Korea Utara Kirim 200 Senjata Artileri Jarak Jauh ke Rusia, Pasokan Tambahan Siap Dikemas
PRESIDEN KOREA-RUSIA. - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjalan berdampingan di sebuah taman di Pyongyang setelah penandatanganan perjanjian kemitraan strategis yang komprehensif, dalam foto yang diterbitkan oleh Kantor Berita Pusat Korea Yonhap pada 20 Juni 2024. Korea Utara dilaporkan mengirim sekitar 200 artileri jarak jauh ke Rusia, sebuah langkah yang memperkuat dukungannya terhadap upaya perang Rusia melawan Ukraina. 
14:20
12 Februari 2025

Korea Utara Kirim 200 Senjata Artileri Jarak Jauh ke Rusia, Pasokan Tambahan Siap Dikemas

Korea Utara dilaporkan mengirim sekitar 200 artileri jarak jauh ke Rusia, sebuah langkah yang memperkuat dukungannya terhadap upaya perang Rusia melawan Ukraina.

Laporan ini disampaikan oleh kantor berita Korea Selatan, Yonhap, yang mengutip pernyataan dari Kementerian Pertahanan Seoul pada Selasa (11/2/2025).

Jenis artileri yang dikirim tidak disebutkan secara spesifik. Namun, beberapa laporan sebelumnya menyebutkan, Rusia telah menerima senjata artileri gerak sendiri Koksan dari Korea Utara.

Selain artileri, Korea Utara juga diperkirakan telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk membantu Rusia di medan perang Ukraina.

Dari jumlah tersebut, sekitar 300 tentara dilaporkan tewas dan 2.700 lainnya terluka.  

Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengungkapkan, selain senjata artileri, Korea Utara juga telah mengirimkan rudal, jutaan peluru artileri, dan berbagai jenis senjata lainnya untuk mendukung pasukan Rusia.

Ada pula dugaan bahwa negara tersebut akan terus mengirimkan pasukan, senjata, dan amunisi ke Rusia di masa depan.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan menegaskan bahwa Korea Utara kemungkinan akan terus mendukung Rusia dengan pasokan tambahan, baik dalam bentuk pasukan maupun peralatan militer.

Pada pertengahan Januari 2025, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) memperkirakan bahwa sekitar 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 lainnya terluka dalam pertempuran di Oblast Kursk, Rusia.

Sementara itu, Ukraina memperkirakan jumlah korban Korea Utara mencapai sekitar 4.000 orang, baik yang tewas maupun terluka.

Dalam perkembangan terbaru, Kepala Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, memperkirakan bahwa Korea Utara akan segera mengirim lebih banyak bala bantuan ke Rusia, termasuk unit-unit artileri dan roket.

Sementara itu, pada akhir Januari 2025, laporan dari The New York Times menyebutkan bahwa pasukan Korea Utara ditarik dari garis depan di wilayah Kursk, meskipun belum jelas apakah mereka akan kembali bertempur.

Menanggapi hal ini, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan pada 7 Februari bahwa pasukan Korea Utara kembali diterjunkan ke Oblast Kursk setelah media Rusia melaporkan serangan baru yang dilakukan Ukraina di wilayah Rusia.  

Korea Utara diperkirakan akan terus meningkatkan kapasitas persenjataannya pada tahun 2025, yang merupakan tahun terakhir dalam rencana lima tahunnya untuk mengembangkan senjata-senjata canggih.

Negara tersebut diperkirakan akan fokus pada pengembangan kapal selam bertenaga nuklir, satelit mata-mata, dan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat.

Ada kemungkinan bahwa Rusia memberikan bantuan teknologi kepada Korea Utara, khususnya terkait pengembangan kapal selam nuklir dan teknologi untuk ICBM, sebagai imbalan atas dukungan militer yang diberikan kepada Rusia.

Selain itu, Korea Utara juga diperkirakan akan mulai memproduksi pesawat tak berawak pada tahun ini dengan bantuan teknis dari Rusia, seperti yang dilaporkan oleh lembaga penyiaran publik Jepang, NHK.  

Mengenai hubungan Korea Utara dengan Amerika Serikat, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mencatat bahwa Pyongyang tampaknya berusaha menciptakan situasi yang menguntungkan bagi perundingan dengan Washington.

Hal ini terlihat dari retorika keras dan provokasi yang sering dilancarkan oleh Korea Utara.

Meski demikian, Korea Utara belum memberikan tanggapan terhadap pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang menyatakan niatnya untuk menjalin hubungan kembali dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Sebaliknya, negara tersebut justru melanjutkan uji coba rudal dan mengungkapkan kunjungan Kim Jong-un ke pangkalan produksi bahan nuklir, sebagaimana yang dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan.  

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #korea #utara #kirim #senjata #artileri #jarak #jauh #rusia #pasokan #tambahan #siap #dikemas

KOMENTAR