Waspadai Mata Malas pada Anak, Dokter Sebut Bisa Jadi Kebutaan Saat Dewasa Bila Tak Ditangani
ILUSTRASI Pemeriksaan mata pada anak. (Business)
07:12
10 Oktober 2024

Waspadai Mata Malas pada Anak, Dokter Sebut Bisa Jadi Kebutaan Saat Dewasa Bila Tak Ditangani

- Mata malas atau ambliopia adalah salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami saat anak-anak namun suka disepelekan. Padahal, jika tidak ditangani sejak dini, kondisi ini dapat berdampak buruk pada penglihatan, seperti kebutaan di usia dewasa.

Dokter Spesialis Mata RS Mata Cicendo Dr. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes menjelaskan, ambliopia atau mata malas adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata.   "Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen," ujarnya kepada wartawan, Rabu (9/10).  

  Ia menambahkan, penyebab paling umum dari hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia 20 hingga 70 tahun adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik pada masa anak-anak. Ambliopia sering disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.   Pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah sebetulnya bisa jadi terlambat karena ambliopia mulai sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen dapat mulai terjadi jika terapi dilakukan setelah usia 8 hingga 10 tahun.   Anak-anak yang berisiko mengalami ambliopia antara lain mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan strabismus atau mata juling, mata malas, atau penggunaan kacamata sejak kecil. Riwayat medis seperti kelahiran prematur, perkembangan terlambat, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia.   Selain itu, riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan, atau usia 0 hingga 2 tahun, untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.   "Kemudian, cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistagmus, jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus, kemudian bagaimana posisi bola mata apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover tes untuk melihat ada juling atau tidak," tutur dr. Feti.   Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatannya dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.   Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki (feet) atau 3 meter, dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar. Skrining selanjutnya dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun. Anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata, dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #waspadai #mata #malas #pada #anak #dokter #sebut #bisa #jadi #kebutaan #saat #dewasa #bila #ditangani

KOMENTAR