Rusia Skeptis Hubungan AS dan Rusia akan Membaik saat AS Dipimpin Presiden Donald Trump Lagi
PUTIN DAN TRUMP - Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berbisik kepada Presiden AS Donald Trump di sela-sela pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) ke-25 pada 11 November 2017 di Da Nang, Vietnam. Pemerintah Rusia tidak mengantisipasi adanya peningkatan signifikan dalam hubungan AS-Rusia setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, menurut Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov.  
17:30
11 Februari 2025

Rusia Skeptis Hubungan AS dan Rusia akan Membaik saat AS Dipimpin Presiden Donald Trump Lagi

 Pemerintah Rusia tidak mengantisipasi adanya peningkatan signifikan dalam hubungan AS-Rusia setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih, menurut Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov. 

Berbicara dalam konferensi pers pada hari Senin, Ryabkov menyatakan skeptisisme tentang perubahan besar apa pun dalam sikap Washington terhadap Moskow.

"Agenda liberal-globalis telah digantikan oleh realitas populisme nasional," kata Wakil Menteri Luar Negeri Ryabkov, seraya menambahkan, "Ekspansionisme AS masih hidup dan kuat, begitu pula dorongan mereka untuk mendominasi urusan global. Hanya saja, hal itu dibingkai secara berbeda dibandingkan dengan cara yang dilakukan Demokrat."

Terkait hubungan diplomatik, Ryabkov menyatakan bahwa Moskow tidak terlalu optimis mengenai terobosan apa pun dalam hubungan tersebut. 

"Kami tidak terlalu optimis mengenai perbaikan di area ini, dibandingkan dengan area lain," katanya.

Ia menambahkan bahwa Rusia secara resmi tetap dicap sebagai 'musuh utama' dalam politik dalam negeri dan kebijakan luar negeri AS. 

"Persepsi ini telah lama diperkuat oleh konsensus bipartisan di Amerika Serikat," tambahnya, seraya menyoroti bahwa pendekatan strategis Washington terhadap Moskow sebagian besar tetap tidak berubah, terlepas dari kepemimpinan politiknya.

Meningkatnya Ketegangan Terkait Ukraina

Salah satu kekhawatiran utama Rusia tetaplah dukungan militer AS untuk Ukraina, yang Ryabkov sebut memiliki banyak sisi dan sangat memprihatinkan bagi Moskow.

"Senjata canggih yang dipasok Washington ke rezim Kiev, termasuk sistem rudal jarak jauh yang dikelola oleh spesialis dari Pentagon dan diarahkan ke targetnya oleh dinas intelijen AS," katanya, menegaskan kembali pendirian Rusia bahwa bantuan militer Barat memperpanjang konflik dan secara langsung mengancam keamanan Rusia.

Laporan terkini mengonfirmasi bahwa AS kini telah mengizinkan Ukraina untuk menggunakan sistem rudal jarak jauh guna menyerang wilayah Rusia, yang menandai perubahan kebijakan yang signifikan. 

Sebelumnya, serangan semacam itu tidak dianjurkan untuk menghindari meningkatnya ketegangan dengan Moskow. Keputusan tersebut mencakup penggunaan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS), yang mampu menargetkan lokasi militer utama Rusia.

Sementara itu, pasukan Rusia telah memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan di Ukraina, merebut lebih dari 90 mil persegi hanya dalam waktu satu minggu, kemajuan tercepat sejak invasi awal. 

Pertempuran telah meningkat di wilayah-wilayah seperti Donetsk dan Zaporozhye, dengan pasukan Ukraina menghadapi tantangan yang semakin besar karena keterbatasan sumber daya dan ketidakstabilan internal.

Pengendalian Senjata Nuklir dalam Bahaya

Di luar medan perang, ketegangan AS-Rusia meluas hingga pengendalian senjata nuklir. 

Ryabkov menyuarakan kekhawatirannya atas masa depan perjanjian New START , perjanjian pengendalian senjata nuklir terakhir antara Moskow dan Washington, yang akan berakhir pada 5 Februari 2026.

Ia menyatakan bahwa prospek untuk memperpanjang atau merundingkan kembali perjanjian tersebut tampak suram, karena pembicaraan diplomatik saat ini telah terhenti. 

Washington telah mendorong diskusi trilateral yang melibatkan Tiongkok, sementara Moskow telah menganjurkan format lima negara termasuk Inggris dan Prancis. 

Ketidakpastian seputar perjanjian tersebut telah memicu kekhawatiran atas potensi perlombaan senjata , terutama karena ketegangan global meningkat.

 

Kebijakan Luar Negeri Trump: Perubahan Retorika, Bukan Strategi

Sementara Ryabkov mengakui bahwa kepresidenan Trump menandai pergeseran retorika politik AS, ia berpendapat bahwa kebijakan inti ekspansionis tetap tidak berubah.

"Agenda liberal-globalis telah digantikan oleh realitas populisme nasional," jelasnya. "Meskipun demikian, ekspansionisme AS masih hidup dan berkembang, begitu pula keinginan mereka untuk mendominasi urusan global. Hanya saja, hal itu dibingkai secara berbeda dibandingkan dengan cara yang dilakukan Demokrat."

Trump resmi memangku jabatan pada 22 Januari, menjadi presiden Amerika Serikat ke-47. 

Ia dan Wakil Presiden James David Vance mengambil sumpah jabatan di dalam Capitol Rotunda, sebuah langkah yang langka, karena ini adalah pertama kalinya dalam 40 tahun pelantikan tidak diadakan di luar gedung Kongres.

 


SUMBER: AL MAYADEEN

Editor: Muhammad Barir

Tag:  #rusia #skeptis #hubungan #rusia #akan #membaik #saat #dipimpin #presiden #donald #trump #lagi

KOMENTAR