pertumbuhan bersih lapangan kerja tersebut justru datang dari sektor berupah lebih rendah, terutama konstruksi serta pekerja rumah tangga migran.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura tidak merinci status kewarganegaraan pekerja di setiap sektor dalam laporannya.

Sektor informasi dan komunikasi menjadi contoh jelas bagaimana perubahan kebutuhan keterampilan berkontribusi pada PHK di Singapura.

Industri ini sebelumnya sempat menikmati kenaikan gaji dan peningkatan permintaan tenaga kerja di Singapura, meski gelombang PHK teknologi melanda banyak negara lain.

Kenyataannya, sektor informasi dan komunikasi mengalami penurunan bersih lebih dari 4.000 pekerja pada 2025 dan sekitar 9.500 pekerja bila digabungkan dengan tahun 2024, meski perusahaan kerap mengeluhkan kekurangan kandidat.

Sebagian pengamat menilai tenaga kerja teknologi tidak selalu harus bekerja di perusahaan teknologi karena banyak perusahaan di sektor lain juga memiliki kebutuhan besar terhadap staf teknologi informasi yang berkualifikasi.

Temuan lain menunjukkan perubahan kebutuhan keterampilan, dengan kemungkinan pengurangan di beberapa fungsi lama dan terbukanya banyak lowongan baru di bidang akal imitasi (AI) dan pengolahan data.

Perubahan tersebut menimbulkan kesenjangan antara profil pencari kerja dan kebutuhan perusahaan sehingga sebagian pekerja terdorong keluar dari posisi lama tanpa segera menemukan peran baru yang sepadan.

Secara keseluruhan, jumlah pekerja di sektor teknologi informasi di Singapura menyusut hampir 10.000 orang dalam dua tahun terakhir.

Sebagian besar tenaga kerja di sektor ini diyakini sudah terserap di tempat lain, namun angka tersebut tetap mengindikasikan adanya persoalan struktural dalam industri teknologi.

Di sisi lain, sektor jasa keuangan dan asuransi menjadi pengecualian besar karena terus berkembang dan menambah sekitar 10.300 pekerja pada 2025.

Pertumbuhan lapangan kerja di perbankan dan asuransi dinilai belum cukup kuat untuk menutup pemangkasan di sektor bernilai tambah tinggi lain yang terdampak PHK.

Tidak semua pekerja memiliki keterampilan atau minat untuk berkarier di korporasi besar sektor keuangan, sehingga pilihan karier di Singapura terasa menyempit bagi sebagian tenaga kerja terampil pada tahun ini.

Tag:  #penyebab #badai #singapura #pergeseran #kebutuhan #pekerja

KOMENTAR