Mengenal Intermittent Fasting, Puasa untuk Kesehatan, Begini Penjelasan Pakar Gizi Unair Surabaya
Intermittent fasting atau puasa bergantian, telah menjadi topik hangat dan tak asing dalam dunia kesehatan dan kebugaran.
Metode Intermittent fasting ini melibatkan siklus antara periode puasa dan makan dalam jendela waktu tertentu dalam rangka kesehatan.
Dilansir dari YouTube Universitas Airlangga pada Rabu (3/4), seorang pakar Gizi Unair, Dominikus Raditya Atmaka mengungkapkan bahwa puasa adalah cara menuju metabolisme kesehatan yang baik bagi tubuh, salah satunya ada yang disebut intermittent fasting.
“Puasa ini sebenarnya adalah bagaimana caranya kita mengadaptasikan tubuh kita menuju metabolisme yang lebih baik. Karena memang secara penelitian sendiri kita sudah tahu ada yang disebut dengan intermittent fasting atau berpuasa secara berkala,” ungkap dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unair tersebut.
Intermittent fasting sendiri merupakan pola makan yang mencakup periode waktu tanpa makanan atau dengan makanan yang sangat sedikit sehingga glikogen hati habis dan asam lemak serta keton dimobilisasi.
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa berpuasa sendiri sangat baik bagi kesehatan bagi tubuh manusia.
“Secara penelitian sudah diketahui bahwa berpuasa itu ternyata ada efek positifnya untuk tubuh kita, mulai dari mengatur gula darah, bisa mengatur metabolisme tubuh kita dan sebagainya,” lanjut Raditya Atmaka.
Melalui puasa, menurutnya kita jadi memiliki pola makan yang lebih baik untuk menjaga kebugaran pada tubuh.
“Itu jadi kita bisa memiliki pola makan yang lebih baik dan sebagainya,” ungkap alumni S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UGM tersebut.
Bahkan, melalui berpuasa, kita dapat mencegah beberapa penyakit yang berbahaya seperti diabetes melitus.
“Atau bisa juga mencegah diabetes melitus. Bisa juga mencegah terjadinya penyakit-penyakit degeneratif dan sebagainya,” lanjutnya.
Sedangkan untuk intermittent fasting sendiri pada umumnya dilakukan dalam waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan oleh ahli yang menanganinya.
“Memang intermittent fasting disarankan dilakukan secara berkala, misalnya dalam satu minggu sekali, satu minggu dua kali dan sebagainya,” jelas Raditya Atmaka.
“Efeknya cukup signifikan secara penelitian dan memang itu bisa membantu untuk mengatur tubuh kita menjadi lebih sehat, lebih terhindar dari penyakit-penyakit dan sebagainya,” lanjut dosen yang telah mengajak sejak 2018 itu.
Sebagai informasi, dikutip dari yankes.kemkes.go.id pada Rabu (3/4), bahwa intermittent fasting kerap digunakan untuk program diet yang populer di dunia kesehatan dan kebugaran.
Namun, secara mendasar, puasa ini dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi mereka yang melakukannya.
Terdapat beberapa metode yang digunakan, misalnya puasa selang sehari, puasa 16/8 (menghindari makan selama 16 jam dan menyantap makanan dengan jendela waktu 8 jam), puasa 5:2 (mengonsumsi jumlah kalori yang sangat rendah selama 2 hari dalam seminggu), dan lain sebagainya.
Namun, perlu untuk digarisbawahi, intermittent fasting dalam beberapa kasus tidak cocok untuk semua orang.
Misalnya, individu dengan kondisi medis tertentu atau wanita hamil atau menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan pakar kesehatan sebelum memulai program puasa.
Intermittent fasting adalah salah satu metode puasa yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran seseorang.
Melalui penggabungan pola makan yang sehat dengan praktik ini, tubuh kita dapat memperoleh manfaat kesehatannya.
***
Tag: #mengenal #intermittent #fastingpuasa #untuk #kesehatan #begini #penjelasan #pakar #gizi #unair #surabaya