Konflik Iran-Israel Memanas Lagi, Donald Trump Marah ke Tel Aviv dan Perintah Hentikan Serangan ke Teheran
Ilustrasi Presiden AS Donald Trump dengan latar bendera Israel dan Iran menggambarkan ketegangan geopolitik terbaru terkait serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. (Reuters)
09:09
25 Juni 2025

Konflik Iran-Israel Memanas Lagi, Donald Trump Marah ke Tel Aviv dan Perintah Hentikan Serangan ke Teheran

- Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas meski sebelumnya telah diumumkan gencatan senjata.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Selasa (24/6) pagi waktu setempat, menolak mengecam Iran atas pelanggaran kesepakatan itu.

Meski Teheran kembali meluncurkan rudal ke wilayah Israel sekitar pukul 10.30 pagi waktu setempat, tiga setengah jam setelah gencatan senjata seharusnya mulai berlaku.

"Saya tidak senang jika Israel langsung menyerang pagi ini hanya karena satu roket yang tidak mengenai sasaran, mungkin bahkan ditembakkan karena kesalahan," kata Trump sebelum menaiki Air Force One menuju KTT NATO di Belanda.

Setelah pernyataan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara langsung dengan Trump. Tak lama kemudian, militer Israel (IDF) meluncurkan serangan terbatas ke Iran, menargetkan sebuah instalasi radar. 

Beberapa laporan juga menyebut terjadi dua ledakan di dekat Teheran. Menanggapi hal tersebut, Trump menegaskan, “Iran tidak akan pernah bisa membangun kembali fasilitas nuklir mereka!”

Lewat platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump secara langsung memperingatkan Israel. "Israel. Jangan jatuhkan bom itu. Jika kalian melakukannya, itu pelanggaran besar. Pulangkan para pilot sekarang juga," tegas Trump.

Ia menambahkan dalam unggahan lain, Israel tidak akan menyerang Iran. "Semua pesawat akan berbalik arah dan pulang, sambil melakukan 'gelombang persahabatan' kepada Iran. Tidak ada yang akan terluka, gencatan senjata sedang berlaku. Terima kasih atas perhatiannya!" kata Trump.

Pernyataan Trump ini mengejutkan sejumlah pejabat Israel. Mereka sebelumnya menyatakan telah berkoordinasi dengan Washington dan menerima "lampu hijau" untuk merespons pelanggaran gencatan senjata oleh Iran. 

Namun Trump tampaknya tidak mengetahui atau tidak mengakui koordinasi tersebut, dan justru menunjukkan kemarahannya.

Mengutip YNetNews, sumber di Israel menyebut bahwa serangan udara yang dilakukan hanya ditujukan ke satu sasaran, jauh lebih kecil dari skenario respons awal, guna menunjukkan bahwa Israel "tidak menyerah."

Insiden ini kembali memperlihatkan celah antara pernyataan publik Israel dan Amerika Serikat soal Iran, yang sebelumnya juga terlihat dalam operasi-operasi rahasia mereka terhadap Teheran. Termasuk serangan awal Israel dan operasi AS bertajuk Operation Midnight Hammer.

Perbedaan pandangan ini diyakini bersumber dari ketidakjelasan soal waktu efektif dimulainya gencatan senjata. Israel menganggap gencatan berlaku sekitar pukul 04.00 pagi, namun banyak detail yang ternyata belum disepakati secara resmi. 

Israel menganggap serangan mematikan ke Be'er Sheva sebagai pelanggaran, sementara Trump hanya menanggapi peluncuran rudal yang terjadi setelah pukul 07.00 pagi.

Pernyataan Trump yang secara terbuka meminta Israel menghentikan serangan, bahkan menyalahkannya, menunjukkan risiko diplomatik dari keputusan AS untuk ikut menyerang fasilitas nuklir Iran. Salah satu target utama adalah fasilitas Fordow yang terkenal sangat terlindungi.

Pejabat Israel sendiri mengaku tidak terkejut dengan pelanggaran Iran. Sebelum pernyataan Trump muncul, pemerintah Israel telah menginstruksikan IDF untuk bersiap melancarkan respons yang "signifikan" setelah serangkaian serangan besar-besaran ke wilayah Iran yang dilaporkan menewaskan ratusan anggota milisi Basij.

Seorang pejabat keamanan mengkritik keputusan mencapai gencatan senjata sebelum semua detail rampung sebagai tindakan "naif dan salah memahami musuh yang ingin menghancurkan kita."

Sementara itu, seorang pejabat pertahanan lainnya memperkirakan bahwa respons Israel kemungkinan hanya akan memperpanjang konflik satu atau dua hari saja, dan tidak akan menyeret ke dalam perang panjang. "Kita harus lihat dulu bagaimana reaksi Iran," ujarnya.

Trump sendiri mengumumkan gencatan senjata secara sepihak pada malam sebelumnya, tanpa memberi tahu banyak penasihatnya. Menurut Trump, Iran akan menghentikan tembakan mulai pukul 07.00 pagi waktu setempat, dan Israel akan menyusul 12 jam kemudian. 

Namun kenyataannya, kedua negara diharapkan menghentikan tembakan pada waktu yang sama.

Iran justru menembakkan rudal pada pukul 07.11 dan 10.30 pagi waktu Israel, dan mengklaim bahwa Israel lebih dulu menyerang sekitar pukul 08.30 pagi.

Beberapa saat setelah peluncuran rudal Iran, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyatakan bahwa "Teheran akan gemetar."

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz lalu menyebut tindakan Iran sebagai pelanggaran serius dan memerintahkan IDF "melancarkan serangan intensif ke jantung rezim Iran."

Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, dalam evaluasi situasi, membenarkan bahwa serangan akan dilanjutkan. "Melihat pelanggaran berat terhadap gencatan senjata oleh rezim Iran, kami akan menyerang dengan keras," katanya.

 

Editor: Bayu Putra

Tag:  #konflik #iran #israel #memanas #lagi #donald #trump #marah #aviv #perintah #hentikan #serangan #teheran

KOMENTAR