Israel Buang Kesempatan Bunuh Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah saat Perang Lebanon 2
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Laporan media Israel menyebut militer Israel membuang kesempatan untuk membunuh Hassan Nasrallah saat awal Perang Lebanon 2 pada tahun 2006. 
12:40
22 September 2024

Israel Buang Kesempatan Bunuh Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah saat Perang Lebanon 2

Media Israel, Maariv dan Yedioth Ahronoth, menerbitkan laporan yang menyebutkan kesempatan Israel untuk membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, setelah Israel meluncurkan serangan pertama dalam Perang Lebanon Kedua pada 12 Juli 2006, namun tidak dilakukan.

Laporan itu menggambarkan Hassan Nasrallah sebagai tangan panjang rezim Iran di kawasan dan salah satu musuh Israel yang paling berbahaya.

“Pada sore hari tanggal 12 Juli 2006, beberapa jam setelah Hizbullah menangkap dua tentara Israel, Eldad Regev dan Ehud Goldwasser, Hassan Nasrallah memberikan konferensi pers singkat, membual tentang operasi tersebut," kata laporan tersebut, Sabtu (21/9/2024).

Dalam pertemuan langka, Hassan Nasrallah tampil di hadapan publik pada hari itu.

“Pada saat itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah muncul di hadapan hadirin di jantung Kota Beirut, dan dalam pidato publik di depan kamera, dan berbicara kepada orang-orang Israel dengan jelas dan langsung, mengatakan para tahanan Israel sekarang berada di tempat yang aman dan sangat jauh. Jika Israel menyerang Lebanon, mereka akan sangat menyesalinya,” kata laporan itu, mengutip pernyataan Hassan Nasrallah.

Dalam pidatonya, Hassan Nasrallah menilai pemimpin militer Israel saat itu kurang berpengalaman dalam memimpin pertempuran.

“Hassan Nasrallah memberi tahu para pendengarnya bahwa para pemimpin Israel saat itu, Ehud Olmert, Amir Peretz, dan Dan Halutz, masih pemula dan kurang pengalaman," lanjutnya.

Para pemimpin mana pun di Israel akan menduga bahwa pada saat itulah Israel kehilangan satu-satunya kesempatan untuk melenyapkan Hassan Nasrallah selama Perang Lebanon Kedua.

Israel Terlalu Lamban Buat Keputusan

Mantan pejabat militer Israel, Ronan Cohen, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala Riset (HTAM) di Divisi Intelijen, mengatakan itu adalah satu-satunya keberadaan Hassan Nasrallah diketahui.

“Ini adalah satu-satunya saat keberadaan Nasrallah terungkap dan muncul di depan umum hingga akhir perang. Dia tidak takut sama sekali. Dia muncul di depan umum, saya mewawancarainya, dia mengadakan konferensi pers di mana dia mengumumkan kehadirannya, dan ada peluang untuk melenyapkannya," kata Ronan Cohen dalam laporan yang dirilis Maariv, Sabtu.

Ia menggambarkan kekacauan di Israel ketika awal Perang Lebanon Kedua pada Juli 2006, sebelum akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyerang Lebanon.

“Sejak awal perang agak tersendat-sendat, masih belum jelas ke mana arahnya,” katanya.

“Pada jam-jam pertama terjadi kekacauan, dan senjata dipindahkan ke Lebanon," tambahnya.

"Pada hari itu, keputusan dibuat di pemerintahan untuk mulai menyerang Lebanon. Satu-satunya kesempatan untuk melenyapkan Nasrallah bergantung pada keputusan cepat pemerintah, dan hal ini bahkan tidak ada dalam agenda," lanjutnya.

Setelah Intifada kedua pada tahun 2000, pemerintah Israel mengubah kebijakan pembunuhan terhadap musuh-musuhnya.

Namun, tentara Israel tidak mengumpulkan informasi intelijen pada tahun-tahun setelah penarikan diri dari Lebanon pada Mei 2000 untuk mengalahkan Nasrallah. 

Tak lama setelah penarikan diri, tepatnya pada bulan November 2000, Hizbullah menculik 3 tentara Israel di Peternakan Shebaa. 

Pada saat itu, Israel tidak tertarik untuk melakukan serangan apa pun dan kebijakan pemerintah Israel saat itu adalah menjaga stabilitas di perbatasannya dengan Lebanon.

Israel Terlambat, Hassan Nasrallah Telah Bersembunyi

Ronan Cohen mengatakan Israel terlambat untuk menggulingkan Hassan Nasrallah dari kepemimpinan Hizbullah karena Sekjen tersebut telah bersembunyi di tempat yang aman.

"Ketika ingin menggulingkannya pada awal Perang Lebanon Kedua, Israel sudah terlambat dan Nasrallah berada di bawah tanah, dan aparat keamanan (Israel) meraba-raba dalam kegelapan," katanya.

“Selama periode itu, banyak upaya dilakukan untuk memahami lokasi persis Nasrallah dalam jaringan terowongan di Beirut. Diasumsikan bahwa tempat tersebut bukanlah terowongan kecil, melainkan sebuah tempat besar yang mencakup ruang komando dan kendali dan mencakup wilayah yang sangat luas," lanjutnya.

Setelah itu, tentara Israel mulai menginvestasikan sumber daya yang sangat besar dalam upaya untuk menemukan dan melenyapkan Hassan Nasrallah.

Pada hari kedelapan Perang Lebanon Kedua, tentara Israel menjatuhkan 23 ton bahan peledak di tempat persembunyian Hizbullah di Beirut, namun Nasrallah berhasil diselamatkan.

Dua serangan besar yang dijatuhkan ke pinggiran selatan Beirut pada saat itu gagal menembus kawasan yang diduga menjadi tempat persembunyiannya.

Israel disebut terlambat membentuk tim khusus pada saat itu dan berasumsi Hassan Nasrallah tetap berada di tempat persembunyiannya untuk waktu yang lama.

Hizbullah kembali terlibat pertempuran dengan Israel setelah bergabung dengan perlawanan Palestina sejak 8 Oktober 2023.

Israel baru-baru ini membunuh 16 anggota pasukan Radwan Hizbullah yang berpartisipasi dalam serangan terhadap militer Israel di perbatasan.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.272 jiwa dan 95.551 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (19/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Palestinian News Networks.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Febri Prasetyo

Tag:  #israel #buang #kesempatan #bunuh #sekjen #hizbullah #hassan #nasrallah #saat #perang #lebanon

KOMENTAR